•Part 1•

39 13 28
                                    

Aku, Rasinar Cahaya. Nama yang bagus bukan? Namun tak sebagus kisah cintaku yang kelam. Memiliki seorang pacar yang merupakan wakil dari Avarelic? Apakah menurut kalian aku harus bersyukur? Hm, tentu tidak. Keliatannya saja kami begitu baik-baik saja. Namun nyatanya? Aku yang selalu mengorbankan perasaan.

Hari ini adalah hari Senin, Seluruh murid maupun guru-guru diharapkan berkumpul di lapangan nanti. Untuk Melaksanakan upacara bendera yang begitu wajib. Cuaca kali ini sangat mendukung, teduh dan berangin.

Aku duduk di depan kelas seraya menunggu teman-temanku, mereka lambat sekali. Seperti seorang siput yang jalannya begitu lambat.

Aku menunduk seraya menggoyangkan kaki kaki ku ke kanan dan ke kiri. Mengangguk-anggukan kepala kesana kesini dengan pelan. Kedatangan kekasihku yang tiba-tiba membuatku kaget.

"Astagfirullah, kamu ini ngagetin banget si!" Ucap Sinar seraya menepuk pelan lengan kekar Lentera. Lentera hanya terkekeh dan mengusap kepala sinar pelan.

"Emang aku setan apa, pakek kaget segala." Ujar nya seraya terkekeh pelan.

"Iya, setan."

"Berarti kamu pacaran sama setan dong?"

"Ga gitu konsepnya." Lentera menanggapinya hanya dengan terkekeh pelan.

"Tera, dasi kamu mana?" Tanya Sinar setelah melihat penampilan kekasihnya yang begitu berantakan.

"Dasi aku? Aku pinjemin ke Lily, dia lupa bawa." Ucapnya santai, Sinar yang tadi menatap lentera dengan senyuman tipisnya mulai memudarkan senyumnya.

"Kamu rela dihukum? Kenapa dia ga bawa dasi dia?" Ujar Sinar menatap kearah Lentera.

Lentera menghela napas pelan mendengar ucapan Sinar. Lagi-lagi Sinar akan selalu salah dimata Lentera jika sudah menyangkut dengan Oily.

"Aku rela dihukum kok, lagian Oily gak mungkin aku biarin dihukum."

"Kenapa engga Arghi aja? Kenapa harus kamu?" Ucap Sinar melihat kearah lentera.

"Ga salah kan? Kalo aku minjemin dasi ke sahabat aku sendiri?" Ucapnya kembali bertanya, aku menatapnya dengan raut kecewa. Lagi dan lagi Sinar kalah debat, topiknya hanya ini saja. Oily, Oily dan Oily.

"Masalahnya, kamu sering banget dihukum gara-gara dia." Ujar Sinar, Lentera bangkit dan menatap Sinar.

"Kamu punya masalah apa si sama Lily? Selalu aja marah kalo aku melakukan sesuatu untuk dia." Sinar hanya melirik Lentera, ia bangkit dan memasuki kelas. Muak sekali rasanya, jika harus berdebat karena masalah Oily.

Lentera tidak sedikit pun berniat untuk menyusul Sinar. Dia memilih untuk ke kelas Oily, mengecek apakah Oily perlu bantuannya lagi.

Sinar menghela napas pelan, masalah ini adalah masalah utama dalam kisah cinta mereka selama ini. Prioritas seorang Lentera sekarang adalah Oily. Sedangkan Sinar hanya figuran semata.

Teman-teman yang sudah lama ditunggu Sinar akhirnya datang juga. Mereka berjalan menuju kearah meja Sinar. Sinar hanya menatap mereka malas. Lamban sekali pikirnya.

"Woi, diem-diem aja. Kesambet?" Ujar rembulan ketika sampai ke samping meja Sinar. Sinar hanya mengangguk anggukan kepalanya.

"Hah? Kok ngangguk?" Ujar Thea, Sinar mengendikkan acuh bahunya.

"Sinar kenapa?" Tanya Kenari, Sinar hanya menggelengkan kepalanya. Dia bangkit dan mengambil topi di laci meja.

"Ayok, kalian lama banget. Bete nih dikelas mulu dari tadi." Ujar Sinar menarik tangan Thea.

"Iyaa iyaa. Jangan tarik-tarik dong." Ujar Thea menepis tangan Sinar. Sinar menarik kembali tangan Thea. Sedangkan sang empunya hanya menghela napas pelan.

Mereka berjalan beriringan dikoridor, melewati angkatan 10 yang masih terlihat ramai. Sinar memusatkan pandanganya kearah lorong kanan. Terlihat Lentera sedang bersama dengan Oily di depan kelas.

Thea, Bulan, dan juga Kenari memberhentikan langkahnya, mereka menatap iba kearah Sinar. Sepertinya Sinar terlalu baik jadi pacar.

"Lentera babi, ngapain disitu. Pacarnya disini malah ketempat lain." Ujar Thea geram, kenari mengusap usap lengan Thea menenangkan.

Sinar menghela napas pelan, sudah biasa baginya melihat kemesraan dari kekasihnya dan juga sahabat kekasihnya ini. Sudah menjadi makanan sehari-hari mungkin?

"Udahlah, cape berdiri muluu. Mending kelapangan, bentar lagi bel." Ujar Sinar, dia berjalan dahulu meninggalkan sahabat-sahabat nya yang masih memusatkan pandanganya kearah Lentera.

***

Istirahat tiba, Sinar dan sahabat-sahabat nya tentu saja menuju ke kantin. Mengisi ke kosongan perut mereka. Mereka mencari meja yang masih kosong dan menempatinya.

Sinar tentu saja mencari keberadaan kekasihnya, walaupun dianya marah. Tetapi kekasihnya tetaplah prioritas. Mata nya mencari Lentera diantara ratusan murid di kantin. Yah dapat. Avarelic, sekutu mereka selalu berada di meja yang sama. Namun lagi dan lagi Sinar melihat keakraban dari kekasihnya. Sinar menghela napas pelan, mencoba menghiraukan apa yang dilihatnya tadi.

"Nar, mau makan apa? Tanya Bulan, kali ini bulan yang akan memesankan makanan.

"Seblak sama jus alpukat." Ujar Sinar, dia mengeluarkan uang dari saku bajunya. Mengeluarkan uang sekitar seratus ribu. Dia selalu meneraktir teman-temannya saat hendak makan. Tanpa diminta pun, Sinar selalu meneraktir mereka.

"Traktir lagi?" Tanya Kenari, Sinar menganggukkan kepalanya.

"Kenari gamau ah, Sinar bayarin Kenari mulu. Kan uang Kenari ada." Ujar Kenari, Sinar tersenyum tipis melihat sahabat satunya ini.

"Gapapa, uang Kenari simpen aja buat jajan yang lain. Masa gua teraktir ditolak?" Ujar Sinar meyakinkan, sebenarnya Kenari hendak membuka suaranya lagi namun sinar mengangkat tangannya kedepan wajah nya.

"Huft, makasih ya Sinar. Kamu baik banget sama aku." Sinar menganggukkan kepalanya. Bulan, Thea dan Kenari memesan makanan dan minuman. Dan Sinar hanya duduk karena permintaan sahabat-sahabatnya. Sinar memainkan ponselnya.

Lentera berdiri dari tempatnya dan menuju ketempat Sinar berada, sebaiknya dia harus minta maaf kepada pacarnya ini.

"Sayang." Ujar Lentera pelan, Sinar mendongakkan kepalanya dari hape, dia tersenyum tipis. Sinar tak bisa marah lama kepada lentera.

"Maaf." Kalimat ini, adalah kalimat yang dibenci oleh Sinar. Kalimat yang menurutnya sudah tidak berarti bagi Lentera.

"Kamu minta maaf sehari berapa kali ke aku?" Tanya santai Sinar. Lentera menghela napas pelan.

"Maaf."

"Sekarang aja udah dua kali. Aku selalu pegang kata maaf kamu ya kan? Tapi? Apa kamu buat kesalahan lagi?"

"Sinar, aku janji ga bakal ngulang lagi." Ujar Lentera, Sinar hanya menganggukkan kepalanya.

"Sudahlah, aku gak bisa marah lama sama kamu."

"Yes, sebagai gantinya. Aku ajak kamu jalan ya." Ujar Lentera girang, Sinar menganggukkan kepalanya. Lentera merangkul Sinar dan mengusap kepala gadisnya.

"Udah makan?" Tanya Lentera, Sinar menggeleng pelan.

"Lagi dipesen. Nah itu mereka." Tunjuk Sinar, Sinar melepaskan tangan Lentera yang berada di bahunya.

"Bucin teros." Ujar Bulan, Lentera terkekeh.

"Makanya cari dong." Ujar Thea menanggapi, Bulan mencurutkan bibirnya.

Mereka berbincang-bincang seraya memakan makanan mereka. Kecuali lentera, ia sudah makan tadi bersama Lily.

"Tera..."

***

Vote sama comment nya ditunggu nih, hargain penulis yok dengan kalian meninggalkan jejak disini. Yang udah ninggalin jejak makasih ya.

Follow ig ;
@wattpadwhs_
@worcester.update
@avarelic

Sinar LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang