26. Little Butt

713 90 5
                                    

"Kau harus ikut bersamaku hari ini."

Pagi-pagi sekali, Lavi telah ditarik paksa dari tempat tidur. Setelah mandi dan bergegas ke halaman istana, semua orang telah berkumpul di sana bersama kuda-kuda. Pandangannya saat ini tertuju pada Arsen yang mengenakan pakaian tipis ketat dan jubah tebal, walaupun biasanya dia sering mengeluh tentang pakaian itu, pakaian khas Banditi itu cocok untuknya.

Entah kenapa dia terlihat seperti kaisar besar yang tidak bisa disinggung sembarang orang. Kesannya kuat dan tidak terbantahkan, semuanya didukung dengan tubuhnya yang tinggi dan tegap, juga tampan.

Raiden tiba-tiba mengirim tali kendali kuda pada Lavi yang terdiam. "Tuan Lavi biasanya suka kuda ini."

Kuda yang diserahkannya merupakan kuda hitam sehat yang biasa Lavi gunakan untuk berpatroli di wilayah Banditi. Sudah lama rasanya dia tidak menaiki kuda itu. Kuda hitam itu berjenis kelamin betina, tapi memiliki fisik yang kuat dan bersemangat. Dia memang menyukainya.

Lalu matanya menatap semua orang. "Kita akan ke mana?"

Istana memang sepi terutama karena Davion masih belum kembali dari wilayah Agura, juga karena beberapa orang telah dibawanya sebagai pengawal perjalanan. Yang tersisa di istana besar ini sebagian besar adalah pelayan wanita dan pengawal laki-laki sebagai penjaga mereka.

Kaki Arsen dengan mantap menginjak sanggurdi dan dia melompat mulus di punggung kuda, melirik Lavi. "Aku baru saja mempelajari peta pulau ini dari Shuo. Ada tempat bagus yang menarik minatku, aku ingin pergi melihat-lihat."

Melihat-lihat?

Apakah tuan muda egois ini benar-benar tidak punya pikiran? Dengan banyaknya buronan yang kabur dari penjara, akan ada banyak kejahatan yang terjadi di luar sana. Mereka tidak akan pandang bulu pada siapa pun yang mereka temui. Apalagi selain Arsen dan Davion tidak ada penduduk Banditi yang memiliki rambut pirang, tidak sulit menjadikannya sebagai target empuk, karena mangsa ini sangat berpotensi.

Bagi para buronan, mendapatkan kepala dua orang ini sudah pasti merupakan kesuksesan besar.

Melihatnya mengerutkan dahi, Arsen sedikit memahaminya. "Aku akan pakai ini."

Sebuah selendang hitam yang halus dikeluarkan Arsen dari tas perbekalan, lalu melilitkan benda itu di leher dan rambut hingga rambutnya tak terlihat sehelai pun. Dengan begini yang nampak hanya bagian wajah.

Lavi sepertinya masih tidak setuju dengan penyamaran asal-asalan itu, tapi tidak mau mengomentarinya.

Sejak dia dihantam keras semalam suntuk sampai beberapa ronde, sebenarnya Lavi masih memiliki rasa sakit tajam di bagian bawahnya. Kemarin tubuhnya tidak bisa bergerak karena merasa tulang-tulangnya telah hancur berkeping-keping. Setelah istirahat seharian, dia memang baik-baik saja, lukanya juga membaik, tapi dia tidak berharap untuk berkuda dulu.

Malam-malam yang digunakannya untuk mengobservasi, memberinya banyak kesimpulan dan ide bagus. Sedikit demi sedikit, Lavi mulai membiarkan alur kehidupan ini berjalan dulu sebelum dia mengambil keputusan lain. Dia tidak pernah salah dalam menilai seseorang, baginya Arsen memang hanya orang egois yang suka pamer dan menggertak, pada dasarnya dia tidak membahayakan posisinya sama sekali.

Setelah sebagian fakta terungkap, seharusnya pihak lain akan memanfaatkan ini untuk menyingkirkannya. Tapi Arsen, dia sangat berbeda, dia justru menarik Lavi di sisinya dan terus membual tentang ide-ide untuk membantunya.

Bukankah terdengar sangat tidak masuk akal?

Arsen adalah orang yang keras, egois dan bertemperamen buruk, tapi apa yang dikatakannya tidak bohong. Mata seseorang yang berbohong akan terkesan licik, anehnya mata Arsen terlihat begitu angkuh dan sembrono. Seperti anak kecil nakal yang suka mengancam untuk mempertahankan kekuatannya.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang