Usia 21 tahun. Gambaran manusia seperti apa yang melintas di pikiran kalian? Silakan dijawab.
Sedikit menjelaskan tentang seorang anak ber-usia 21 tahun. Sosok tinggi dengan kulit sepucat kapas, hidung bangir, dan bahu yang lebar, anak seorang pebisnis kaya yang memiliki cabang perusahaan di mana-mana. Juga anak seorang wanita yang merupakan Brand Ambassador untuk sebuah produk kecantikan yang diketahui oleh seluruh penduduk dunia.
Otak yang tergolong dalam kumpulan manusia cerdas, dan masuk dalam kategori pemuda yang banyak diminati di kampusnya. Sungguh sempurna hidup seorang Oh Sehun.
Tubuh indah yang menjulang, uang yang banyak, dan otak yang cerdas. Bukankah itu definisi dari kata sempurna yang selalu inginkan oleh semua manusia?
Ya, benar sekali.
"Sial, aku terlambat bangun." Oh Sehun, pemuda itu melompat dari kasur mahalnya. Segera berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju kamar lain di arah timur rumahnya yang besar. Dengan cekatan Sehun membuka pintu dengan sepenuh tenaga.
Pintu terbuka.
Terpampang kasur rapi yang tidak ditiduri oleh siapa pun. Sehun mengernyitkan keningnya. Matanya menelusuri setiap penjuru di kamar.
"Dia ke mana?" Gerutunya.
Sehun berdecak dan kembali melangkah meninggalkan kamar itu setelah menutup pintu mewah itu kembali. Kaki panjang itu melangkah dengan cepat menuruni anak tangga. Sehun terlalu sibuk menatap anak tangga yang dia turuni hingga dia lupa sepasang mata menatapnya sedari tadi.
"Sudah bangun?"
Sehun segera menghentikan langkahnya begitu mendengar suara itu.
Dia mendongak dan menemukan seorang anak laki-laki dengan seragam sekolahnya yang tidak terlalu rapi, sedang memegang roti coklat ditangan, juga segelas susu putih di meja.
Sehun melongo di tempat.
"Ada apa? Kenapa eskpresimu seperti itu?"
Sehun segera mendudukkan diri di kursi. Menatap anak laki-laki itu dengan pandangan yang seolah mengatakan, apa kau benar-benar Jung Jaehyun yang kukenal?
Jaehyun yang juga terdiam menatap Sehun, kini mendecak. "Raut wajahmu menyebalkan sekali. Aku tau aku tampan. Tidak perlu sampai segitunya."
Sehun yang sempat merasa nyawanya melayang kini mendengus. "Kau salah minum obat? Kenapa sudah berpakaian seragam pukul segini?"
Jaehyun yang tengah menggigit roti coklat-nya terbatuk. "Bangun terlambat salah, bangun cepat juga salah. Sebenarnya Hyung mau aku bagaimana?"
Sehun meraih selembar roti yang belum dilapisi coklat. "Aku hanya bertanya. Biasanya kau akan bangun jika jarum jam menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit. Dan sekarang masih pukul setengah delapan, lalu kau sudah duduk di meja untuk sarapan roti dan segelas susu putih. Dan lagi, sejak kapan kau bisa membuat susu? Bukannya kau hanya tau mencernanya saja?"
Jaehyun memutar bola matanya malas. "Hyung membuatku merasa seperti binatang."
"Kan memang binatang."
"HYUNG!!"
Sehun tertawa seraya melapisi rotinya dengan nutella. "Masih pagi tapi kau sudah berteriak. Dasar anak payah."
Jaehyun mendengus kesal. "Terserah sajalah! Karena hari ini suasana hatiku sedang baik, aku tidak akan mencari keributan dan memperpanjang masalah kita ini."
Sehun menatap Jaehyun dengan alis terangkat. "Kenapa suasana hatimu baik?"
Jaehyun meminum seteguk susu cokelatnya. "Itu rahasia."
Sehun mengangguk. Semua orang perlu privasi. "Pulang sekolah nanti, langsung pulang. Jangan berkeliaran."
Jaehyun mengangguk paham. Memakai tasnya dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jari. Lalu mengulurkan tangan kanannya tepat di depan wajah Sehun.
Sehun yang sedang sibuk dengan rotinya, refleks menoleh pada Jaehyun. "Ada apa?"
"Uang jajan. Aku perlu banyak uang hari ini, Hyung."
Sehun membulatkan matanya. "Dad sudah mengirim uang untuk kita dua hari yang lalu. Bagaimana bisa habis secepat itu?!"
Jaehyun mengedikkan bahu. "Semua orang punya rahasia-nya sendiri. Beri aku uang, Hyung. Hari ini adalah hari bersejarah bagiku. Kau tega membiarkanku seperti orang bodoh saat semua orang bisa membeli apa saja yang mereka mau? Nanti akan kubayar kalau Mommy sudah mengirimiku uang sebagai kado ulang tahunnya."
Sehun memutar bola matanya. Meraih dompetnya lalu mengeluarkan kartu-nya. "Jangan dihabiskan isinya."
Jaehyun mengangguk dan memasukkan kartu itu dengan santai ke dalam saku bajunya. "Kalau begitu aku pergi. Hyung ke kampus hari ini?"
"Ya."
Jaehyun menepuk bahu Sehun. "Aku pamit."
Sehun mengangguk. Membiarkan adik bungsunya pergi dengan kartu berisi uang yang tidak terhitung banyaknya. Sehun terlalu memberi kebebasan pada Jaehyun, hingga Sehun tidak menyadari rahasia apa yang sedang Jaehyun sembunyikan dengan baik.
Dituntut menjadi anak yang bisa berpikiran lebih baik dan bisa mandiri, Sehun telah salah langkah. Dia pikir, dengan memberi kebebasan pada Jaehyun, dia telah menjadi kakak yang baik. Tapi, dia salah.
Sehun terlalu memberi kebebasan, sampai dia sendiri tidak punya ruang untuk bernapas.
***
Jaehyun menapakkan kaki panjangnya di gerbang sekolah. Sekarang adalah hari Senin. Sepertinya akan sangat membosankan jika dia harus mengikuti beragam pelajaran yang cukup panjang di hari Senin ini.
Jaehyun sudah memiliki niat memutar badan bukan ke arah gerbang, andai saja suara seorang anak perempuan terdengar di telinganya.
"Kau yang berdiri di dekat gerbang!"
Jaehyun menghembuskan napas dan memutar bola matanya. Sial, sepertinya ada yang memergokinya.
"Balik badan! Siapa namamu?"
Jaehyun berdecak kesal namun masih mempertahankan posisinya.
"Kau tuli? Aku bertanya padamu!"
Jaehyun lagi dan lagi menghembuskan nafas. Pada akhirnya dia berbalik dan menemukan seorang anak perempuan menatapnya garang. "Ada apa?!" tanya Jaehyun tajam.
Anak perempuan itu berjalan mendekat. Mengamati Jaehyun dari atas kepala sampai ke bawah kaki. Jaehyun yang risih dengan itu berkata, "Ada apa denganmu?"
"Apa seragammu tidak disetrika? Bagaimana bisa di hari Senin bajumu keriting seperti ini?"
Jaehyun tentu saja kesal mendengar itu. "Jaga ucapanmu!"
"Aku hanya berbicara fakta! Lagipula coba kau periksa dengan matamu sendiri, bajumu sangat tidak rapi."
Jaehyun terkekeh, namun sedetik kemudian mengubah raut wajahnya menjadi datar. "Itu bukan urusanmu. Urus saja urusanmu tanpa perlu mengurus urusanku."
Jaehyun mendecih dan kemudian melangkahkan kakinya ke dalam sekolah. Sial sekali, karena anak sok tahu itu dia harus memasuki gedung besar itu. Niatnya ingin kabur jadi hancur seketika.
Sementara itu, anak perempuan yang dia tinggalkan sendiri menggeleng. "Sia-sia saja punya wajah tampan namun tidak punya otak sepertimu."
Dia lalu berteriak, "YANG BERNAMA MINGYU DI HARAPKAN SEGERA MENGHADAP KEPALA SEKOLAH!"
***
N E X T
Hi, apdet lagi yaa wkwkwk.
Jangan lupa di tekan star sama di komen.Belajar menghargai usaha orang ya gaes^^
Sampai ketemu di next part chingu!
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI AKSA [Sehun-Jaehyun]
Teen FictionMatahari perlahan menurun, menyisakan luka tiada terkira. Malam itu, Jung Jaehyun tidak menyangka hal gila semacam ini bisa terjadi. Pagi belum terbit, dan untuk saat ini dia tidak menyangka sesuatu seperti ini singgah di dalam hidupnya. Seandainya...