satu 1#

72 6 0
                                    

Saat ombak mulai tenang, saat angin mulai menghilang dan saat senja tidak lagi datang.

Memejamkan mata menikmati desiran ombak, hembusan angin dan kicauan burung. Sudah beberapa kali Suar selalu datang ketempat itu, tidak melakukan apapun hanya duduk saja memperhatikan kapal yang terus berlayar.

"Suar!, kamu ngapain di situ, ayo pulang"

Suar beranjak ketika mendengar suara itu. Ya, suara itu, suara yang akan terus ia ingin dengar. Suara yang memanggilnya untuk pulang.

"Iya bu Suar turun," Jawab Suar

Suar mengangkat kepala ke arah langit memejamkan mata merasakan angin dan membiarkan cahaya matahari mengenai kulit wajahnya, beberapa detik Suar dengan posisi tersebut lalu kembali ke posisi seharusnya.

"Bu, kenapa ibu menamai Suar Mercusuar?" Tanya Suar.

Perempuan yang dipanggil ibu menaikan dua ujung bibirnya membalas senyum mendengar pertanyaan Suar.

"Apa karena waktu aku lahir bertepatan dengan dibangunnya mercusuar itu," Tebak Suar

Tersenyum untuk kedua kalinya, kali ini di selingi suara.

"Emm, kamu tau gak apa fungsinya mercusuar?"

Suar terdiam sejenak memikirkan jawaban.

"Buat ngasih tau kapal-kapal kalo ada daratan," Jawab Suar

"fungsi mercusuar itu navigasi bagi kapal laut, dia ngasih tau kapal-kapal kalau mereka ada di posisi-posisi tertentu, entah laut dangkal atau daerah berbahaya. Dan cahaya yang menyala di puncak mercusuar itu menjadi sinyal bagi kapal-kapal," Jelas ibunya

"Kenapa ibu menamai kamu Mercusuar, karena ibu mau kamu menjadi alasan dan petunjuk bagi seseorang untuk pulang, kuat dan sabar walau angin dan badai menerjang, seperti mercusuar., " Jawab ibunya.

"Berarti kalau Suar jadi mercu nya, Suar mau ibu jadi kapalnya. Suar akan jagain ibu dan gak akan ninggalin ibu.  Suar sayang ibu," Ujar Suar

Suar memeluk perut ibunya erat, ibunya tersenyum sabil terus mengayuh.

Suar dan ibunya tinggal berdua di rumah sederhana di salah satu dusun dekat pantai. Ibunya seorang petambak garam, maka dari itu tidak heran Suar sering mendatangi mercusuar yang terletak tidak jauh dari pantai.

Saat malam tiba meninggalkan senja yang indah diganti dengan bintang bercahaya. Berselimut angin tanpa nyawa, meninggalkan dingin tanpa rasa.

Suar sudah berada di atas ranjang beralaskan kain putih ditemani dua pasangan yang saling melengkapi, membuat mimpi terjaga sampai esok menyapa pagi.

Sambil menatap langit-langit rumah, Suar kembali pada pikirannya yang menyimpan banyak tanya akan hal yang ingin dia ketahui, termasuk soal seseorang yang memiliki gelar"ayah".

"Bu, sebenarnya bentuk muka ayah gimana sih?" Tanya Suar

Ibunya masih terdiam memejamkan mata memeluk pelita kecilnya itu.

"Bu.. Ibu udah tidur ya, perasaan tadi Suar liat masih bangun," Ujar Suar

"Rgghh" Dengkur ibunya yang hanya berpura-pura untuk menjahili Suar yang tak kunjung memejamkan mata.

"Kira-kira wajah Suar mirip ayah atau ibu"

Ibunya membuka mata. Seperti ada yang mengetuk dalam palung hati membawa kembali kepermukaan rindu yang selama ini sudah tenggelam dalam.

Ibunya mengambil posisi setengah bangun, untuk menatap Suar yang berbaring.

"Kamu itu mirip ayah sama ibu. Liat nih kamu punya dua mata ibu sama ayah juga punya, kamu punya satu hidung, dua telinga satu bibir ibu, ayah juga punya"

A TO REMEMBER || Ten WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang