"Nananananana," Suara nyanyian. Yang dinyanyikan dua orang laki-laki dan perempuan yang saling merangkul itu mengiringi sepanjang jalan.
DUK!
"Yaampun za hati hati dong, ayo bangun," Ucap Ziano sambil mengulurkan tangannya kepada Ana yang tersandung batu dan alhasil lututnya berdarah.
"Gendoongg," Rengek Ana sambil membuka kedua tangannya.
"Nggak! Nggak! Lo berat nanti nyampe rumah gue pegel-pegel lagi," Tolak Ziano.
"Aaaa jahat! Gue gak bisa jalan Ziiiii," Ana melotot, lalu merengek kembali.
"Iya iya bawel, ayo naik," Pasrah Ziano yang langsung menggendong Ana.
"Yeaayyy!" Ujar Ana kesenangan.
Mereka melanjutkan langkahnya. Iya, mereka berjalan kaki, karena tadi motor Ziano ban nya bocor di tengah jalan. Dan berakhir mereka berjalan kaki. Ralat! Hanya Ziano yang berjalan. Tidak apa apa, itung itung olahraga. Pikir Ziano.
***
"Yaampun! anak bunda satu-satunya kenapa Ziano? Kamu apain?" Teriak mona heboh ketika melihat lutut Ana yang berdarah.
"Isshh bunda jangan teriak-teriak dong, berisik tau." Dumel Ana.
"Abisnya kaget liat Ana berdarah gitu," Ucap mona yang mengerucutkan bibirnya. Sungguh! Bunda nya Ana ini sangat lebay.
"Nggak papa bun, Ana tadi jatuh kesandung batu, gak bisa jalan katanya. Jadi Zian gendong deh," Ucap Ziano menjelaskan.
"Turunin aja Ana nya biar bunda obatin," Intruksi Mona. Yang langsung di turuti Zian.
"Emang gak naik motor Zi? Kan tadi berangkat kamu bawa motor." Tanya Mona. Yang sudah memegang kotak obat.
"Ban motornya bocor bun, jadi terpaksa jalan kaki. Kalo nungguin angkutan umum kelamaan," Jelas Ziano
"Oohh gitu," Ujar Mona membulatkan mulutnya membentuk huruf O. "Eh Zi makasih ya udah gendong Ana sampe rumah,"
"Huum, makasih ya Ziiii," Sahut Ana yang dari tadi mengemil makanan di meja.
"Iya bun, Na, yaudah Zian pulang dulu ya," Pamit Zian.
"Iya Zi awas ada anjing pak mamat hati-hati." Ujar Mona sambil terkekeh.
Anjing pak mamat yang berada di depan rumah Ziano dia itu Anjing yang suka mengejar jika ada orang yang hanya melihat dirinya.
"Iya bun assalamualaikum," Salam Ziano.
"Waalaikumsalam," Jawab Mona dan Ana berbarengan.
"EH ZI NANTI MALEM KELUAR BALKON YA?!" Teriak Ana sebelum Ziano benar-benar pergi kerumah sebelah. Ya, rumah mereka bersampingan.
"IYAAAA!" balas Ziano berteriak.
***
"Gimana?" Tanya Ziano. Memakai telepon-telepon nan dari kaleng dan benang.
"Apanya?" Ana bertanya. Sama, diapun memakai telepon dari kaleng itu. Kalian tahu kan?
"Yeu malah balik nanya. Kaki lo udah bisa jalan?"
"Udah kok, dari tadi juga bisa jalan,"
"Jadi lo tadi bohongin gue? Pura-pura gabisa jalan terus biar gue gendong gitu? Mau modus kan lo? Hayohh ngakuu,"
"Dih gue kagak modus ya. Tadi tuh kaki gue pegel jalan terus jadi gue punya inisiatif buat pura-pura jatuh meskipun ngorbanin lutut gue. Dari pada jalan sampe rumah mending di gendong,"
"Iya tapi sekarang kaki gue yang pegel pegel,"
"Syukurinn wlekk," Kata Ana menjulurkan lidahnya.
"Sono tidur, awas kalo besok kesiangan," Peringat Ziano.
"Iya papayy."
Mereka pun sama-sama memasuki kamarnya masing-masing. Itulah kebiasaan mereka sering mengobrol di balkon.
"Good night Ezaa, "
" Selamat tidur Ziano,"
Batin mereka berucap bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Friends to Lovers✅
Teen FictionPersahabatan. Satu kata yang menjadikan kita dekat. Satu kata yang membuat kita selalu bergenggaman tangan. Satu kata yang membuat rasa sayang, cinta, kasih menjadi satu. Persahabatan berbeda jenis, tak bisa memungkiri timbulnya rasa suka--lebih tep...