+ Bonus Part (4)

127 11 1
                                    

Setelah menghabiskan waktu dengan orang-orang tersayangnya, Sena kembali ke rumah di pagi hari. Pagi-pagi saja, Sena sudah dijemput oleh Sehun. Katanya dia tidak mau menyia-nyiakan waktu bersama putrinya sebelum akan berpisah selama 4 tahun lamanya, mungkin lebih.

"Om apaan sih gak aci banget," protes Chaein yang masih tidak rela harus melepaskan Sena.

"Loh suka-suka saya, kan anak saya," jawab Sehun ketus. Sejeong hanya tersenyum sambil meggelengkan kepalanya. Heran melihat kelakuan suaminya itu.

"Kak udah deh gak usah ngedrama, lepasin tangan kakak gue," seru Sejoo.

Sejoo pun tidak mau kalah. Dirinya turut menggandeng lengan milik Sena seakan kakaknya itu akan kabur entah kemana.

"Songong banget bocah SMA !"

Sejoo malah mengeluarkan lidahnya untuk membuat Chaein bertambah kesal.

"Jimin sama Jisoo mau ikut tante ? Nanti kan lewat rumah kalian."

Jimin tidak membutuhkan waktu untuk berpikir lagi. Dia sudah duduk sekarang di dalam mobil keluarga Oh itu.

"Dasar gak tau malu," sindir Chaein.

"Ya udah, yuk jalan," ajak Sejeong lalu kembali ke mobil.

Mobil sudah jalan meninggalkan perkarangan rumah Chaein yang sepi itu. Kini gadis itu kembali menghadapi sepinya rumah besar ini. Kedua orang tuanya selalu sibuk sehingga jarang menginjakkan kaki di rumah mereka sendiri.

Namun kali ini sepi yang melanda rumahnya itu karena kedua orang tua dan adiknya itu berlibur tanpa dirinya. Ya mau bagaimana lagi, dia harus tetap berada disana ketika Sena meninggalkan negara ini.

Sedangkan itu Sena dimobil duduk diantara Jimin dan Sejoo. Keduanya seakan berperang mendapat perhatian dari Sena. Sejoo masih melingkarkan tangannya pada lengan kiri Sena. Sedangkan jemari kanan Sena sudah digenggam dengan erat oleh Jimin.

"Plis lah lu berdua jangan kayak bocil bisa ?" protes Jisoo yang muak melihat drama dari kursi belakang.

Ya, Jisoo yang dikorbankan duduk sendirian dikursi belakang.

Sejoo melemparkan tatapan membunuh pada Jimin yang juga melemparkan tatapan yang sama. Keduanya sedang berkompetisi sekarang.

"Puas-puasin. Nanti di rumah kakak punya papa pokoknya," sahut Sehun dari kursi kemudi.

"Punya adek juga, ih !"

Sejeong hanya tertawa melihat kedua bayi besarnya itu. Tidak dipungkiri, walau sudah hampir memasuki masa kuliah, Sejoo masih bersikap layaknya si bungsu yang manja. Sedangkan si bapak yang tidak tau umur itu memang sudah bayi semenjak Sejeong mengenalnya. Tidak ada yang berubah dari mereka selain umur yang semakin bertambah.

Hal itu menyadarkan Sejeong bahwa dia sudah sampai sejauh ini. Rasanya baru saja dia dikabarkan akan dinikahkan. Lihatlah sekarang, putra sulungnya bahkan sudah mau menikah.

Waktu memang berjalan dengan cepat. Tanpa kita ketahui, semakin sedikit pula waktu kita bersama orang yang kita kasihi.

Sejeong tidak menyangka sekarang anak-anaknya sudah besar dan perannya sebentar lagi sudah selesai. Sejoo sudah hampir tamat. Bahkan memutuskan untuk melanjutkan studi di luar negeri juga. Nanti tinggal lah Sejeong dan Sehun berdua di rumah mereka yang penuh kehangatan.

Mungkin rumah mereka nanti tidak sehangat dulu lagi. Tidak ada lagi suara canda tawa dari anak-anaknya. Tidak ada lagi yang bisa diomeli oleh Sejeong. Tidak ada lagi rengekan si bungsu yang selalu diganggu oleh si abang.

Sejeong akan merindukan semua kehangatan itu. Namun semua hal yang menghilang, akan digantikan dengan hal-hal yang baru. Kenangan itu akan kembali terulang seiring berjalanannya waktu.

The Ohs ;fhtl Sequel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang