🍮 - Sean

130 10 3
                                    

Shose. Begitulah kamu memanggilnya. Adik yang berjarak tiga tahun darimu itu selalu bergantung padamu. Mulai dari memilihkan baju yang cocok untuknya, menyisir halus rambutnya, sampai memaki anak yang berani macam-macam dengannya. Ia selalu memanggilmu kakak dengan ekspresi memelasnya jika ingin memintamu melakukan sesuatu untuknya.

"Kak, minta tolong benarkan ini...."

"Bagaimana cara menalinya?"

"Kakak...."

Suara Shosei terputar begitu saja di kepalamu bagaikan kaset yang rusak. Kamu menghela napas berat. Sudah empat tahun kamu tidak bertemu dengannya. Kala itu ayahmu memaksamu untuk ikut pergi dengannya ke Amerika. Kamu menolaknya karena baru saja berpacaran dengan kekasihmu. Alhasil, adikmu yang menemani ayahmu ke Amerika.

Hari ini kamu pulang lebih telat dari biasanya karena pekerjaan yang menumpuk. Sebenarnya itu hanyalah pekerjaan harian yang biasa kamu lakukan. Semenjak putus dengan kekasihmu, kamu mulai menyibukkan diri sendiri dengan membantu meringankan pekerjaan teman akrab satu kantormu. Temanmu memberikannya dengan senang hati.

Tangan kananmu mendorong pagar putih depan rumahmu yang terlihat belum digembok. Suatu hal yang aneh karena biasanya ibumu menguncinya jam 9 ke atas. Kamu menekan bel pintu rumah dua kali. Cukup lama tidak mendapatkan balasan, kamu memasuki rumahmu lantas melepas sepatumu.

"Aku pulang." salammu.

Tidak ada jawaban.

Dan itu adalah hal yang lebih aneh lagi.

Kamu menelusuri lorong rumah kesayanganmu, berusaha mencari keberadaan penghuni rumah. "Ibu?" panggilmu. Namun tetap tidak ada panggilan. "Ibu kemana, ya?"

Langkah kakimu berhenti tatkala melihat pemandangan yang mengejutkan. Seorang lelaki berambut cokelat gelap sedang tertidur pulas di atas sofa ruang keluarga. Perlahan kamu mendekatinya dengan ragu. Siapa...? Kamu merendahkan badanmu agar dapat melihat wajah lelaki yang sedang tertidur sembari menelungkupkan kepalanya.

"Dor."

Kamu berteriak kaget lantas jatuh terjengkang ke belakang. Suara itu.... tidak mungkin, kan? "Shose?" panggilmu.

Shosei bangun dari tengkurapnya, menggaruk tengkuknya tak gatal, lantas menatapmu. "Kakak jahat, tidak mengenaliku." ucapnya. Ia perlahan mendekati wajahmu, sampai kau harus mundur sekali lagi. "Kakak tidak berubah." Setelah mengatakan itu, Shosei langsung beranjak ke kamarnya.

Jantungmu berdebar karenanya. Kamu terlalu kaget dengan perkembangan adik kecilmu, sampai-sampai kamu tidak menyadari bahwa sedaritadi kamu duduk di atas lantai. Kamu segera bangkit dan menyusul adikmu ke lantai atas.

Setelah memasuki kamar, kamu berniat untuk meluruskan badanmu di atas kasur. Namun niatanmu terhenti karena sebuah ketukan pintu kamar.

"Kak?"

Kamu membuka pintu kamar. Shosei masih dengan kaos lengan pendeknya, berdiri dengan gontai alih-alih mendongak ke arahmu. Oke. Shosei sudah besar, batinmu. "Iya?" responmu.

Shosei mendekapmu erat seakan tidak mau lepas darimu. "Aku merindukan kakak." ujarnya.

Kamu menikmati pelukan tersebut dan akhirnya menjawab, "Kakak juga." lalu balas memeluknya.

Tanpa melepaskan pelukan, Shosei berkata, "Aku menyukai kakak."

Kamu yang saat ini terkejut, refleks melepas pelukan adikmu. Namun ia menahanmu, tidak membiarkanmu bebas begitu saja. "Aku menyukai kakak sejak dulu. Bahkan aku tidak ingat sejak dulu itu kapan. Aku tidak akan membiarkan kakak terus berpacaran dengan cecunguk itu."

Tanganmu otomatis memukul pelan bibirnya. "Dari mana kau belajar bahasa itu?"

"Kakakk, aku sudah besar. Aku ingin pacaran dengan kakak." pintanya dengan wajah memelasnya.

Kamu menghela napas. "Itu tidak ada hubuー" Belum sempat kamu menyelesaikan perkataanmu, Shosei langsung memojokkanmu ke tembok. Dengan senyum miring yang tidak pernah kamu lihat sebelumnya, ia berkata, "Kakak mau lihat perubahanku, kan?"

--

Hai, readers!

Maaf kalo update-an minggu ini telat lagi shshshhs. Mungkin kalian dah bosen dengerin alasanku. Yup, karena tugas menumpuk. Kemungkinan minggu depan juga telat lagi karena author ada presentasi individu.

Met baca~
Salam ketjup dari author♡

JO1 Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang