00

86 27 5
                                    




16.30









Hwang mire











Gadis bersurai hitam sebahu yang tengah disibukan dengan tugas-tugas sekolah yang menumpuk itu mulai jenuh.

Ia memutuskan untuk pergi ke lapangan sekolah, pikirnya menghirup udara di sore hari bisa menghilang kan jenuhnya karna tugas-tugas yang tak henti-hentinya diberikan guru padanya.

Lapangan sekolahnya ini benar-benar luas mungkin dapat menampung 1000 manusia bahkan lebih tak hanya luas disekeliling lapangan ditumbuhi pohon-pohon rindang sebagai tempat berteduh anak-anak ketika pelajaran olahraga.

Tak heran mengapa lapangan sekolahnya sangat luas karena dia bersekolah, disekolah elit.

Mire bersyukur karna dirinya dapat diterima di sekolahan ini,banyak anak-anak yang ingin bersekolah disana tapi tak terwujud karna seleksi ketat untuk bisa bersekolah disana sangat lah sulit, mire salah satu dari beratus-ratus anak yang dapat diterima disana ia sangat beruntung, maka dari itu ia bersungguh-sungguh menimba ilmu disana.

Perjalanannya berakhir di bangku taman sekolah yang menghadap ke arah lapangan basket, mire memutuskan untuk singgah disana.

Udara sore ini sangat dingin dibandingkan kemarin, untung dirinya memakai jaket yang tebal.

Atensinya mengarah ke lapangan basket,nampak segerombolan anak laki-laki yang berlarian kesana kemari memperebutkan benda bulat warna oranye.

Hal ini lumrah mire jumpai hampir setiap hari anak laki-laki bermain basket disana ,tak lupa para fans wanita yang bersorak dengan begitu kerasnya menyemangati idola mereka.

Bagaimana dengan hwang mire?

Ah lupakan saja,gadis bersurai hitam itu terlalu malas untuk berdiri membawa banner bertuliskan nama-nama personil dari tim basket dan tak lupa bersorak menyemangati mereka.

Dirinya juga tak menyukai keramaian hal itu bisa membuat dadanya sesak.

Ia memilih untuk duduk sendiri dan melihat nya dari kejauhan, itu cukup membuatnya nyaman dibanding harus berhimpitan dengan para gadis yang besorak-sorak itu.

Sampai saat ini suasana hening dan senyap hingga sebuah bola mengarah kepadanya dan mengenai kening mire.

"Aduhhh!!!" Ringisan mire ketika benda bulat oranye itu mengenai kening dan jatuh kepangkuanya.

Rasanya ia ingin mengumpat kepada orang yang telah melempar bola ini padanya, tapi kepala nya terlalu pening untuk mengeluarkan umpatan-umpatan itu.

Mire hanya bisa memendam umpatannya dan memijat keningnya, tidak ia tidak boleh menangis bisa-bisa orang-orang mengiranya bayi cengeng.

Saat mire tengah sibuk memijat keningnya yang mulai memerah, tiba-tiba ada tangan yang menyentuh kepala mire.

"Kau tidak apa-apa, maaf kan aku"

Mire mendongak an wajahnya ke atas, pandangan mereka bertemu.

Dia batin mire

"Aku tidak sengaja melakukan nya, maaf kan aku"

Mire mengalihkan pandangannya dan menurunkan tangan laki-laki itu dari kepalanya.

"Lain kali bisa kah kau lebih berhati-hati" Mire berdiri dan menyerahkan bola basket itu kasar pada laki-laki yang ada di depannya.

Saat mire melangkahkan kaki nya untuk pergi meninggalkan laki-laki yang tersangka pelempar bola basket hingga mengenai keningnya itu, Tiba-tiba menghadang nya.

"Siapa namamu"

"Hwang mire" Mire menjawabnya dan berlalu begitu saja dari laki-laki bersurai hitam dengan wajah tampan bak pangeran itu.

"Aigo dia bahkan tidak menanyakan namaku, dasar gadis yang aneh" Laki-laki itu pergi menuju lapangan untuk menyelesaikan permainan nya yang tertunda karena insiden tadi.

Apakah itu dia? batin mire sembari berjalan menuju kelasnya.

Tak lama setelah mire kembali ke kelas belum pulang berbunyi.

Seperti biasa mire menunggu sahabat karibnya itu untuk pulang bersama.

"Mire kamu pulang saja dulu, aku masih ada tugas yang harus diselesaikan"pinta chaeyeon yang tak lain sahabat karib mire.

"Baiklah, aku pulang dulu"mire berjalan menuju gerbang sekolah sesekali ia melambaikan tangan kepada chaeyeon.

Sahabatnya itu memanglah anak yang rajin, tak heran ia menjadi peringkat 1 dikelasnya, hampir setiap ada tugas pasti diselesaikan nya dengan cepat bahkan ia rela untuk pulang terlambat demi menyelesaikan tugasnya itu.

Satu kata yang terlintas dibenak mire "Siswa teladan"

Bagaimana dengan hwang mire?

Dia juga murid yang pintar, dia juga menduduki peringkat satu dikelasnya yang membuat siswa lain iri.

Tapi ia sedikit berbeda dengan sahabat nya itu, mire tidak serajin chaeyeon tapi bukan berarti dia pemalas hanya saja level kerajinan chaeyeon lebih tinggi dibandingkan mire.

Mire berjalan menyusuri jalanan sore kota seoul, hari ini udara semakin dingin,karena sudah memasuki musim salju, musim yang paling dinantikan mire.

Setelah menunggu 15 menit akhirnya bus datang, mire segera naik dan duduk di samping jendela sebut saja itu tempat favoritnya.

Mire menyandarkan tubuhnya pada kursi,tak lupa ia memasang headset dan memutar lagu favorit nya.

Mire membuka sedikit jendela bus, angin sore yang dingin menerpa wajah cantik dengan tahi lalat khas di hidung mire.

Ia menikmati setiap lantunan nada yang terus berputar seiring dengan angin sore bulan Desember,suasana ini cukup menenangkan dirinya dari beban sekolah.

Jalanan sore hari ini cukup lenggang, tidak se padat pagi tadi dan polusi cukup berkurang sehingga udara disekitar terasa sejuk dan segar.

Namun atensi mire tiba-tiba tertuju pada mobil bercat hitam dengan seseorang  yang duduk dikursi penumpang ,laki-laki itu membuka sedikit jendela kaca mobil.

Pandangan mereka bertemu, keduanya tertegun satu sama lain.









"Dia"













Jangan lupa vote n have fun ^ ^
Tbc.

Winter [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang