2

101 18 0
                                    

Lia berjalan menuju balkon kamarnya, dan ia menaiki penyangga balkon dari kamarnya. Lia melihat kebawah, "Sangat tinggi" itulah kata Lia. Kakinya bergetar hebat bahkan dia tidak bisa menghirup udara dengan tenang. Kali ini tekadnya sudah bulat, ia ingin mengakhiri semua ini, sudah cukup ia kehilangan mama tercintanya, perhatian papanya bahkan orang yang ia cintai pun semua direbut, semua direbut oleh Hina. Perhatian papanya juga Jaeminnya.

"Lia, nak apa yang kau lakukan" teriak Yuri histeris yang baru akan memanggil Lia untuk makan malam bersama. Tangan Yuri sudah bergetar hebat bahkan badanya serasa ingin pingsan. Siwon dan Hina yang mendengar teriakan Yuri langsung saja naik dan kaget begitu melihat apa yang terjadi.

"Lia, berhenti" teriak Hina mendekati Lia

"Diam! kau yang berhenti disana" teriak Lia tak kalah

"Jangan gila, turunlah kau membuat semua orang khawatir" kata Hina dengan nafas yang tak beraturan. "Oh, kau mulai menasehatiku, tentu saja semua orang baru khawatir saat aku dalam posisi ini, lalu kemana mereka sebelumnya" teriak Lia lagi dengan air matanya.

"Lia, sayang kemarikan tanganmu, jangan mencoba sesuatu yang bisa membunuhmu" kata Siwon perhalan

"Tidak, aku benar-benar tidak bisa dengan semua ini, mama pergi bahkan setelah itu papa dengan mudahnya mencari penganti mama, lalu ketika semua sudah terjadi papa lebih jahat kepadaku, kau tak mempedulikan aku pa, kau hanya mempedulikan Hina yang bahkan aku tak tahu siapa dia mengapa dia ada disini dihidupku" teriak Lia semakin menjadi

Kaki Hina melemas mendegar pengakuan Lia. "Dan aku, aku kehilangan orang yang aku cintai selama ini dan itu juga karena kau Gong Hina". Hina menggelengkan kepalanya lalu mendekati Lia "Aku minta maaf jika memang aku yang membuatmu seperti ini, aku tahu ini tidak mudah, maafkan aku, tapi ketahuilah dari lubuk hatiku yang paling dalam aku menyayangimu sebagai saudaraku sendiri, aku tulus, bahkan aku sangat bersyukur" tangsis Hina kemudian.

"Lalu jika orang yang kau cintai yang kau maksud itu Jeno, aku sama sekali tidak pernah dekat dengannya, dalam kegiatan kampus kami hanya rekan, jika kau sering melihat kita pulang bersama itu karena Jeno yang ingin mengantarku pulang dengan alasan sudah malam, dan dia perhatian kepadaku karena aku adalah saudaramu Lia. Aku akan menjauhi Jeno dan berusaha membuat kalian bersama lagi aku janji" pinta Hina semakin dekat

"Tidak, bukan Jeno, aku tak mencintainya, aku hanya mencintai Na Jaemin" tangis Lia menjadi-jadi

Langkah Hina berhenti begitu mendengarkan pengakuan Lia. Dia tidak salah dengar kan? saudaranya menyukai pacarnya? apa ini adalah kenyataan.

"Appa.. kau bisa menjauhkan dirimu dari Jaemin dan biarkan aku mendekatinya juga mendapatkannya, apa kau bisa? jika memang kau sayang padaku uri dongsaeng" kata Lia lemah mampu membuat Hina menatap Lia sendu.

Dongsaeng, baru saja Hina mendengarkannya bukan. Hina tak salah dengar kan. Hingga sampai kefokusan Hina buyar karena Lia yang berteriak dan jatuh akan tetapi Hina berhasil meraihnya disusul Siwon yang langsung menariknya lalu beberapa asisten rumah tangga keluarga ini pun segera mengangkat Lia dan membantu Lia.

"Kumohon, Hina yya" lirih Lia sebelum ia pingsan karena kekelahan

Semua orang langsung pergi mengangkat Lia untuk dibawa ke Rumah  Sakit. Hina mematung memegang lengannya yang memerah akibat penganngan erat Lia. Drrtt ! Hingga ponsel Hina berdering dan itu adalah panggilan dari Jaemin, Hina menatap sendu ponselnya dan menarik nafas sebelum akhirnya menangis dalam diam.

"Aku memang salah, semua ini karenaku"

^_^

Jaemin mengelap keringatnya, ini adalah babak terakhirnya akan tetapi ia sama sekali tak menemukan Hina di bangku penonton. Teman-teman lainnya terus meneriakinya memberi semangat. Haechan, Renjun serta Jeno tampak heboh dan sangat menanti hasil akhir pertandingan ini.

"Hina yya kau kemana?" galau Jaemin semakin memuncak. Prittt! Babak akhir akan segera berlangsung. Selama itu pula Jaemin terus fokus pada pertandingan, dan berusaha mengejar point. Hingga sampailah pada puncak, satu kali lagi jika Jaemin berhasil maka Team kampusnya akan menang tapi jika Jaemin tak berhasil memasukan bola ke ring, maka pupuslah sudah apa yang telah Jaemin persiapkan sebulan penuh ini.

Jaemin mendribble bolanya perlahan lalu mengambbil persiapan untuk memasukan bola, sebelum matanya menangkap sosok yang sangat ingin ia lihat malam ini.

"Fighting!" semangat Hina dengan tangannya. Lalu tak lupa Hina memberikan Love untuk jaemin dengan kedua tangannya. Disaat itulah Jaemin tersenyum bangga dan mengangguk mantap lalu dia fokus dan akhirnya berhasil. Kampus mereka akhirnya menang, semua orang bahagia dan berseru di stadion itu, Jaemin melakukan toss dengan lawan-lawannya lalu melambaikan tangannya pada Csnya diatas sana. Kemudian berbalik untuk menemui Hina akan tetapi Hinanya menghilang.

"Kemana dia?" tanya Jaemin seketika gelisah. Jaemin bergegas mengambil tasnya dan handuknya di loker lalu keluar untuk mencari Hina, hingga akhirnya Jaemin bisa tersenyum lagi melihat Hina bersandar di mobilnya.

"Kau benar-benar membuatku spot jantung, aku menantikan kehadiranmu" kata Jaemin langsung berdiri di hadapan Hina

"Maaf ya, tadi ada sedikit masalah di rumah" lirih Hina menunduk

Senyum Jaemin pudar, lalu dia menangkup wajah Hina. "Kau menangis? wae? ada apa? apa ada yang sakit? katakan padaku? ada apa?" Jaemin sangat khawatir dan itu terlihat jelas dari matanya. Hina semakin tidak tega jika memang ia harus memutuskan hubungannya dengan Jaemin bahkan menjauh dari Jaemin.

"Sayang, kau kenapa, aku sangat khawatir, ohh tanganmu merah" panik Jaemin yang baru menyadari tangan Hina memerah

"Hina, kenapa?" tanya Jaemin lembut menatap mata Hina

"Ja..emin"

"Hmm?"

"Kita akhiri sampai disini" kata Hina langsung berbalik tak tahan melihat Jaemin, karena Hina tahu pasti Jaemin akan sangat kecewa

Tas yang sedari tadi Jaemin pegang langsung ia jatuhkan.

"Haa..hahha..kau sedang bercanda kan, haha lucu sekali pacarku ini" kata Jaemin sembari tertawa kecut

"Aku serius, aku lelah, aku tak mau menjalin hubungan lagi, kumohon jangan dekati aku lagi Jaemin, aku .. aku inilah kau tahu, aku bukan bidadari yang bahkan banyak dibicarakan oleh orang-orang dan aku..aaa..ku bukan pacar yang baik untukmu, lupakan aku Jaemin" lanjut Hina segera berjalan meninggalkan Jaemin yang masih mematung disana

"Hina yyaa! KU KATAKAN INI TANPA BOSAN, AKU MENCINTAIMU SANGAT, KAU PEREMPUAN PERTAMA DI HIDUPKU, YANG MEMBERI WARNA BARU, AKU TAK MEMILIKI IBU KAU TAHU, IBUKU SUDAH PERGI SAAT IA MELAHIRKANKU, AKU TAK TAHU BAGAIMANA KASIH SAYANG SEORANG PEREMPUAN SEORANG IBU, TAPI .. HINA KAU TELAH MEMBERIKAN NYA UNTUKKU, AKU SANGAT SANGAT SANGAT MENCINTAIMU, BAHKAN MIMPIKU SETELAH SUKSES ADALAH MENIKAHIMU DAN HIDUP BAHAGIA BERSAMAMU, YAA HANYA BERSAMAMU, LAU BAYANGKAN BETAPA INDAHNYA JIKA KITA MEMILIKI RUMAH DAN ANAK LALU KITA MEMILIKI CUCU DAN MENJADI TUA BERSAMA, JADI KU TEGASKAN BAHWA AKU AKAN TETAP MENCINTAIMU APAPUN YANG TERJADI, DAN .. AKU TAK PERCAYA KAU TIDAK MAU MENJALIN HUBUNGAN LAGI DENGANKU, AKU TAHU BETAPA BESARNYA KAU MENCINTAIKU HINAAAAAAAA! Jangan pergi aku tak ingin kau pergi ~~" Luap Jaemin emosi diakhiri dengann lirihannya

Hina yang masih bisa mendengarkan pengakuan Jaemin semakin menangis, dan terus berjalan hingga mendapatkan taxi. "Maaf, Jaemin aku juga sangat mencintaimu, sa..ngat"

Bidadariku  [Hina * Jaemin 💚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang