4

86 14 0
                                    

Disarankan sambil mendengarkan lagu diatas :)

Sebenarnya Hina sedikit heran dengan tingkah Lia yang berubah drastis semenjak ia sembuh dan masuk ke kampus lagi. Pagi ini saja Hina sudah dikejutkan oleh Lia yang datang ke kamarnya dan membangunkannya lalu mengajaknya untuk berlari keliling komplek bersama. Meski kaget, Hina sangat senang bisa menghabiskan banyak waktu bersama saudaranya ini. Hina bersyukur untuk ini.

"Aku suka coklat, kau?" tanya Lia saat mereka sedang menikmati udara segar di bawah pohon. "Hm aku suka semuanya, coklat, strawberry, greentea" senyum Hina yang mampu membuat Lia tertegun. "Sepertinya aku memang sudah keterlaluan padamu ya" sesal Lia

"Hai, apa yang kau katakan, itu tak benar. Justru akulah yang menambah penderitaan untukmu, maafkan aku" lirih Hina. "Aaa, kau sama sekali tidak salah, aku lah yang tidak bisa menerima ini dengan mudah, aku sudah sangat membuatmu terluka, maaf kan aku uri dongsaeng" senyum Lia kemudian. Hina memandang Lia tulus kemudian dia mengangguk dan mengeluarkan sesuatu "Tadaaa, lihatlah kalung ini kalung yang kau mau kan? ini untukmu aku selalu ingin memberikan ini padamu saat kau sedang luang, tapi kemarin-kemarin sepertinya kita sama-sama terlarut dalam berbagai hal, semoga kau suka" kata Hina tulus lalu memberikan kalung tersebut pada Lia.

Lia menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, Lia pikir Hina tak akan bisa membelikannya mengingat kalung ini tak murah. "Kauu... pabo.. hiks.. bisa-bisanya membelikan barang semahal ini untuku yang telah banyak melukaimu"

"Aniyoo, kau pantas menerimanya. Kalung ini sangat cocok untukmu unnie" kata Hina mengelus pundak Lia. Lia mengangguk lalu mereka berpelukan bersama, tanpa diketahui Yuri dan Siwon ikut memperhatikan kedua anak mereka dan mereka hanya bisa menangis haru. Akhirnya keluarganya akan memulai masa-masa bahagia.

^_^

Malam ini Jaemin berjalan dikeramaian kota, sekitar 3 hari lagi ulang tahunnya. Ada satu kado yang benar-benar ia inginkan, ya kado itu adalah Gong Hina.

Jaemin menyandarkan punggungnya pada lampu jalan didepan sebuah caffe dan memperhatikan seorang gadis yang sangat ia rindukan. Hina bekerja disana, jika tidak membuat minuman dia akan bertugas mengantarkan lalu mencuci, menyapu serta mengepel atau di kasir. Selanjutnya setelah tugas di caffenya selesai, Hina akan bergegas melanjutkan kegiatannya lagi yaitu mendatangi makam ayahandanya bahkan Jaemin tahu tidak hanya mengunjungi makam bundanya tetapi Hina juga mengunjugi makam mamanya Lia bahkan makam ibu Jaemin.

Saat ini hujan turun dengan deras, Hina masih berdoa di makam ayahandanya tanpa mempedulikan tubuhnya yang sudah basah. Setelah selesai Hina segera berjalan untuk pulang, sesekali melihat kearah toko-toko yang ada di sebelah kanannya. Hingga ia berhenti di depan toko perlengkapan basket. Hina tersenyum begitu melihat bola basket, Hina ingat bahwa Jaemin sangat menginginkan bola basket yang baru karena bolanya sudah rusak tapi Hina tak yakin apakah Jaemin masih menginginkan itu. Sambil terus menatap bola basket itu dengan senyum manisnya, Hina tak sadar jika seseorang sudah dibelakangnya sambil memayungkannya.

Merasa tetes hujan tak membasahinya lagi tetapi melihat kedepan dimana orang-orang masih berlari menghindari hujan yang deras. Hina mengangkat wajahnya dan menemukan payung hitam besar yang melindunginya. Tapi ... Hina tidak langsung berbalik untuk memastikan siapa orang tersebut, bahkan dari debaran jantungnya Hina sudah tau siapa orang tersebut.

Kesadaran Hina hampir hilang, jika orang itu tak langsung memeluk perut Hina dari belakang. Nafasnya dapat Hina rasakan dengan jelas setelah mereka sedekat ini. Masih hening tidak ada yang berani memulai perbincangan. Dibawah Hujan akhirnya mereka bisa sedekat ini lagi.

"Kau nekat sekali ya" itulah kalimat pertama yang Jaemin ucap. Hina memejamkan matannya rasanya badanya sangat lemas dan tidak berdaya lagi, bahkan untuk melepas tangan Jaemin sangat berat. Akan tetapi disisi lain Hina merasa nyaman. Rasanya sangat hangat, memang ketika dulu mereka berpacaran, hal yang paling sering mereka lakukan adalah berpelukan dengan itu mereka bisa merasakan perasaan masing-masing pihak.

"Aku lemas" ujar Hina. "Aaaa, kau melakukan kecerobohan yang sangat besar" balas Jaemin. "Biarkan aku mengantarmu pulang" lanjut Jaemin. Hina mengangguk lemas, kemudian berbalik dan ia bisa melihat wajah Jaemin yang juga pucat. "Kau sakit" kata Hina begitu melihat wajah Jaemin dengan jelas.

"Ya, aku sakit karena melihatmu sakit juga" Hina mengalihkan wajahnya dari Jaemin dan kembali melihat bola basket di toko tersebut. "Bola basket, apa kau masih menginginkannya?" tanya Hina pelan. "Tidak, aku hanya menginginkanmu, cukup itu" tegas Jaemin mampu membuat Hina menatapnya lembut.

"Katakan bahwa kau masih mencintaiku Hina yya, kau..kau tak mungkin sekejam ini untuk mengakhiri hubungan kita, kau memberikan alasan yang tak jelas, dam aku tahu kau sejak lama, aku selalu mengawasimu kau tahu bukan? kau bukanlah Hina yang aku kenal"

"Aku... aku tidak pantas untukmu, dengarkan aku Jaemin. Jika kau menyayangiku maka.."

"Aku bahkan lebih dari itu" potong Jaemin. "Aku sudah ditahap aku mencintaimu bahkan serius untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih ..."

"Kau sangat nekat! Gila sekali! berharap sesuatu yang tak mungkin" potong Hina cepat

"Lupakan aku jika memang kau mencintaiku dan ... carilah yang lain" lirih Hina

"Haaa.. kau memang keras kepala Gong Hina" jawab Jaemin dengan kecut

"Aku akan pulang" pamit Hina. "Pulang bersamaku, jika kau meninginkan ku untuk melupakanmu" perintah Jaemin. Hina berbalik kemudian mengangguk "Tak masalah".

Jaemin terpaku, sia-sia sudah apa yang ingin dia ungkapkan dan yang telah ia persiapkan.

Disepanjang perjalanan, hanya sunyi yang mereka rasakan. Hingga tibalah mereka di kediaman Hina. Hina bergegas turun, setelah melihat pak satpam telah membukakan payung untuknya, tapi sebelum Hina keluar, Jaemin menahan tangan Hina, "Sebentar lagi aku ulang tahun, aku berharap kau mau datang hanya untuk menyapa ayahku tidak untuku tak masalah, dan selamat malam, apapun yang terjadi ketahuilah......... tidak ada alasan untukku berhenti mencintaimu Hina yya, aku mencintaimu sangat sangat dan sangat. Terlalu hiper bukan? tapi inilah yang aku rasakan, aaa satu lagi cepat berganti baju jangan sampai kau sakit"

Hina langsung keluar dan masuk ke dalam rumahnya, menaiki tangga dan melewati Lia yang kebetulan ingin turun. Kemudian mata Lia tak sengaja melirik pintu yang akan ditutup "Mobil Jaemin?" "Apa Hina baru saja bertemu dengannya? aaa aku bahkan lupa bahwa masih ada permintaanku untuk Hina yang harus segera ku tarik kembali. Aku benar-benar sudah merusak semuanya" curah Lia dalam hati "Tapi, apa aku bisa melupakanmu Jaemin?"

Finally 4 Chapter sudah ku selesaikan 🤟🏻. Yaampun gak Pd buat gini, sebenarnya ini buat iseng aja sekaligus buat menyenangkan diri melihat kenyataan Hina gak debut 🙃

Kira-kira Next kapan ya ?

Bidadariku  [Hina * Jaemin 💚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang