delapan 8#

7 2 0
                                    

-✿-

Bukan mencari, melainkan menemukan. Bukan meninggalkan, melainkan mempersiapkan. Terpisah bukan berarti tak cinta. Mungkin semesta ingin kita tahu masih ada kah cinta walau tak bersama.

Seperti biasa di sore hari Kala akan sibuk di cafe, kesana-kemari mengantarkan pesanan para pelanggan yang singgah di cafe, termasuk Naka. Sudah beberapa hari ini Naka selalu mampir di cafe tempat Kala bekerja, terduduk menikmati kopi atau hanya sekedar memperhatikan Kala yang sibuk mondar-mandir. Seperti sekarang.

"Mau pesen apa?" Tanya Kala datar.

Bukannya menjawab Naka justeru senyum-senyum memandangi Kala yang berdiri di hadapannya. "Pesen, secangkir senyum dari makhluk paling manis di Bumi," Ucap Naka.

Kala menghela nafas, enggan untuk meladeni Naka yang terus mengganggu pekerjaannya. Kala memutuskan meninggalkan Naka tanpa tahu apa yang di pesannya.

"Americano, jangan pake gula soalnya manisnya udah punya kamu...!" Naka berteriak membuat semua pasang mata tertuju padanya.

"LA, La. Keliatan banget dia tuh tertarik sama kamu La," Ujar Mbak Ratih sembari membuat pesanan pelanggan lain.

"Tapi aku nggak"

"Eh, hati-hati loh sekarang kamu bilang enggak tapi nanti.., Tuhan maha membolak-balikan hati tau," Ujar Mbak Ratih seakan memperingatkan Kala.

Kala tidak menanggapi, ia buru-buru mengantarkan pesanan makhluk aneh yang sekarang tengah tersenyum padanya.

"La, boleh saya minta sesuatu?"

"Apa lagi," Jawab jutek Kala.

"Jutek banget sih, saya cuman mau kamu senyum aja, jangan jutek jutek. Kalo saya sih kamu jutekin gapapa, kamu tetep jadi orang yang saya suka

Tapi kasihan, pelanggan yang lain kalo kamu ikut jutekin," Ujar Naka sembari matanya mengedar ke seluruh cafe yang cukup ramai.

"Hmm" Kala berdehem.

Benar juga ia tidak berhak untuk memasang muka jutek kepada semua orang hanya karena ia kesal pada satu orang.

"Kok, cuman 'hem' doang, senyumnya mana?"

Kala sudah cukup jengah dengan semua kemauan makhluk aneh di hadapannya. Ia pun memberikan senyuman yang sudah pasti terpaksa.

"Nah, gitu dong," Naka puas.

Kala kembali dengan kekesalan dihatinya. Naka menikmati americano miliknya "Puftrrr, apa emang sepahit ini," Gumam Naka

Kala kembali sibuk di bar membantu Mbak Ratih menyiapkan pesanan.

"Eh, Mas Agra. Mau ngontrol ya Mas," Ujar Mbak Ratih saat Agra tiba di cafe dan langsung menghampiri mereka berdua yang sibuk.

"nggak, ini saya kebetulan lewat terus sekalian aja liat keadaan cafe," Jawab Agra.

"Tenang aja Mas, cafe aman"

Agra tersenyum mengangguk percaya, karena apa yang dilihatnya sekarang cafe lumayan ramai. Namu pandangannya teralihkan pada gadis yang sepertinya sangat sibuk, sampai-sampai tidak sadar dirinya datang.

Mbak Ratih mengerti tatap Agra pada Kala. Kala masih sibuk dan tidak sadar ada Agra di sana. Tiba-tiba.

"La, Kala," Panggil Mbak Ratih.

Kala menoleh kearah Mbak Ratih. "Nih"
Kala, mengambil kertas yang diberikan Mbak Ratih "Tadi dia nitipin ke salah satu pelanggan," Ucap Mbak Ratih sambil mesem mesem.

A TO REMEMBER || Ten WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang