Senior

6.9K 354 25
                                    

Warning⚠
Cerita ini masih amburadul, mohon dimaafkan atas ketidak nyamanannya jika terdapat beberapa typo, maupun kalimatnya yang tiba-tiba tidak baku. Karena authornya sering labil😭.

Selamat membaca ❤

...

Ospek. Hal yang rutin dilakukan oleh para senior untuk menindas mahasiswa maupun mahasiswi baru. Pembullyan yang beralaskan pelatihan mental, sungguh miris bukan?

Tepat disiang hari yang terik ini Win Metawin sedang menjalani apa yang disebut dengan ospek. Mana Win berdiri paling depan pula, membuatnya semakin takut bergerak barang sedikit saja. Dengan suara yang kuat mengalahkan halilintar, salah satu senior berjaket maroon disana berteriak.

"Inituh ospek! Inget dek kalian tuh udah kuliah! bukan di rumah! kek anak sd yang masih disuapi ibunya aja! Kalian tuh udah dewasa!" Mampus, tiap kalimat ada tanda serunya, galak bener.

Salah satu mahasiswi yang juga mengikuti masa orientasi kuliahnya terlihat sangat pucat. Win menyadari itu, baru saja melangkah satu-dua langkah senior tadi menahannya.

"Mau kemana? kabur, iya? Kalian semua liat ini! Benar-benar contoh yang tak patut untuk ditiru," sergapnya tanpa memberi jeda sedikitpun kepada Win untuk menjelaskan.

"Kalo ditanya tuh dijawab! Jangan bengong-bengong doang!" bentaknya yang membuat Win semakin takut.

Jemari lentik Win saling betautan satu sama lain, pergelangan kaki kanannya pun sudah bergerak berputar-putar ditanah menandakan ia sudah ingin menangis saat itu juga.

"Kan kakaknya tadi gak ngasih Awin kesempatan buat ngomong," cicit pria bergigi kelinci itu dengan suara bergetar.

"Oh berani ngeja--"

Acara penindasan melalui lidah berbisa itu seketika terhenti. Mahasiswi yang tadi ingin ditolong Win keburu pingsan duluan.

Win memberanikan diri untuk melirik sekilas name tag pria yang tadi memarahinya 'Singto Prachaya'. Suasana lapangan kampus langsung riweh, perempuan yang ternyata jurusan teknik sipil tadi sudah diangkut menuju uks dadakan.

Dengan tanpa hati pria bernama Singto tadi kembali berceletuk, "Kalian liat? itu pasti pingsan gara-gara gak makan! Mangkanya sebelum pergi ngampus itu sarapan dulu, kalau kalian pingsan gini kan yang repot kami!"

"Etdah, masih sempet ngoceh aje, galak banget dah bang," dumal Jeje yang hanya didengar kembarannya.

"Hah ngapa manggil?" tanya Aje.

Jeje mengerutkan dahinya bingung. "Lah, siapa yang manggil lu coba?" tanyanya dengan nada tidak bersahabat.

Aje menghentakkan kakinya kesal, langsung menjitak otak kembarannya berharap agar tidak konslet. "Lah, tadi kan lu manggil. Aje Aje begitu, pas disahut malah sok gatau," ketus Aje sembari mengerlingkan mata kesal.

"Ih, gue gak manggil kali Je. Emang lu aja yang budek."

"Serah!" teriak Aje yang merasa genek sampai ke ubun-ubun.

Singto yang sedari tadi memperhatikan si kembar tak botak yang bertengkar pun murka. Tanpa pancingan saja dia bakalan marah-marah, apalagi melihat ada umpan di depan mata, langsung di hap dong.

Senior itu menarik benda yang dipegang salah satu mahasiswa bernama Drake. Berniat melemparkan barang itu ke kepala kembar nakal. Namun, belum sempat ia melempar tangannya sudah terasa seperti disambar api neraka.

Korek api elektrik. Benda kecil yang berhasil membakar permukaan telapak tangan Singto. Banyak orang mencoba menahan tawanya saat melihat Sang Senior kesakitan.

Not Your Baby (Brightwin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang