Prolog

105 29 58
                                    

Kau layaknya bulan yang menyinari malam, dan layaknya cahaya yang mampu menerangi kegelapanku. Bahkan saat ini kau tersenyum menatapku, membuat udara dingin di sekitarku terasa hangat.

Aku masih ingat saat pertemuan pertama kita. Disaat kau menatap langit berwarna jingga itu dengan senyuman yang sangat tulus dan indah. Kau pernah berkata bahwa langit dapat menyembuhkan hati orang yang melihatnya. Aku merasa terhormat kala manik abu-abu itu menatap lurus kearahku.

Apakah kau sedang melihat langitmu sekarang?

Pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam kepalaku. Kau sangat jahat, kala senyuman yang mengembang itu datang bersamaan dengan munculnya dua lesung pipi disana. Membuatku hampir tak bisa bernapas. Aku dapat mendengar detak jantungku dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Apa kabar?"

Kata pertama yang kau ucapkan setelah sekian lama, membuatku termangu mendengar perkataan itu. Pertemuan terakhir kita setelah malam yang panjang waktu itu, apakah kau masih mengingatnya?

Ingin sekaliku jawab bahwa kabarku sangat buruk disini, seperti manusia yang kehilangan jiwanya. Akan tetapi lidah ini begitu kelu untuk mengeluarkan kata-kata, hanya senyuman yang mampuku berikan untuk menjawab pertanyaanmu itu.

TBC

25 Desember 2021

JUANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang