•Part 4•

11 5 6
                                    

"G-gerald..." Gumam Sinar pelan, Gerald langsung saja memegang bahu Sinar.

"Jangan pikirin apa kata orang brengsek tadi Sinar, kamu sama sekali bukan seperti apa yang dia bilang." Gerald menggelengkan kepalanya saat Sinar mulai menitikkan air mata.

"H-hiks.." Gerald mengusap pipi Sinar dengan lembut, menghapus jejak air mata yang keluar begitu saja dari pipi sang empu.

"Sinar, kamu terlalu baik buat orang brengsek kek dia Sinar."

"T-tapi, d-dia pacar aku Gerald." Sinar menghapus kembali air matanya dengan kasar. Masih terngiang-ngiang apa yang lentera katakan. Jalang?

"Sinar, coba bayangin. Kelakuan pacar kamu yang begitu diluar batas. Apa kamu tidak sakit dengan kata-katanya?" Kesal Gerald, mereka sudah berada diluar sekolah. Saat ini mobil Gerald berhenti di area parkir.

"Engga, Gerald dia cuman emosi. Dia ga niat ngatain aku kayak gitu. Engga, dia pasti nyesel. Dia pasti minta maaf Gerald. Percaya sama aku, dia pasti di rumah aku sekarang. Ayo, Gerald ayo kita pulang sekarang." Sinar menggoyangkan kuat lengan Gerald, dia tak sabar untuk memeluk kekasihnya nanti. Dia tau pasti Lentera akan meminta maaf kepadanya.

"Sinar! Kamu harus mikirin perasaan kamu. Jangan bego dalam mencintai seseorang Sinar!" Bentak Gerald, sekarang dirinya kesal dengan sikap Sinar. Bodoh sekali.

"G-gerald... K-kamu juga bentak a-aku?" Sinar kembali meneteskan air matanya, Gerald menjambak rambutnya frustasi. Dia tak bermaksud. Gerald memeluk tubuh mungil Sinar, Sinar tak menolak. Dia terlalu tak bertenaga untuk melakukan apapun.

"G-gerald, k-kamu jahat." Sinar mencoba melepaskan pelukan Gerald, Gerald makin memeluk Sinar kuat. Dia menggelengkan kepalanya kuat.

"Engga Sinar, maaf. Tadi aku kelepasan." Sinar mengerti dan mengangguk, kembali mencoba melepaskan dan tak ada lawanan dari Gerald.

"Gerald, anter aku pulang. Lentera pasti udah nunggu aku dirumah." Gerald menghela napas berat.

"Kalo Lentera gaada dirumah Sinar? Gimana?"

"Ga, ga mungkin Lentera ga dirumah aku. Aku tau pasti dia Dateng ke rumah aku minta maaf." Ujarnya yakin, Gerald hanya mengangguk anggukan kepalanya. Kita liat nanti

Gerald menjalankan mobilnya, membawa kearah rumah Sinar. Mereka bungkam tak ada yang membuka suara. Sampai di pekarangan rumah Sinar, Sinar terdiam. Tak ada Lentera, motornya? Itu juga sama sekali tidak terlihat.

"See? Dimana ornag brengsek itu hm? Apa dia ada sekarang?" Sinar menatap Gerald dengan gelengan kepala.

"Yaudah Gerald, Sinar pulang dulu ya. Makasi dan maaf karena udah repotin kamu." Sinar mengambil tasnya di jok belakang, menatap dan tersenyum kearah Gerald, Gerald membalas senyum Sinar tak kalah manis. Setidaknya Sinar bisa tersenyum sangat manis sekarang.

Sinar berjalan pelan kearah pagar, membuka pagar dan menutupnya kembali. Klakson dari Gerald membuat Sinar melambaikan tangannya dan tersenyum lagi.

Sinar memasuki rumahnya dengan langkah pelan, harapannya terlalu tinggi. Ia kira, ia akan bertemu dengan Lentera sekarang. Nyatanya? Realita tak seindah ekspetasi.

Sinar menuju ke kamarnya, dia harus segera menyegarkan pikirannya. Sepertinya jalan-jalan ke mall sendiri menyenangkan?

Sinar segera membersihkan tubuhnya, memakai baju yang cukup tertutup. Style sederhana yang membuat nilai plus dalam diri sinar.

Sinar berjalan turun dari kamarnya, mengambil kunci motor dan helm nya. Sebaiknya ia naik motor saja.

Sinar mengendarai motornya dengan normal, tak lambat dan tak juga cepat. Menuju mall yang berada dekat dengan rumahnya saja. Sepertinya ia hanya akan membeli makanan dan minuman. Atau shoping?

Sinar LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang