"Ternyata selama ini aku dijodohkan"
"Apa!?"
Aku menghela nafas dan menundukkan wajahku, tapi tangan Wonwoo mengangkat wajahku lagi untuk menatap matanya yang sekarang sudah memerah entah karena apa. Ia emosi kah? Wajar saja dia emosi... kekasihnya dijodohkan dengan seseorang, bagaimana tak emosi?
"Kamu dijodohkan sama siapa!?" Tanyanya dengan penekanan disetiap kalimatnya, bahkan rahanya mengeras, seiring dengan cengkramannya pada wajahkupun begitu. Bisa kulihat betapa takutnya ia sekarang, tapi ia tak perlu takut.
Karena hatiku hanya berdegup untuknya.
"Putra raja Shin"
"Jadi, ini rencana mama mu dengan pihak istana?"
"Iya..."
"Ah, jadi ini alasanmu kenapa tidak pernah membalas perasaanku, sulit menerima pernyataanku, tidak pernah memanggilku dengan sebutan sayang, SEPERTI YANG AKU LAKUKAN KE KAMU SELAMA INI!? HUH!!?"
Aku memejamkan mataku dan menggelengkan kepalaku cepat, walaupun cengkramannya terasa menguat dan mulai menyakitkan, tapi aku rasa ini reaksi yang wajar dari seorang pria yang tiba-tiba mendapat kabar bahwa kekasihnya akan dijodohkan dengan pria lain.
"Tapi aku masih belum tahu apakah pangeran Shin memiliki putra atau tidak, Wonwoo... kamu gak usah khawatir"
Wonwoo menunjukkan deretan giginya dan tertawa getir, "Jadi, kalau dia punya putra laki-laki, kamu akan menikah dengan putranya itu?"
"Aku maunya sama kamu"
"Apa buktinya? Apa yang bisa aku percaya dari kamu!?" Ia menjatuhkan tubuhnya diatas pasir pantai, melepaskanku yang masih bergelut dengan rasa pening dan juga rahang yang mati rasa akibat cengkraman barusan. Wonwoo melipat kakinya, menekuknya dan memeluknya dengan kedua tangannya, "...Sana, aku gak tahu apa masih bisa hidup tanpa kamu atau enggak. Untuk saat ini, pikiranku hanya terfokus ke kamu kamu dan kamu. Kalau kamu pergi..." ia tak melanjutkan kalimatnya dan menoleh ke langit-langit malam diatas kami.
"...aku boleh ikut pergi juga kah?"
"Kamu mau pergi kemana?" Tanyaku
"Kemana saja yang mau menerimaku"
"Kamu bicara apa sih Won? Aku gak akan pergi kemana-mana... percaya sama aku"
"Aku takut untuk percaya sama kamu sekarang"
"Kamu bisa mempercayakanku Wonwoo, sama halnya seperti aku mempercayaimu selama ini. Kita pertahankan hubungan ini bareng-bareng ya?"
Pria itu menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya kasar, ia menoleh ke api unggun yang masih berkobar merah dihadapan kami sebelum akhirnya menoleh kepadaku, "Kamu mabuk kah? Kamu ceritakan ini karena sedang mabuk kah?" Tanyanya padaku
"A-aku gak tahu" jawabku.
"Kalau begini jadinya, akan ku buat kamu mabuk sejadi-jadinya supaya tidak ada lagi yang kamu tutup-tutupi Sana."
Baru saja aku mau bereaksi, bertanya akan maksud ucapannya, tiba-tiba Wonwoo meneguk wine-nya dan menempelkan bibirnya pada bibirku. Awalnya aku menolak, entah karena alasan apa. Tapi pria itu menggunakan ibu jarinya untuk menarik daguku kebawah sehingga ia bisa mentransfer isi cairan dimulutnya itu kepadaku.
Bukan hanya sekali, tapi berulang-ulang kali. Bahkan disetiap kali cairan itu kami rasa habis, kedua lidah kami akan kembali saling mencari seperti yang terjadi di hotel malam itu. Wonwoo juga meletakkan tangannya di bahuku yang tak dilapisi apapun, mengusapmya berkali-kali agar aku tidak kedinginan dimalam yang dingin ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since 24 Years Ago
FanficHampir semua hal di dunia ini dapat Sana miliki. Namun ada satu hal yang gadis itu tak bisa miliki di hidupnya, yaitu ketenangan. Bagaikan menjadi sasaran dari ribuan tombak, sudah tak terhitung berapa kali Sana berhasil lolos dari maut disepanjang...