[ υɳ ]

202 35 15
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




                 Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang diharuskan melakukan interaksi dengan sesamanya. Sebab, manusia tidak bisa hidup sendirian. Sekalipun manusia memiliki sifat egois yang sudah alami lahir, tetap saja saling membutuhkan satu sama lain. Dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, membuat seorang Yoon Jaehyuk selalu sigap menjadi bahu untuk sesiapa yang membutuhkan. Dia akan mengamati, lalu menarik orang lain ke dalam wilayahnya untuk berbagi cerita. Bukan cerita dongeng yang berakhir bahagia, melainkan kesedihan.

Jaehyuk berpikir, setidaknya dia sudah mencoba menjadi manusia yang baik untuk sekelilingnya. Akan tetapi, manusia tetaplah makhluk lemah. Segala kemungkinan baik akan terjadi, tapi jangan melupakan kemustahilan yang akan menyerang kapan saja.

Seberapa Jaehyuk menolong, melempar senyum tulus dan memberi baju pertolongan, dia tetaplah manusia. Bagaimanapun energinya akan terkikis dan habis.

Hal itu baru disadari dari Jaehyuk tatkala dia menginjak tahun terakhirnya di bangku sekolah menengah akhir.

Sama seperti hari sebelumnya, rutinitas Jaehyuk sebelum berangkat sekolah adalah singgah ke conveneince store dekat rumah untuk membali sebotol kecil susu pisang. Remaja laki-laki itu menganggap susu pisang adalah sumber kekuatannya untuk menjalani hari.

Dengan senyum merekah, Jaehyuk lahap menghabiskan susu pisang dan sebungkus roti isi mangga coklat yang rasanya cukup aneh di lidah. Sebelumnya Jaehyuk sudah mengira bahwa roti yang dia beli akan membuatnya menyesal. Meski begitu, Jaehyuk tetap berusaha menelannya.

30 menit berselang, Jaehyuk sudah sampai di kelas. Dia kedapatan bangku urutan kedua dari depan, dengan Asahi sebagai teman sebangkunya semester itu.

"Apa kau sudah menyelesaikan mind map-mu?" Yedam datang, menarik kursi lalu duduk di sisi kanan Jaehyuk. Dengan tatapan kosong Jaehyuk, Yedam bisa menyimpulkan kalau 'belum' adalah jawabannya.

"Kau tahu? Aku sangat lelah melihat bagaimana jadwalku semester ini. Bahkan Ibuku sudah mendaftarkanku ke beberapa akademi. Rasanya aku ingin kabur saja ...."

Yoon Jaehyuk hanya tersenyum tipis. "Turuti saja kemauan orangtuamu, itu demi kebaikanmu juga."

Sebelum Yedam merespon, Jaehyuk lebih dulu pergi. Membuat Asahi yang semula fokus dengan ponselnya pun berpaling melihat sosok Jaehyuk yang hilang di balik pintu.

"Kau melihatnya?" tanya Yedam menunjuk Asahi yang masih dengan ekspresi datarnya. "Dia seperti orang lain, bukan?"

Sudah sebulan ini, Asahi mendapati Jaehyuk yang cukup berbeda dari biasanya. Terlebih respon yang terucap tadi, seolah ada nada pasrah dan jengah yang mendalam pada untaian katanya.

Yoon Jaehyuk selalu merespon masalah kawannya dengan mengambil keputusan sendiri, karena yang akan menjalani hidup adalah diri sendiri. Bukan orang lain, apalagi orangtua. Nasihat khas itu sudah lama tak didengar Asahi dari bibir Jaehyuk.

ᴅᴏɴ'ᴛ ᴡᴀᴛᴄʜ ᴍᴇ ᴄʀʏ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang