Sepuluh : Tenggelam

810 159 161
                                    

[Kalau berkenan, jangan lupa follow author agar dapat notifikasi dan info seputar update-an, terima kasih]

Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian yang terjadi hanya karangan bebas penulis, tidak benar-benar terjadi di tempat dan lokasi yang disebutkan.
.
.
.
.
.

Setelah kejadian Kinara, para laki-laki di rombongan liburan ini sepakat untuk tidur bergantian. Jika kalian menilai ini berlebihan, maka tidak bagi mereka. Di tempat yang jauh dari rumah, mereka sebagai laki-laki tentunya harus bisa bertanggung jawab atas teman-teman perempuan yang bersama mereka.

Gopal, sempat mencetuskan rencana untuk pulang. Namun Salfa, yang masih dengan ekspresi terkejut setelah Genta menerjemahkan percakapannya dengan nenek-nenek itu, menolak. Meski kedengarannya egois, tapi ia ingin menyelesaikan apa saja yang ia mulai. Ia harus tahu sebenarnya apa yang dimaksudkan hantu-hantu itu. Bagaimana caranya, masih ia pikirkan. Yang jelas apapun itu, ia tak akan melibatkan teman-temannya.

Maka malam itu, dalam kamar. Salfa memejamkan mata namun tidak tidur. Ia memanggil Suri, untuk ia tanyai banyak hal. Sebenarnya sempat terbesit pikiran untuk menanyai sosok rambut pendek yang sampai sekarang masih mengikuti Genta, namun setelah dipikir lagi, akan lebih mudah untuk menanyai Suri yang memang ia sudah kenal.

"Suri… Aku mau kamu datang… Aku butuh kamu, Suri…"

Tepat setelah itu, botol air minum yang berada di nakas terjatuh. Salfa langsung membuka kembali matanya dan mendapati nenek-nenek yang tadi memasuki Kinara memelototinya tajam.

"Kowe iki kok isih ora ngerti to, Nduk?!!" (Kamu ini kok masih tidak mengerti, Nak?!!)

Belum sampai si nenek melanjutkan, hadirnya Suri membuatnya menghilang seketika. Tanpa disadari Kinara yang memang sudah tertidur, Suri mendekat ke Salfa. "Lebih baik kamu sekarang tidur, Salfa. Besok ikutlah denganku, akan aku ceritakan semuanya. Aku harap kamu tidak terbujuk mereka yang ada disini, terlebih nenek itu."

Salfa mengernyit. "Maksud kamu terbujuk?'

"Tidak semua dari bangsa kami bisa kamu percayai perkataannya, Salfa. Mereka hanya tidak menyukai rumah mereka dipakai olehmu dan teman-temanmu."

Segera, Salfa teringat kata-kata Pak Aji. Sesuai dengan yang Suri katakan, bahwa tidak semua makhluk halus dapat dipercayai. Jujur, Salfa sedikit bisa tenang setelah Suri memberinya janji untuk menceritakan semuanya besok. Maka, setelah sosok cantik itu pergi, ia segera membaringkan tubuh dan memejamkan mata. Tak mempedulikan beberapa dari mereka yang berusaha mengajaknya berkomunikasi.

Namun lama-lama, tidak tahan juga mendengar suara sahut-menyahut itu. Salfa kembali membuka mata dan melihat ke atas nakas dimana disana tergeletak headphone yang dipinjamkan padanya oleh seseorang. Ya, siapa lagi kalau bukan Genta.

"Nih, lo pakai aja dulu. Kayaknya lo lebih butuh tidur nyenyak malam ini."  Kalimat itu terngiang di kepala Salfa.

Meski sebenarnya enggan, tapi ia tidak munafik untuk mengakui bahwa dirinya membutuhkan itu. Setelah telinganya menangkap suara-suara yang memanggil dirinya lagi, yang ia pikir adalah suruhan dari si nenek karena malam ini tak seramai malam kemarin, Salfa pun mengambil headphone itu.

Ia memasangnya di telinga, headphone itu langsung terhubung dengan ipod hitam milik Genta. Gadis itu menekan tombol di ipod dan lagu mulai terputar. Namun, ada yang janggal. Rasa hangat itu, merebak memenuhi dada Salfa. Tapi kali ini ia segera menepisnya, meyakinkan bahwa itu adalah kebetulan. Lagu 1000X yang dibawakan Jarryd James tersebut pasti hanyalah kebetulan semata menjadi lagu yang pertama menyambut indera pendengarannya.

AWAKENED [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang