[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]
Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
.Kapal bantuan datang mengevakuasi para penumpang kapal ferri yang mogok itu. Sudah ada sebagian dari keseluruhan penumpang berpindah, tapi yang aneh, kapal malah menyala lagi. Anak buah kapal dibuat kebingungan dengan apa yang terjadi. Belum juga mereka menemukan letak kejanggalan hingga kapal ferri itu mogok, tapi malah tiba-tiba menyala dengan sendirinya.
Kelegaan sekaligus kalimat-kalimat menyayangkan akhirnya terlontar. Tapi, banyak dari mereka tetap memilih berpindah karena masih takut akan terjadi hal yang tak diinginkan lagi. Sempat Salfa mengecam pada sosok berambut pendek itu, sebelum ia berpindah.
"Gue nggak tau apa mau lo. Tapi yang lo lakuin ngerugiin orang banyak! Jangan-ganggu-gue-lagi!"
Meski dengan sedikit ketidaktegaan karena melihat sosok itu memelas sedih, kejengkelan Salfa masih tetap jadi pemenang atas dirinya. Segera setelah itu ia meninggalkan sudut kapal yang sepi, menyusul teman-temannya yang sudah berada di tepi. Dengan memicing karena ngeri melihat air laut, ditambah akses untuk berpindah kapal yang bergoyang karena ombak laut, membuatnya tak melepaskan tangan Kinara.
"Sal, lo tuh aneh banget ya sumpah. Lo bisa berenang tapi takut sama laut," celetuk Vin dengan geleng-geleng kepala.
"Bodoamat."
Tak sengaja Salfa mendapati Genta menatap pada dirinya, dan seperti biasa, ia langsung beralih pandang. "Masih berapa lama lagi nih?"
"Dua jam-an palingan," balas Novan, membuat Salfa berdecak.
Genta sadar maksudnya. "Siapa tadi yang nantang untuk naik kapal ferri? Sekarang marah-marah sendiri?"
Merasa diajak bicara, Salfa hanya menatap tak enak. Tak ada inisiatif untuk menjawabnya sama sekali. Setelah semuanya, mengapa pemuda itu tampak seperti tak ada yang terjadi? Mengapa seolah hanya dirinya saja yang merasa tak nyaman? Apa karena sakit hatinya sudah terlalu dalam? Tapi lihat, bahkan Genta tak merasa mereka punya masalah.
Ah, Genta. Andai yang dikejar olehnya bukan Liana. Andai Salfa bisa mematahkan argumen pemuda itu yang mengatakan bahwa cinta pertama adalah yang paling istimewa. Andai saja pemuda itu menyadari bahwa ada hati lain yang siap memperjuangkan apapun dengannya. Andai ia bisa melihat Salfa sekali saja. Andai kepercayaan yang pemuda itu berikan dapat selalu jadi pengobat luka. Ta… Ta… Kenapa, Ta? Kenapa gini?
●●●●
Sebuah mobil warna silver telah menunggu kedatangan enam orang dari pelabuhan. Gopal melihat seseorang bersandar pada bagian samping mobil, tentu sedang menunggu dirinya. "Pak Beni?" panggil Gopal, orang itu menoleh.
"Mas Naufal?" balasnya menebak.
"Iya, benar."
"Ini, Mas, kuncinya. STNK juga ada di dalam. Saya butuh KTP nya ya, sesuai aturan," ujar orang bernama Pak Beni tersebut dengan ramah.
Gopal mengangguk lagi, mengeluarkan dompet dan menyerahkan KTP nya pada Pak Beni. "Sudah saya transfer ya, Pak, uangnya."
"Iya, iya, Mas. Sudah. Matur suwun."
"Monggo, Pak?" sahut Genta dengan bahasa Jawa nya, yang dibalas senyum ramah, "Monggo-monggo, Mas, Mbak. Selamat menikmati liburan."
Semuanya pun ikut pamit dan segera meninggalkan area pelabuhan. Sekitaran cukup padat pengunjung. Bisa dilihat juga anak-anak setempat bermain bola di pesisir pelabuhan. Warung-warung berjajar, menyuguhkan jajanan khas daerah setempat dan beberapa kerajinan tangan seperti rajut dan baju-baju.
![](https://img.wattpad.com/cover/245726344-288-k945118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AWAKENED [Sudah Terbit]
Horreur[TELAH TERBIT DI EUREKA PUBLISHER] [WWC2020 WINNER] - Part masih lengkap GENRE: HORROR, ROMANCE, FAMILY Sebagai seseorang yang tidak terlahir dengan kemampuan menembus dimensi lain, Salfa kewalahan menyesuaikan diri ketika pada usia yang ke dua pulu...