Sinar mengecek ulang ponselnya, sebenarnya ia tak gengsi untuk menghubungi Lentera terlebih dahulu. Tapi, dia ingin melihat apakah Lentera menyesal telah mengatakan hal tersebut pada Sinar?
Dering ponsel Sinar membuat Sinar mengecek ponselnya dengan senyum mengembang, itu Lentera! Dia tau Lentera akan menghubungi nya.
"Halo Tera." Ujar Sinar dengan senyum manisnya, sepertinya ia lupa perkataan Lentera tadi siang.
"Nar, besok gua ga jemput. Jangan nungguin." Jleb, 5 kata itu mampu memudarkan senyum manis Sinar. Sinar tersenyum miris.
"Kenapa? Kamu juga ga minta maaf sama aku Tera! Kamu ngomong kayak tadi ga merasa bersalah ya?"
"Ga, karena itu cocok buat Lo." Sinar mengepalkan kuat jemarinya, ingin sekali menonjok mulut Lentera.
"Terserah." Sinar memutuskan panggilannya sepihak. Sinar melempar ponselnya ke samping kasur.
Sinar menangis, entahlah ini tangisan ke berapa Sinar karena seseorang seperti Lentera.
Lentera juga disebrang sana hanya sibuk menelpon Oily, brengsek! Satu kata buat Lentera saat ini.
Lentera seakan lupa, siapakah pacarnya? Apakah ia sakit hati karena ucapannya tadi? Apakah itu baik-baik saja?
***
Sinar berangkat diantar oleh supirnya, saat ini dia sudah berada di gerbang sekolah. Sinar nampak tak bersemangat, matanya yang sembab. Dan bibirnya yang pucat adalah suasana tampilan Sinar.
Sinar berjalan dengan pelan, memegang tali tasnya dan berjalan menunduk. Dia melihat orang yang berlalu lalang didepannya. Namun tak ia hiraukan, saat ini dia harus segera sampai dikelas. Sinar berjalan cepat tanpa ia sadari ia hampir saja menabrak seseorang.
Sinar berhenti mendadak saat ia hampir saja menabrak seseorang, sinar mendongakkan kepalanya. Langit.
"E-eh? Kak sorry." Sinar mengucapkan maaf, hampir saja ia menabrak orang yang sudah dia anggap kakak sendiri. Langit mengangguk dan tersenyum tipis.
"Kenapa nunduk sinar?" Sinar menggeleng tak berani menatap, Langit pasti akan marah jika melihat kantung mata Sinar. Dan matanya yang membengkak. Langit juga pasti tau kalo ini adalah ulah sahabatnya Lentera.
"Hei?" Langit mengangkat sedikit dagu Sinar agar tidak menunduk. Langit melihat mata Sinar yang membengkak. Satu tangannya mengepal kan tangan.
"K-kak, a-aku."
"Diam Sinar, udah gua bilang. Putusin brengsek itu!" Sentak Sinar, Sinar menggelengkan cepat kepalanya, suasana kali ini tidak tepat. Murid banyak yang berlalu lalang dan menjadikan dua objek ini sebagai tontonan.
"K-kak, rame." Cicit Sinar, Langit mengedarkan pandangannya. Murid-murid sekarang melihat kearah mereka. Langit menarik pelan lengan Sinar. Sepertinya ia akan berbicara bertiga dengan Lentera tentunya.
Langit sampai dikelas, dia menendang pintu dengan kuat. Yang berada dikelas terkejut melihat Langit dengan tatapan yang menajam. Di kelas ada Arghi, Egas, Timur, Lentera, dan.. Oily.
Sinar menatap miris kearah Lentera, ternyata Oily juga berada dikelas ini. Semenjak datang Oily, Sinar sudah jarang bahkan tak pernah lagi diajak mereka bermain dikelasnya.
"Mana Lentera." Langit mengedarkan pandangannya, dia melihat ke satu sisi. Menarik lebih kuat Sinar agar mengikutinya.
Sinar meringis, hal itu tak luput dari pengelihatan Lentera.
"Jangan di tarik bego, dia kesakitan!" Ujar Lentera keras, Langit tak peduli. Lebih baik Sinar diam dan juga mengikuti kata nya.
"Lu! Bangsat! Lu udha buat Sinar nangis anjing! Lu apain dia, HAH?" Lentera langsung menatap Sinar dengan teduh, dia lupa bahwa Sinar sedang sakit dengan perkataannya kemarin.
"Udah bro, santai." Ujar Egas mengalihkan.
"Heh, santai pala lu. Diem deh gas, seru nih berantem." Ujar Timur, ia mengambil cemilannya di dalam tas. Tontonan gratis brow. Sedangkan Arghi hanya menatap malas drama di depan. Dan Oily? Tersenyum miring.
"Nar." Lentera maju satu langkah hendak mengambil lengan Sinar yang berada digenggaman tangan Langit. Langit menjauhkan Sinar dari Lentera.
"Jangan sentuh-sentuh dia brengsek." Ujarnya Langit, Lentera menatap tajam Langit. Sial, Langit makin ikut campur masalah gua.
"Diem lu, ini masalah gua ama Sinar." Lentera langsung saja menarik Sinar dan mendekapnya hangat. Langit berdecih tak suka. Hanya dengan pelukan sepertinya Sinar akan luluh kembali. Sinar menangis didalam pelukan Lentera, Lentera mengusap lembut punggung Sinar. Oily yang melihat berdecak sebal, Egas tersenyum miring. Dia berhasil melihat sisi Oily yang licik.
"Panas! Panas! Ibu, kenapa ibu pakek arang Dimata?" Egas menatap Timur.
"Itu bukan arang sayang, ibu kamu kesurupan."
"Amer sayang."
"Baik kak Elsa, Anna ambillin dulu ya. Ini kak Elsa minumannya."
"Ahh mantap."
"Makanya, kalo kau cinta dia itu kau jaga."
"Jangan maen-maen, jangan maen-maen."
"Jiwa pelakornya mulai aktif ya bund." Timur melirik Oily, diikuti Egas yang tertawa. Mereka random sekali.
Oily menghentakkan kesal kakinya, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Egas dan Timur yang sudah tertawa keras. Sebenarnya Arghi tak terima jika ada yang membicarakan Oily, tapi apa boleh buat?
Masih dengan Lentera yang memeluk Sinar, Sinar membalas pelukan Lentera dengan erat. Saat inilah yang ia tunggu, memeluk kekasihnya dengan erat.
"K-kemaren kamu ga kerumah aku?" Tanya Sinar di sela tangisnya, Lentera menggeleng pelan. Oily lah penyebab Lentera tak bisa menemui Sinar.
"Maaf Sinar." Sinar menghela napas, maaf yang Lentera ucapkan sepertinya tak lagi berharga dipikirannya. Karena setelah meminta maaf, Lentera juga pasti akan mengulanginya.
Sinar melepaskan pelukannya, ia menatap Lentera dengan senyum tipis. Dari tadi mereka adalah tontonan dari teman sekelas Lentera.
"Aku ke kelas." Sinar berlari keluar kelas Lentera, lentera menatap sinar dengan tatapan sendu. Maaf sekali lagi sinar.
***
Vote sama comment nya ditunggu nih, hargain penulis yok dengan kalian meninggalkan jejak disini. Yang udah ninggalin jejak makasih ya.
Follow ig ;
@wattpadwhs_
@worcester.update
@avarelic
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinar Lentera
Teen FictionSeorang gadis terkekeh miris, menatap 2 manusia yang berada didepannya. Matanya memanas melihat genggaman tangan mereka. "Apa kamu pernah mikirin perasaan aku? Engga kan! Pikiran kamu semua tentang dia!!" Tunjuk gadis tersebut kepada gadis yang bera...