[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]
Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
."Lo tau, Ra? Apa yang pernah dia bilang ke gue tentang ulang tahun?" Salfa tak menatap lawan bicaranya. Pandangannya hanya lurus ke depan, menatap hamparan sawah dengan langit biru sepanjang mata memandang. Pagi yang indah, namun percakapan ini sepertinya akan sangat tak menyenangkan.
"Gue sangat tidak suka ulang tahun, katanya," lanjut Salfa kemudian menghela pelan. "Karena ulang tahun menurut dia adalah peringatan kalau seseorang makin dekat sama ajal, sedangkan orang itu masih jadi pribadi yang gitu-gitu aja."
Kinara sebenarnya tidak tahan mendengarkan Salfa mengoceh dengan sia-sia seperti sekarang. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia juga merasa kasihan pada sahabatnya. Hari-hari berat bagi Salfa telah ia saksikan dengan nyata. Itulah satu-satunya alasan mengapa ia memilih jadi pendengar. Terlebih, kuliah di jurusan psikologi membuat Kinara tahu cara mainnya. Ketimbang menyerang dan menyudutkan Salfa, ia memilih untuk diam dan mendengar. Atau sahabat terdekatnya itu akan makin merasa terluka.
"Dia nggak pernah ngucapin selamat ulang tahun ke orang yang dia sayang, Ra. Katanya itu sama aja kayak ngejek diri dia sendiri, karena ketika orang yang dia sayang bertambah umurnya, dia sama sadarnya kalau lebih dekat untuk kehilangan orang itu," sambung Salfa lagi masih tak berhenti. "Dia nggak pernah ngucapin, tapi-"
"Tapi dia nggak keberatan untuk ikut ngerayain, kan?" sambar Kinara bagai petir, suaranya menggeram, "karena bagi diaaaa... Perayaan itu nggak lebih dari ungkapan rasa syukur, karena seseorang udah dilahirkan ke bumi, iya kan?"
Kinara memang sudah hafal di luar kepala soal apa yang diceritakan Salfa. Tapi demi apapun, kali ini ia sudah jenuh. Sahabatnya masih juga belum bisa melupakan 'dia' yang mereka sebut-sebut.
"Itu sebabnya kan, lo nolak perayaan ulang tahun lo untuk ketiga kalinya? Karena lo nggak mau menoleransi hal yang dia setujui?!" ketus Kinara yang sudah lelah. "Mau sampai kapan lo gini, ha? Gue sedih lihat lo gini, Sal, demi Tuhan. Ingat, berkali-kali gue bilang. Bahagia jalurnya bisa dari mana aja, bukan cuman dari dia."
Salfa diam seribu bahasa setelah apa yang Kinara bilang. Ia sendiri juga paham, pasti gadis di sebelahnya itu juga sudah sangat lelah. Salfa merutuki dirinya sendiri dalam hati, tidak tahu darimana asalnya ia menceritakan cerita itu lagi, setelah lama sekali ia tak membuka perbincangan soal satu orang itu.
"Udah deh, Sal. Daripada lo makin ngelantur kemana-mana, akan lebih baik kalau lo balik ke rumah sekarang, ikut Bokap sama Nyokap lo ke kenalan mereka yang bisa bantuin masalah lo. Gue aja yang cuman dengerin apa yang lo bilang dini hari tadi, tiap ingat masih merinding. Ini sekarang apa? Lo malah bahas dia, nggak guna, Sal, please!"
"Gue udah bilang kan, Ra. Gue sama sekali nggak tau kalau Bokap gue punya kenalan orang pinter. Dan gue sama sekali nggak percaya sama orang itu!" balas Salfa ketus kemudian beranjak dan berjalan lebih jauh ke sawah.
Kinara yang geram segera menyusul. "Lo bukan nggak percaya sama tuh orang. Lo tuh nggak percayanya sama Bokap lo!" sungutnya setengah berteriak karena Salfa berada sudah cukup jauh. "Cepet amat tuh anak jalannya. Nggak takut kepeleset apa, becek gini! Sal, Tunggu! Sal?"
Tak menghiraukan panggilan Kinara, Salfa terus saja berjalan menyusuri batas sawah. Tak tahu juga darimana asalnya, dari arah yang tidak ia duga, seorang anak kecil menabraknya, membuatnya memegangi pinggangnya yang nyeri. "Aduh, hati-hati dong, Dek. Jangan lari-larian disini nanti jatuh."
![](https://img.wattpad.com/cover/245726344-288-k945118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AWAKENED [Sudah Terbit]
Horror[TELAH TERBIT DI EUREKA PUBLISHER] [WWC2020 WINNER] - Part masih lengkap GENRE: HORROR, ROMANCE, FAMILY Sebagai seseorang yang tidak terlahir dengan kemampuan menembus dimensi lain, Salfa kewalahan menyesuaikan diri ketika pada usia yang ke dua pulu...