Tidak mendung, tidak juga berawan.
Tidak pula aku melihat matahari.
Dengung air conditioner.
Bunga tulip merah di sudut rungan-
dengan pot putih bertuliskan “Eternal Love”Tak sengaja membangkitkan senyum tak percaya di bibirku.
Gelas kaca.
Minuman yang sudah tak tersisa.
Memutar-mutar gelas kosong yang menampilkan beberapa bercak minuman,
“tak hanya aku disini, kita rupanya sama, kau pun bernoda”
Kudengar suara pintu kafe terbuka.
Itu pasti dia.
Serba hitam. Ya, itu dia.
Membuka topi hitamnya.
Terdiam dalam berdirinya, nampaknya sedang mencari.
Pencariannya terhenti saat melihatku.
Menghampiri dan duduk berhadapan.
Senyuman masih tersemat walau hanya sesaat.
Matanya menunggu jawaban atasku setelah melontarkan pertanyaan dasar.
“Menunggu lama?”
Kata pertama lelaki yang telah membuat gadisnya menunggu setengah jam di kafe tempat gadis itu biasa menghilangkan problema atas hari panjang yang ia lalui.
“Cukup lama, tapi tak apa. Jalanan memang biasa tak terprediksi.” Yeona menjawab dengan nada khasnya yang lembut.
“Jadi, kau menerimanya?” selidiknya sesaat setelah seorang pelayan mengantarkan segelas ice americano.
Sekilas menatap tulip merah yang tepat berada di sudut ruangan, Yeona memperbaiki duduknya dan kembali melipat kedua tangannya di depan badan. “Ya, aku sudah mengetahui semuanya. Pagi tadi Ibu dan Ayah menjelaskan segalanya padaku.”
Meneguk minumannya sesaat sebelum memberi atensinya kembali pada Yeona, lelaki itu menggigit bibir bawahnya- tanda perhatiannya sedang berfokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
RomanceDisaat Min Yoongi berusaha keras membuka hati dan mengubah jalan pikiran gadisnya, Hwang Yeona telah sampai di dua persimpangan. Lelah dan ingin pergi.