54. You Know I Love You, Lavi

365 54 12
                                    

Lavi pasti sudah kehilangan akal ketika dia mulai memiliki perasaan yang dalam terhadap Arsen.

Dia telah lupa tujuannya hidup di dunia ini.

Lima hari kemudian mereka kembali melakukan perjalanan dan tiba di istana Bathara yang hampir sebagian tempat telah porak poranda. Arsen melompat dari kereta begitu saja. Dua hari terakhir mereka hampir tidak mencari penginapan dan bermalam di hutan, tidak ada gosip penyerangan yang sampai di telinga mereka.

Bagaimana kekacauan ini bisa terjadi?

Seorang prajurit memberitahunya bahwa Lord Davion diserang pembunuh. Berkat lindungan dari pengawalnya, dia tidak terluka parah. Rory terkena panah yang seharusnya ditujukan untuk penguasa klan itu, dan sekarang dalam kondisi kritis.

Arsen tidak mendengar kelanjutan ceritanya dan segera mencari sang ayah. Lavi mengikutinya dengan tergesa-gesa.

Ketika tiba di kamar utama, Davion sedang duduk di kursinya sambil meminum teh. Seorang tabib sedang mengganti perban di bahunya, luka itu nampaknya tidak terlalu buruk. Napas yang ditahan Arsen keluar begitu saja.

"Ada apa ini? Siapa yang menyerang ayahku?!" Arsen berteriak kepada para prajurit yang berjaga di sekitarnya.

Para prajurit itu tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Bagaimanapun penyerangan ini terjadi, mereka adalah pasukan terdepan yang telah gagal melindungi penguasa klan dan membiarkannya terluka. Sekarang mereka takut nyawa mereka diminta sebagai pertanggungjawaban.

Wajah Arsen telah memerah dan urat biru telah menonjol di dahinya ketika dia berteriak lagi, "Cari tahu siapa yang melakukan ini!"

Semua prajurit tanpa terkecuali, pergi setelah memberi hormat.

Arsen tidak bisa menahan kakinya untuk berdiri dan dia menjatuhkan dirinya di kursi, merasa gemetaran dan kemarahan berkumpul di kepalanya. Melihat Arsen seperti itu, Lavi merasa kehadirannya tidak akan membantu banyak, jadi dia pergi untuk membiarkan ayah dan anak itu berdua.

"Bagaimana lukanya?" Arsen bertanya dengan nada suaranya yang melunak sedikit.

Tabib Kepala itu tetap tenang setelah melihat kemarahan Arsen sebelumnya. "Lukanya tidak parah, Tuan Muda. Tidak ada tanda-tanda racun dalam senjata itu, dalam beberapa hari luka ini akan pulih seperti sedia kala."

Davion yang sejak tadi terdiam segera menyuruh tabib itu pergi. Dia tidak merasa harus diberi penanganan khusus, tetapi tabib tua itu hanya merasa tak nyaman untuk membiarkannya dirawat oleh asisten. Jadi, Davion pun tidak bisa mencegah.

"Lihat, apa yang terjadi padamu, Ayah." Arsen menatap sang ayah dengan lekat.

Cangkir teh yang ada di tangannya diletakkan di meja dengan lembut. Davion membalas tatapan yang hampir menelanjangi dirinya, dan berdeham. "Arsen, kurasa sudah saatnya kau mengetahui sebuah rahasia."

Mendengar kata-kata itu, Arsen refleks menegakkan tubuhnya.

Di koridor istana yang tidak jauh dari kamar utama, beberapa pelayan tampak sibuk keluar dan masuk dari salah satu kamar. Langkah Lavi terhenti sejenak, lalu tabib tua melewatinya sambil menepuk bahunya. Tabib itu hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun dan masuk ke kamar itu juga—kamar di mana Rory sedang menjalani perawatan karena lukanya.

Lavi telah bertanya pada pelayan yang segera memberitahunya bahwa Rory tertembak panah yang hampir dekat dengan jantungnya. Panah itu menembus ke punggung dan menyebabkan pendarahan internal, sehingga kondisinya kritis ditambah kehilangan banyak darah.

Dia bertanya lagi, "Kapan penyerangan itu persisnya?"

"Penyerangan terjadi pada dini hari, Tuan. Tidak banyak korban, tetapi Lord Davion bahkan bisa terluka. Aku sangat khawatir."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang