44. Drugged

400 68 23
                                    

"Bukankah kau berkata kita akan kembali besok?" tanya Arsen pada Lavi saat mereka tengah mengendarai kuda dan telah melewati gunung curam yang sepi.

Sudah satu jam terlewati sejak mereka pergi dari penginapan, efek mabuk Arsen masih belum reda dan sekarang dia sedikit mengantuk.

"Di sini tidak aman."

"Ada apa?"

"Nero menyerang Klan Askara tadi malam, tapi tidak berhasil."

Dahi Arsen mengernyit. "Lalu mengapa kita harus lari? Barat daya tidak menahan beberapa pemberontak dan Nero tidak punya alasan untuk mengejar ke sini——lagipula Nero tidak akan menyerang jika itu kau. Bukankah kalian bersekutu?"

Ada ekspresi terkejut yang tipis tergambar di wajah Lavi. Fakta itu benar adanya—tapi menurut perspektif Arsen. Lavi telah mengakui bahwa dia berpihak pada Nero, jadi wajar saja jika tuan muda ini akan berpikir seperti itu.

Namun, Lavi meninggalkan tempat ini bukan karena alasan itu.

Rasanya ada banyak kejanggalan yang terjadi dan dia berpikir bahwa tidak baik jika terus berada di sini. Arsen memiliki bahaya di sekitarnya, yang dia sendiri tidak menyadarinya. Dengan beberapa anggota kemiliteran mati dengan mudah oleh satu musuh saja, itu berarti sebuah peringatan tegas.

Dia juga tidak tahu apakah musuh ini berpihak padanya atau tidak.

Jauh di jalanan yang menanjak, kuda-kuda mereka mulai melambat karena kehabisan napas. Daya tahan mereka tidak sekuat di medan yang rata dan halus. Seperti kata rumor, barat daya begitu dingin, kuda-kuda juga bisa merasakannya. Dingin ini seperti seolah-olah napasmu akan menjadi asap ketika keluar lewat hidung.

Tiba-tiba, kuda yang ditumpangi Lavi meringkik kuat dan berhenti secara mendadak. Tubuh hewan itu tak terkendali ketika melompat tajam dan kaki depannya mengentak tanah kuat-kuat.

Lavi secara aktif memegang tali kendali, berusaha menenangkannya, tapi kuda itu melemparkannya ke tanah.

"Lavi!" Arsen menarik kudanya untuk berbalik, dan melompat ke dekat Lavi secara instan. "Ada apa? Mengapa kau jatuh?"

Tubuhnya telah membuat persiapan saat jatuh, jadi Lavi tidak terkena dampak buruk. "Kuda itu diserang."

Mereka berdua melihat kuda yang sempat lepas kendali itu telah terkapar di tanah tak bergerak.

"Maksudmu dia diracuni?"

"Ssst." Lavi menyuruhnya diam.

Samar-samar terdengar suatu benda membelah angin dari kejauhan. Semua insting Lavi waspada dan dia menjadi serius. Bola matanya menyipit tajam seolah-olah sedang mengukur sesuatu tak kasat mata. Tangannya bergerak menangkap benda tipis yang melayang ke lehernya, seperti sebuah jarum, tapi itu sudah terlambat. Dia membeku selama beberapa detik, kemudian matanya membalik ke dalam kepalanya dan tubuhnya limbung.

Dengan sigap Arsen menangkapnya ke dalam pelukan. "Lavi! Bangun!"

Arsen tidak mengerti kenapa Lavi tidak sadarkan diri. Udara di sekitar mereka mulai kacau dan ada suara-suara gerakan di atas kepalanya.

Pedang milik Lavi masih ada di pinggangnya, Arsen menarik benda itu dan berdiri. Untuk sementara dia tidak bisa menjauhi Lavi demi menjaganya, dia tahu ada yang berniat menyerang mereka. Tanpa diketahui di mana musuh berada, instingnya harus lebih tajam. Dia harus secara aktif memperlambat gerakannya untuk menajamkan telinga.

Dan puluhan jarum segera menyerbunya dari berbagai arah.

Arsen masih lihai dengan pedang, sehingga dia bisa menangkis beberapa jarum yang datang. Jika benda kecil ini bisa melumpuhkan Lavi, maka dia tidak boleh lengah sedikitpun.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang