004 : after today

7 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku tertipu pada kesabaran yang ternyata hanya sementara. Seharusnya sejak dulu aku belajar menghargai setiap hal kecil itu.

- SELAMAT MEMBACA -


Malam itu cukup ramai.

Suri mengakhiri penampilan dengan ending yang apik. Kami turun dari panggung saat sahutan-sahutan tepuk tangan masih terdengar. Sejujurnya kami bukan tokoh utama dalam pentas seni ini, karena itu momen berikutnya hanya kita habiskan dengan bersantai.

"Kira-kira habis lulus kita masih bisa manggung kayak gini gak ya?"

Aku melirik Bryan sejenak, pemuda itu tersenyum lebar dengan mata yang penuh binar seakan ada harap besar dibalik kalimatnya. Namun akhirnya aku hanya melengos, tidak menyahut dan membiarkan tiga pemuda di sebelahku terus berunding. 

Suri bukan band besar. Kami hanya manggung dari satu event ke event lain demi bayaran sekotak nasi putih dan lauk. Aku bahkan tidak yakin Suri punya kemungkinan setidaknya lima puluh persen untuk tetap manggung seperti ini beberapa tahun ke depan. Tapi satu hal yang jelas, aku benci perpisahan. Apalagi perpisahan Suri. Aku tidak ingin band kami bubar meski aku tahu faktanya seperti apa.

"Lo pendiem banget, Nat. Kenapa? Gak enjoy?"

Aku tersentak kaget begitu Titus menyikut pelan lenganku. Aku terdiam selama beberapa saat, lalu mengerjap. "Ah, enggak. Cuma lagi banyak pikiran aja," kilahku.

Aku mendengar helaan nafas Titus. Pemuda itu melengos, tidak terlalu ingin mengusikku. Aku sudah hapal sikap Titus itu.

"Eh, Nat. Lu  masih ada niatan jadi vokalis gak?" tanya Aaron menoleh padaku.

"Hm?" aku menoleh dengan dua alis terangkat tinggi.

Aku berpikir beberapa saat, sedikit bingung dengan ucapan Aaron. Antara sungguhan bertanya atau sekedar meledekku saja. Karena anggota Suri paling tahu aku ini pekerja keras. Tidak, itu ledekkan. Karena aku sejak awal punya keinginan keras untuk menjadi vokalis. Namun nyatanya suaraku tidak sebaik itu. Karena itulah akhirnya Aaron yang menjadi vokalis sekaligus bassist.

Namun aku mulai berpikir kalau Aaron serius kali ini. Karena sebelumnya Aaron membicarakan tentang kelanjutan Suri. Namun saat itu kepalaku sedang sangat kosong. Karena itu aku hanya menjawab, "Hans... suaranya kan bagus."

"Hah?" mereka mengernyit bingung.

"Kok jadi Hans?"

"Lo gamon, Nat?"

"Puji Tuhan. Hati lo udah berfungsi, Nat?"

Aku terdiam sejenak lalu menghela napas panjang. Aku juga tidak tahu kenapa aku menjawab seperti itu. Yang kuingat hanya saat mendengar Hans bernyanyi sewaktu menjadi bagian dari paduan suara Gereja. Aku memujinya waktu itu, kami bahkan berniat untuk meng-cover lagu bersama. Aku yang memegang gitar, dan biar Hans yang menyanyi.

Namun kenapa aku terus mengingatnya? Aku sadar. Tatanan panggung ini sama dengan tatanan panggung saat pertama kali aku mengenal Hans. Saat pertama kali aku turun dari panggung dan disambut oleh Maria. Dan saat itu juga pertama kali aku berfoto dengan Hans. Dan baru aku sadari, setelah Hans tidak ada, rasanya sesesak ini.

"Gue sayang sama Hans," kataku pelan sambil menunduk. "Ternyata dia berhasil bikin gue suka sama dia. Bukan cuma pelarian, tapi emang sesuatu yang bikin gue seneng kalo dia ada."

Mereka bertiga melongo, lalu saling  berpandangan. Hening selama beberapa saat hingga Titus bertanya padaku, "kenapa baru bilang sekarang?"

"Gue baru sadar sekarang." balasku semakin pelan. "Gue baru sadar rasanya sepi kalo gue gak diganggu sama Hans. Gue baru sadar kalo gue jahat banget. Dari ucapan atau kelakuan gue ke Hans, gue udah jahat banget ke dia." 

Aku mendengar suara Aaron yang menghela napas. "Kalo lo baru sadar sekarang mungkin Hans udah punya cem-ceman baru," katanya memalingkan wajah.

"Iya, malah bagus kalo emang gitu. Lagian di mana-mana juga yang baik dapet yang baik, yang jahat kena karmanya." kataku mulai menutup wajahku dengan dua tangan. "Gue sayang sama Hans. Gue cuma mau dia tau kenyataan itu. Gue mau dia tau gue punya sisi lain yang udah jatuh ke dia, bukan cuma Nia yang jahat."

Aaron, Bryan, dan Titus hanya bisa memandangiku saat punggungku semakin merunduk. Dan saat suara isakan mulai terdengar, mereka mengalihkan pandangan lalu menghela napas. Suri selalu tahu aku tidak pernah ingin dilihat saat sedang berada dalam titik lemahku.

[✔️] The days after todayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang