Part 3

952 49 2
                                    

Di dalam sebuah ruangan yang gelap dan hanya di terangi oleh Bulan yang masuk dari celah-celah jendela terdengar tawa yang sangat mengerikan. Ia tertawa puas karena sudah menemuka mangsa baru untuk kesenangannya malam ini.

Dia Arga, Arga Gibadesta, pasutri dari Dewa dan Rani.

Di hadapannya terdapat seorang perempuan yang berpakaian seksi yang terikat dengan rantai di kursi kayu. Ia menatap puas wajah ketakutan mangsanya.

"Hai darling! Kamu kenapa kok mukanya sedih gitu seharusnya kamu kan senang mau main sama aku di ranjang" Ucapnya pura-pura sedih.

Wanita itu memundurkan wajahnya menatap Arga takut. "Gue nggak sudi berhubungan intim dengan psychopat gila seperti lo" Bentaknya menahan takutnya.

Arga terkekeh pelan. "Hah? Gue nggak salah dengerkan? Alah, tadi aja waktu di club lo mohon-mohon mau main sama gue terus lo mau puasin gue tapi sekarang kenapa lo nggak mau berhubungan intim sama gue?" Tanyanya pura-pura bingung.

Wanita itu gelagapan. "Gue nggak mau tau sekarang lo lepasin gue, gue mau pulang" Teriaknya.

Arga tertawa keras. "Gue?" Tunjuknya kepada dirinya sendiri "mau ngelepasin lo? Hah mimpi! Gue capek-capek ngebawa lo kesini dan ngelepasin lo gitu aja. Oh tidak semudah itu ferguso" Ucap Arga menatap tajam wanita itu.

"Apa salah gue sama lo?" Tanyanya mulai putus asa.

"Salah lo itu banyak" Ucap Arga sambil merentangkan kedua tangannya.

"Gue aja nggak pernah kenal sama lo ketemu aja baru kali ini" Ucapnya.

"Apa perlu gue sebut satu-satu kesalahan lo? Oh oke gue sebutin. Pertama karena lo jadi mata-mata di gengster gue kedua lo udah mengadu domba gengster Dangerous dengan gengster Achigos. Ah! Udahlah kalau gue sebutin satu-satu kagak bakalan kelar"

"Oh dan inget satu lagi" Arga menjentikan jarinya. "Gue tau kalau lo yang nyamar jadi nerd di SMA Perwira" Ucap Arga, Wanita itu terkejut.

"Dari mana dia tau kalau gue yang nyamar jadi nerd?" Batinya.

"Ah sudahlah dari tadi gue banyak bacot sekarang saatnya gue bermain dengan alat-alat kesayangan gue" Arga mengambil sebuah kontak lalu membukanya. Isinya terdapat pisau lipat, gergaji, paku, palu, tongkat baseball, garpu, pistol dan banyak senjata tajam lainnya. Wanita itu terkejut.

"Lo--lo mau apa sama benda-benda itu?" Tanyannya takut.

Arga menoleh. "Baik gue mau ngejelasin senjata tajam ini untuk apa" Ucap Arga. Arga mengambil Pisau lalu mengusap ujung pisau itu.

Arga mengangkat pisau itu. "Pisau ini untuk mengukir di tubuh indah lo"

Selanjutnya Arga mengangkat palu dan paku. "Palu dan paku ini untuk menusuk tangan dan kaki lo ke tembok"

Selanjutnya Arga mengambil garpu. "Garpu ini untuk mencongkel kedua bola mata lo"

Selanjutnya Arga mengambil senar gitar. "Senar gitar ini untuk mencekik leher lo"

Selanjutnya Arga mengambil pistol. "Pistol ini untuk menembak jantung lo"

Selanjutnya Arga mengangkat tongkat baseball. "Tongkat basebal ini untuk memukul kepala lo"

Dan terakhir Arga mengambil air yang sudah di beri racun mematikan. "Dan terakhir ini air yang sudah gue beri racun mematikan yang bisa mematikan semua saraf lo"

Arga tersenyum puas lain halnya dengan wanita itu ia menangis memikirkan nasibnya.

Arga sudah tidak tahan untuk menancapkan pisaunya ke tubuh wanita di depannya. Hasrat membunuhnya kini sudah sampai ubun-ubun. Ia mengarahkan pisau tajam ke paha putih seorang wanita di hadapannya.

"Memakai pisau kecil dan menusuk pahamu merupakan bagian awal dari permainan ku. Akan ku buat kau rindu dengan semua momen membahagiakan ini" Ucap Arga yang masih asik menggores paha wanita itu.

Teriakan kesakitan mulai terdengar. " Aaaaarrrrrrrhh"

"Arrrrhhhkkk sa-sakit hiks"

Teriakan demi teriakan bagaikan alunan musik di telinga pria gila dengan yang dengan senangnya melihat korbannya merasa kesakitan setengah mati.

"Sakit ya? Oh pastinya tidak sakit dong darling. Kau harus menikmati ini selagi kau hidup, Karena tidak semua orang bisa merasakannya. Jadi kau harus menikmati momen indah ini" Bisik Arga tajam.

Wanita itu mengerang kesakitan. "Tolong lepasin gue hiks gue janji hiks nggak akan hiks ngasih tau siapa-siapa soal ini" Wanita itu memohon-mohon untuk meminta di lepaskan.

Arga membuang lidahnya ke samping. "Asal lo tau siapa yang masuk ke ruangan ini harus mati termasuk lo"

Arga selanjutnya menancapkan pisau pada paha mulus wanita di hadapannya membuat darah segar mengotori lantai. Lantai yang semulanya putih kini berubah menjadi warna hitam pekat.

"Arrrrhhhkkk sa-sakit hiks"

Arga tersenyum puas. "Seharusnya lo itu bahagia, karena gue kan sudah membantu lo. Kenapa lo malah nangis? Padahal kemarin lo buat status di Instagram kalau lo itu bosen hidup dan lo ingin lebih dekat dengan tuhan, gue sedikit lagi akan mengabulkannya permintaan lo. Jadi, lo haris berterimakasih terlebih dahulu sebelum lo menghadap Tuhan. Gue baik bukan?"

Wanita itu menganga tak percaya. Gara-gara postingannya semalam membuat musibah bagi dirinya sendiri padahal ia cuma ingin mendapatkan simpati dari warga Instagram.

Arga menarik pisaunya kasar dari paha dan membuat sayatan-sayatan di seluruh bagian kaki wanita di depannya membuat darah semakin deras mengucur. Ia tersenyum puas melihat hasil maha karyanya pada tubuh wanita.

"Na-nanti gu-gue hapus postingan gue hiks tapi gue mo-mohon lepasin gue hiks"

Pinta wanita yang bernama Desi itu dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Terlambat darling!"

Arga menusukan pisau kecil itu pada perut rata wanita di hadapannya membuat empunya mengerang kesakitan. Arga mengobrak abrik isi perut wanita itu.

"Aaaarrrhhhhkkk"

Kini Desi hanya bisa terkulai lemas. Ia sudah pasrah bila harus mati di tangan psycopath berdarah dingin itu.

Arta mengambil garpu lalu mengangkat di depan wajah Desi. "Lo tau garpu ini buat apa?" Tanya Arga yang tidak mendapatkan jawaban dari Desi.

Arga berdecak kesal "Ck lo tuli?"

Desi mengeleng.

Arga mengarahkan garpu itu lalu menusuk mata sebelah kanan Desi dan sebelah kiri secara bergiliran membuat mulut Desi menganga lebar.

"Aaaarrrhhh sa-sakit"

Cipratan-cipratan darah mengotori dinding putih ruangan begitu pula dengan kemeja putih milik Arga yang sudah di penuhi bercak-bercak merah.

Arga mengambil senar gitar lalu mencekik leher Desi membuat Desi kesulitan bernafas.

Lantas Desi menemukan ajalnya.

Arga tertawa puas melihat mangsanya sudah menemui ajalnya.

Selanjutnya Arga mengambil kapas lalu menebas kepala Desi membuat kepala yang terlepas dari tubuh itu menggelinding di lantai. Darah terus mengalir dari leher Desi
Yang sudah terputus dari kepalanya.

Seakan belum puas, Arga selanjutnya mangambil tongkat baseball lalu memukul kepala Desi hingga lebur.

Tangan kekar berlumuran darah yang mulai mengering dan bau anyir darah yang memenuhi ruang penyiksaan membuat rasa puas tersendiri baginya setelah menyiksa korbannya.

Pria bertubuh tinggi itu memandang wanita yang tergeletak di depannya ini tersenyum puas setelah itu ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Bereskan mayat itu lalu kau kirim mayatnya ke rumahnya"

"Baik tuan"



————————————

Follow IG: Astuti_1419















 Possessive Brother and GengsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang