Bagian 2

3K 393 56
                                    

Karena insiden tak terduga yang menimpa Seokjin tadi pagi, alhasil ia benar-benar terlambat ke tempat kerjanya. Bosnya Jung Hoseok, memperingatinya dengan tatapan amat tajam. Wajahnya terlihat masam akibat Seokjin melanggar peraturan. Seokjin jadi teringat dengan guru tari dalam ajang pencarian bakat yang terus saja menatapi para peserta yang sedang menarikan koreografi dengan pandangan tajam, setajam Jung Hoseok ketika memulai peringatan untuk Seokjin.
 
Seokjin bergidik. Untung saja ia masih diberi kesempatan dan tidak berakhir dengan di pecat.
 
"Jarang sekali melihatmu terlambat, Hyung." Ucapan Jimin seketika membuat Seokjin yang tengah menata pot bunga tersentak.
 
"Hm..." Seokjin mendesah lesu, "Ada masalah tadi."
 
"Oh? Masalah apa?" Jimin nampak tertarik, sementara Seokjin meliriknya tanpa minat,
 
"Aku menolong kelinci buas." Seokjin bergumam tak jelas hingga membuat Jimin mengernyitkan dahinya dengan bingung. Seokjin sendiri tak berniat melanjutkan, ia justru beranjak ketika melihat seorang pelanggan baru saja masuk ke toko bunga mereka dan nampak melihat-lihat rangkaian lily.
 
"Biar aku saja yang melayani..." Ucapnya, lalu menghampiri si pembeli dan meninggalkan Jimin yang menatapnya dengan aneh.
 
"Aku tahu kalau Jin-Hyung pecinta binatang, tapi siapa sangka rasa sukanya se-ekstrim itu— ah mungkin dia pernah bekerja dipenitipan hewan? Yah, bisa jadi... profesinya dulu 'kan bermacam-macam..." Jimin bergumam sambil melanjutkan pekerjaan Seokjin menata pot bunga, lalu kembali bersuara dan bertanya pada dirinya sendiri, "Eh, tapi... memangnya ada kelinci buas dimana? Bukannya kelinci itu jinak semua?"
 
Jimin nampak berpikir, lalu mengangkat kedua bahunya.
 
Seokjin yang berada tidak jauh dari tempat Jimin pun hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tak gatal ketika mendengar ucapan sang rekan kerja. Lain kali tolong ingatkan Seokjin untuk tidak berbicara aneh-aneh, meski suasana hatinya sedang buruk. Rekannya itu terlalu polos hingga Seokjin merasa penuh dosa.
 
*****
 
Seokjin menguap lebar ketika rasa ngantuk dan lelah pada tubuhnya bercampur aduk menjadi satu. Ia merogoh saku mantelnya, bermaksud mengeluarkan sebuah kunci rumah yang selalu ia bawa, namun seketika tersentak saat kunci itu tidak ada di sana.
 
Tetapi, ketika ia teringat kembali dengan kejadian tadi pagi, ia kembali mendesah lega, lalu membuka pintu rumahnya yang ternyata memang tak terkunci.
 
Ia hampir saja jantungan karena mengira ia kehilangan kunci rumahnya yang bahkan tidak ada cadangannya. Di sisi lain ia juga menggerutu karena pria bernama Jeon Jungkook itu keluar begitu saja tanpa mengunci pintunya. Setidaknya bukankah kunci itu bisa dititipkan ke tetangga atau semacamnya? Mengapa ditinggalkan begitu saja? Meskipun di rumah Seokjin tidak ada barang berharga, tetap saja Seokjin tidak terima.

Seokjin menutup pintu rumahnya dengan sekali bantingan pelan, lalu mengusap-usap dadanya sambil memejamkan mata sejenak,

"Sabar, sabar, orang sabar disayangi Tuhan."

Baru saja kalimat itu ia ucapkan, tetapi ingatan buruknya justru kembali bekerja. Ia membuka matanya, lalu mengumpat keras sambil mengecek dompetnya yang kosong tanpa uang sepeserpun.

Gila, kenapa Seokjin memberikan semua uangnya pada orang asing?

Sumpah, dimana pikirannya saat itu?!

"Betapa bodohnya kau, Jin." Ia menghela napas sambil meratapi nasibnya. Bukan berarti Seokjin tidak mempunyai uang simpanan, hanya saja—

Seokjin kembali mendesah.

Ia berjalan dengan gotai memasuki kamarnya lalu menggeledah lemari, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil yang di gembok. Matanya melirik kalender di dinding kamar sekilas. Tanggal 27 november, berarti tinggal seminggu lagi menjelang hari ulang tahunnya yang ke-dua puluh lima, dan menunggu empat hari untuk gajian bukanlah waktu yang sebentar.

Ia kembali menatap kotak kecil ditangannya, menimbang-nimbang apakah ia harus membuka kotak itu lalu mempergunakan isinya untuk bertahan hidup selama empat hari ini atau tidak. Pasalnya uang di dalam kotak itu adalah tabungannya selama setahun ini, ia menghemat demi cita-citanya memakan kue ulang tahun di usianya yang matang.

Hotpot Incident - KookJin FF✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang