Watson dengan telaten mengganti setelan Hammond dengan baju tidur setelah sebelumnya membersihkan tubuh pria itu. Hammond berencana tidak sejauh itu- tidur dengan Vasant. Ia hanya tidak bisa menghentikan dirinya bersikap tidak rasional di dekat Vasant.
Jendela di kamar Vasant berderak sedikit terhempas angin musim gugur yang cukup kencang di lantai dua mansion ini. Aroma khas dedaunan kering menyusup masuk sela-sela kamar, memancing hawa sejuk yang sepertinya terlalu dingin untuk Vasant, terlihat sekali pemuda itu menahan dingin dengan mengetatkan giginya. Esok Ia akan meminta Watson untuk membenahi jendela Vasant.
"Nyalakan perapian." titah Hammond. Watson mengangguk patuh. Beberapa arang dibalik lalu disulut api, abu hitam sempat berterbangan sedikit saat Watson merapikan perapian. Api menyala cukup besar untuk dapat menghangatkan kamar Vasant.
Hammond yang duduk di tepi ranjang mengangguk, mempersilahkan Watson keluar kamar. Hammond melirik Vasant yabg berdiri canggung di tepi ranjang. Nampak sekali Vasant tidak tahu harus melakukan apa.
"Apa kamu tidak akan tidur?" ucap Hammond. Ia dapat menilai Vasant kebingungan menjawab pertanyaannya.
"Masuk ke selimut sekarang."
"Di sebelahmu?"
"Lalu dimana lagi?"
"Di lantai...?" jawab Vadant tidak pasti, malah lebih ke arah mengembalikan pertanyaan.
"Jelas tidak, kemari."
Vasant menggaruk tengkuknya lalu mengambil tempat di sebelah Hammond. Bagus, lalu kenapa pemuda itu malah duduk tegak alih-alih mencari posisi yang nyaman untuk tidur? Mungkin kalau Hammond melesakkan diri dalam selimut Vasant akan mengikutinya. Tidak lupa Hammond menaikkan selimut sampai dagu agar selimut Vasant ikut tertarik sampai mulut. Kini keduanya sudah terbalut selimut dengan posisi nyaman.
"Boleh aku mengucapkan selamat malam?" pecah Vasant.
Mengucapkan selamat malam? Hammond tidak pernah mengucapkan selamat malam sejak kematian orang tuanya.
"Ya."
"Terima kasih. Selamat malam Hammond."
"Hmn." respon Hammond. Tanpa melihat pun Ia bisa merasakan Vasant tersenyum padanya.
Tidak lama nafas halus beraturan terdengar. Cepat sekali pemuda itu terlelap, bahkan belum ada setengah jam sejak ucapan selamat malam. Bertolak sekali dengan Hammond yang kesulitan tidur sebab tengah malam belum juga datang.
Yah, setidaknya itu yang Hammond pikirkan sampai esoknya Ia terbangun saat matahari sudah muncul. Dengan setengah tergesa Hammond meraih jam saku yang biasanya ada di nakas dan memanggil Watson.
"Pukul tujuh pagi Tuan." ucap Watson menenangkan tuannya yang panik tidak mendapati jam saku kerajaan di tempat biasanya. Hammond mendudukkan dirinya lega. Ia ridak terlambat. Hari ini Ia dipanggil ke istana bersama dengan Harry.
Sambil menyesap morning tea-nya Hammond menyadari Ia mendapatkan tidur yang sangat pulas- Ia bahkan tidak tahu kapan Ia tertidur- dan terbangun setelah matahari terbit- biasanya matahari akan kalah cepat dari Hammond. Apalagi sekarang tubuhnya terasa sangat ringan dan bertenaga. Well, sepertinya Hammond harus memindahkan kamarnya kemari.
Atau mungkin itu bukan karena kamarnya?
Sosok yang nyaris tidak terlihat sebab tertutupi selimut sampai ujung kepala bergerak bangun, sepertinya menyadari bahwa hari telah dimulai. Vasant muncul dari balik selimut dengan wajah yang hanya bisa Hammond deskripsikan dengan kata 'lucu.'
"Selamat pagi Hammond. Selamat pagi Watson." sapa Vasant dengan senyum ngantuknya, "Di luar perkiraan aku tidur sangat nyenyak. Bagaimana dengan kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR VOICE CALLS OUT [COMPLETED]
RomanceTubuh Vasant tidak pernah mulus. Beberapa tulangnya pernah patah. Bekas jatihan di beberapa tempat tidak bisa diabaikan. Ujung cerutu panas acap kali bersarang di kulitnya. Belum lagi sol sepatu lima senti yang selalu mengunjunginya setiap malam. Du...