Side Story 3

761 74 0
                                    

Side Story 3 — Game (1/3)
————————————————————

Ini terjadi selama tahun pertama sekolah menengah ketika Ding Meng sakit parah.
(Sekolah menengah disini aku asumsiin kayak SMA kalo diindo)

Setelah dirawat di rumah sakit selama lebih dari setengah bulan, berat badan Ding Meng akhirnya mencapai 83 jin. Tapi mengingat tingginya 167cm, dia masih sangat kurus.
(Jin satuan berat di cina, 1 jin 500 gram. Jadi 83 jin = 41.5kg)

Karena kesehatan Ding Meng sudah stabil, dokter menyarankan agar dia kembali ke rumah untuk memulihkan kesehatan. Meskipun Ding Meng masih agak kurus, tidak ada masalah lain yang muncul. Dan juga, sangat tidak sopan kalau terus menempati ranjang rumah sakit meskipun kondisinya sudah agak stabil.
(Biasanya RS penuh kayak menghalangi orang yang bener-bener perlu masuk kamar terhalang olehnya karena kondisinya sudah lumayan stabil jadi dia pasien yang bisa pulang. Jadi ga sopan kalo masih di kamar RS ga bisa kasih kesempatan buat yang bener-bener butuh)

Begitu Ding Meng kembali ke rumah, karena masalah kesehatannya, dia segera menerima perawatan VIP dari orang tuanya.

Orang tuanya tidak menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah, tidak perlu membaca buku, dan prosedur mengenai ketidakhadirannya di sekolah juga sudah ditangani. Jadi setiap hari, semua tanggung jawab Ding Meng adalah makan untuk tidur, tidur untuk makan, dan dengan patuh menjadi gemuk.

Awalnya, gaya hidup seperti ini dirasa cukup nyaman bagi Ding Meng. Tapi seiring berjalannya waktu, kebosanan mulai menguasai. Ibunya melarang dia meninggalkan rumah sehingga dia tidak bisa pergi berbelanja dengan teman-temannya. Hari demi hari, Ding Meng tinggal di rumah sambil menatap langit-langit, hmmm bosan. Akhirnya, berkat permintaan terus menerus dari Ding Meng, Ibu Ding memberikan sebuah komputer untuk menghilangkan kebosanannya.

Dan sejak itu, setelah menerima komputer, kehidupan Ding Meng mengalami perubahan yang menghancurkan bumi. (Cukup drastis)

Selama waktu itu, komputer masih sangat langka. Kalau seorang siswa sekolah menengah menginginkan komputer, akan sangat sulit untuk mewujudkan keinginan itu. Di satu sisi, komputer bisa dikatakan sebagai barang mewah dalam keluarga. Di sisi lain, keluarga mungkin percaya kalau komputer akan berdampak buruk pada studi anak-anak mereka.

Ding Meng ingat kalau selama masa SMP, jumlah siswa di kelasnya yang memiliki komputer dapat dihitung dengan satu tangan.

Teman sebangkunya, Qiao Yichen, adalah salah satunya.

Keluarga Qiao Yichen termasuk keluarga kaya, dan Ding Meng mengerti (alasan kenapa dia bisa memiliki komputer). Tapi untuk nilainya ... mereka (nilainya) tidak ada perubahan sama sekali. Dia secara konsisten bersaing untuk meraih 'tempat kedua terakhir'setiap saat.

Sejujurnya, pada saat itu, Ding Meng iri pada Qiao Yichen. Lagipula, dia hanya bisa pergi ke warnet yang sering dia kunjungi setiap hari Jumat dan bisa mengakses internet selama 2 jam. Tapi, sekarang...

Dia melihat ke objek seperti kubus di depannya dan terkekeh.

Pada awal periode ini, Ding Meng hanya akan terpaku pada layar menonton serial TV. Tapi suatu hari, dia pasti tanpa sengaja melihat ke grup chat kelasnya.

Qiao Yichen: Apakah kalian bermain game《The Jianghu is Indomitable》? Songlin Country mencari tim.
(***Songlin Country itu server di game kayak kelompok / klan yang ada di game.
***Jianghu kayaknya nama tempat yang sering ada di novel-novel wuxia)

Ketua Kelas : Kau datang ke grup chat sekolah menengah pertamamu untuk meminta tim, bukankah kamu sudah sangat putus asa.

Qiao Yichen: Aku tidak punya pilihan, grup chat sekolah menengahku (SMA) diawasi ibuku.

(END) Marriage Concerto (Small Thing Called Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang