[ ƚɾσιʂ ]

111 27 17
                                    

°°
ƚɾσιʂ

Tidak terasa sudah terlampau lama, Jaehyuk berada di akademi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak terasa sudah terlampau lama, Jaehyuk berada di akademi. Begitu juga dengannya yang selalu bertemu Jihoon di sana. Jihoon yang menampakkan ekspresi tidak suka pada pemuda itu. Seperti hari sebelumnya, Jaehyuk mendapati Jihoon tengah menatapnya dengan penuh emosi.

Masih banyak stok kesabaran yang dimiliki Jaehyuk, ia menjalani harinya dengan acuh tak acuh. Siapa tahu dengan begitu Jaehyuk lebih leluasa belajar dan mendalami nada-nada baru yang membuatnya semakin hidup.

Seperti biasa, setelah proses belajar di akademi usai, Jaehyuk bergegas meluncur ke minimarket untuk melakukan pekerjaan paruh waktu. Karena keberhasilannya masuk akademi salah satunya disokong penuh oleh dana dari pekerjaannya.

Pemuda itu tidak kuasa meminta uang lagi ke orang tua, apalagi biaya untuk sekolah Hyunsuk. Kakaknya itu yang sudah berhasil menjalani pendidikan universitas semester 4 yang membuat ayahnya lebih banyak bekerja keras mencukupi kebutuhan sehari-hari sekaligus pendidikan anak-anak.

Kala itu Jaehyuk masih bercokol dengan pikiran, sembari memandang grand piano di hadapannya. Kelas sudah selesai, semua anak berangsur keluar dan hanya Jaehyuk yang masih di dalam.

Ingatannya kembali bertualang ketika ia memikirkan: mengapa Jihoon bisa satu akademi dengannya, bukankah ada akademi yang memiliki predikat lebih bagus?

Mendadak presensi Jihoon terlihat memasuki kelas kembali, padahal tadi ia sudah berlalu dengan Junkyu. Namun, justru sekarang pemuda itu berjalan mendekati Jaehyuk dengan aura menakutkan.

"Aku tidak mengerti mengapa kau bisa mendaftar di akademi ini." Jihoon berdiri di depan Jaehyuk sambil melipat tangan di dada.

Kaku, cukup canggung Jaehyuk membalas, "Maaf, aku memang tidak pernah mengatakannya pada siapa pun."

"Aku tidak akan menanyakan alasannya. Akan tetapi, dengan penampilanmu tadi yang mendapat banyak pujian itu, tidak akan membuatmu besar kepala bukan?"

Tidak ada yang tahu kapan pasang mata Jihoon menyalak seolah ingin membakar tubuh lawan bicaranya.

"Tidak akan, Ji." Selain lirih, Jaehyuk tak tahu harus menjawab perkataan Jihoon bagaimana. Ia mulai pasrah menghadapi sifat Jihoon yang tiba-tiba membuatnya tertekan.

"Kuharap seperti itu, karena aku tidak akan membiarkanmu berada di atasku."

"Hei, Jihoon! Ayo cepat, kau jadi pulang tidak?" Sosok Junkyu menyembul dengan tawa khasnya dari luar, melambaikan tangan.

"Iya, sebentar." Jihoon menjawab teriakan Junkyu sebelum berucap lagi pada Jaehyuk. "Ingat, Jaehyuk. Yang tadi hanyalah keberuntungan, bukan bakat."

Hmm, keberuntungan katanya. Jaehyuk tertegun, lalu memandang jari-jemarinya dengan tatapan kosong.

Apakah aku harus berhenti melakukan hal yang kusukai lagi?

Namun, ibunya berkata kalau Jaehyuk sudah pandai bermain piano sedari kecil. Terlebih ia pernah menjuarai beberapa perlombaan sewaktu sekolah dasar. Apakah itu semua hanya keberuntungan?

ᴅᴏɴ'ᴛ ᴡᴀᴛᴄʜ ᴍᴇ ᴄʀʏ [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang