Harry datang tepat waktu. Ia dan tenaga perekrutnya menyeret habis orang-orang di ruang makan itu. Perlawanan mereka tidak berarti apapun. Ia dan empat anggota perekrut lebih dari cukup untuk menangani dua puluh orang bodoh yang mencoba menantangnya. Bahkan si bodoh Umbdridge tidak mampu berkutik.
Mata Harry mencari Calhoun yang mencoba bersembunyi di balik meja makan. Hari ini Ia harus memegang sampah demi Earl Oswald. Partnernya itu berpesan dengan jelas untuk tidak menghabisi Calhoun dan hanya menangkapnya.
Permintaan apa-apaan itu.
"Mau lari kemana, huh? Tenaga perekrut Ratu sudah rela hati menjemputmu" Harry menepis tangan Calhoun yang mencoba mengayunkan pisau tumpul sembarangan.
"AAARGH!" gema suara Calhoun yang diinjak tangannya hingga patah tidak terelakkan.
"Sampah memang seharusnya dibersihkan, kan?" Harry memaksa Calhoun untuk berlutut nyaris bersujud.
"ampun, ampun, maafkan aku. Maaf.."
Harry bersiul kenikmati pemandangan ruangan ini. Semua binatang sudah diamankan di ruang depan. Tenaga perekrut memang paling bisa diandalkan.
"Hammond" panggil Harry pada lelaki satu-satunya keluarga Oswold yang sejak tadi sibuk dengan mainan barunya.
Hammond menoleh setelah menjunjung pemuda mungil itu dengan satu tangannya. Nampak sekali Vasant belum tenang sehingga Hammond harus membiarkannya meremat setelan mahal di dadanya.
"Vasant" panggil Hammond. Jemarinya mengusap pipi Vasant, memintanya mengangkat wajah, "Mau diapakan sampah ini?"
Vasant yang mencoba mengangkat kepalanya untuk melihat objek yang dimaksud Hammond tapi malah bergetar, nafasnya terputus-putus, ditambah tatapannya jatuh pada pisau ular di sebelah Calhoun. Vasant seolah dipanggil untuk mengulang kejadian dua menit lalu.
Hammond tahu betul apa yang terjadi pada Vasant. Pemuda itu mengalami trauma hebat. Badan bergetar tanpa henti. Nafas yang semakin pendek hingga akhirnya seperti tercekik. Bahkan Vasant mencoba memuntahkan isi perutnya yang kosong. Tidak ada yang keluar, hanya ada ludah yang terus mengalir.
"To...long, tolong aku..."
Bibir itu meracau diikuti air mata yang membanjiri kedua pipi pucat Vasant, netra itu bergerak kacau.
"AARGH!! AAARGH TOLONG AKUUUU!!"
Vasant kalap. Ia bergerak liar. Pisau dan kehadiran Calhoun memperburuk semuanya. Vasant seolah tenggelam dalam perputaran memori setiap detik penyiksaan, pelecehan dan pisau yang akan menghujamnya. Kemampuan photographic memory nya memperburuk keadaan. Setiap potong ingatan beserta detilnya menghujani Vasant, memaksa pemiliknya mengulang tiap masanya. Vasant memejamkan mata erat-erat berharap keadaan membaik namun Ia justru semakin terpeleset masuk ke dalam pikirannya.
"Vasant."
Sebuah suara dalam dan sentuhan di mulutnya mengalihkan sedikit perhatian Vasant. Vasant mengenali pemilik suara itu. Getaran dalam pita suara pria dewasa kemarin malam mengalihkan sedikit fokusnya menyebabkan hujan memori itu sedikit menipis, sedikit mengabur menyadarkan tuannya. Sebuah jari memasuki rongga mulutnya, menggelitik lidahnya.
"Aku di sini. Hammond Oswald."
Sebuah suara, suara yang muncul beberapa kali di kepalanya, mengatakan Ia manusia.
"Hamm...Hammond" Bibir Vasant mencoba mengikuti suara itu. Memorinya yang bak layar film sudah separuh lebih menipis. Ia hanya tinggal menemukan caranya untuk kembali hidup.
"Benar. Aku Hammond"
"Hammond.. Hammond!" Seru Vasant nyaris putus asa namun berhasil membuka kembali kedua matanya. Retina coklat itu dengan tanggap memproyeksi bayangan yang masuk. Vasant tidak buta. Ia bisa melihat jelas mata hitam yang memancangnya erat tetap di Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR VOICE CALLS OUT [COMPLETED]
RomanceTubuh Vasant tidak pernah mulus. Beberapa tulangnya pernah patah. Bekas jatihan di beberapa tempat tidak bisa diabaikan. Ujung cerutu panas acap kali bersarang di kulitnya. Belum lagi sol sepatu lima senti yang selalu mengunjunginya setiap malam. Du...