tujuh 7#

14 0 0
                                    

-✿-

Sang surya cukup terik hari ini, Akatara nya hampir menyelimuti seluruh bagian bumi Sriwijaya. Membuat manusia bumi Sriwijaya enggak meninggalkan kelas yang biasanya tanpa disuruh pun mereka sudah diluar.

"Hehh, kenapa matahari terik nya pas kita jam olahraga, kan aku jadi males buat ikut jam pak Ibnu," Ujar Karina sudah dengan kostum olahraga kaus putih dan celana training.Begitupun Kala.

Yang sibuk memandang bait kata pada buku yang ia pegang sedari tadi, menunggu pemimpin hari terik ini muncul pak Ibnu.

Beberapa menit kemudian, manusia yang ditunggu datang. Pak Ibnu dengan baju kebanggan nya dan senjata mungil yang tergantung di lehernya yang jika di tiup membuat manusia bumi Sriwijaya langsung berhambur keluar dan berbaris rapi di tanah lapang depan kelas. Seperti sekarang.

Priiuiitt*

Anak kelas Bahasa-2 mau tidak mau langsung keluar kelas saat mendengar pluit pak Ibnu berbunyi.

"Yuk!, anak-anak cepat kumpul di lapangan" Seru pak Ibnu

Dengan malas Karina berjalan menuju lapangan dan Kala dibelakangnya.

"Aduh pak, kenapa gak materi aja," Ujar Karina

"Panas pak, bisa-bisa kita jadi teri"

"Kamu ini. Kemarin kita kan sudah banyak materi dan sekarang waktunya praktik. Waktu kita untuk praktik tinggal 3x pertemuan lagi kok, setelah ini kalian akan fokus untuk mempersiapkan ujian"

Memang waktu mereka di bumi Sriwijaya akan habis dan akan digantikan dengan penerus selanjutnya.

Pak Ibnu kembali meniup pluit sangkakala nya. Dan dari lantai dua turun anak kelas fisika-1 yang dimana ada Naka dan Samudra.

Semua pasang mata manusia bahasa tertuju pada segerombolan makhluk angka yang ikut berbaris diantara mereka termasuk Naka dan Samudra yang paling menarik perhatian, terutama barisan hawa yang sudah berbinar sejak Naka dan Samudra menuruni anak tangga.

Kala sempat melihat anak-anak fisika yang menuruni anak tangga dengan kostum olahraga. Bisa Kala tebak bahwa kelasnya akan mengikuti jam olahraga bersama dan dia tahu juga bahwa ia pasti akan bertemu dengan manusia aneh Sriwijaya. Ya, siapa lagi jika bukan Naka.

Benar saja, saat ini Naka sudah tepat berdiri di samping Kala yang padahal harusnya barisan anak laki-laki berada tepat di mana matahari berada.

"Hey, kamu kenapa berbaris di sana?" Ujar pak Ibnu pada Naka

Kala masih diam.

"Saya takut pak," Jawab Naka

Membuat raut wajah pak Ibnu terlihat kebingungan.

"Saya takut calon pacar saya berubah jadi ikan teri karena terik matahari, sebelum sempat menyayangi saya," Menatap kearah Kala dengan kurva sabit yang terlukis di bibirnya.

Membuat semua anak perempuan histeris dengan perkataan Naka barusan, apalagi mereka yang memang mengagumi Naka. Seakan semua hayalan mereka menjadi suri untuk seorang Naka patah ketika kata pacar  terlontar halus dari mulut manusia yang selama ini menjadi hayalan.

A TO REMEMBER || Ten WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang