Part 4

895 55 3
                                    

"Dasar bodyguard tidak becus saya menyuruh kalian untuk mencari putriku saja tidak bisa" Bentak Jason kepada lima pria yang berpakaian serba hitam.

Mereka menunduk takut tak berani melihat wajah bosnya yang masih di landa amarah.

"Ma-maaf kan ka-kami tuan, kami sudah mencari putri tuan yang hilang namun belum ada tanda-tanda keberadaannya" Ucap salah satu dari mereka angkat bicara.

Jason murka. "Saya muak dengan laporan kalian yang tidak membuahkan hasil. Saya kasih kalian waktu sampai jam 12 malam untuk mencari keberadaan putri ku kalau sampai jam 12 malam kalian belum menemukan putri ku nyawa serta keluarga kalian taruhannya" Ucap Jason dingin sambil menatap satu-persatu wajah ketakutan bodyguard nya.

Tubuh mereka bergetar hebat. "Baik tuan saya pastikan kami akan menemukan keberadaan putri tuan" Ucapnya.

"Saya tidak perlu janji yang saya perlukan bukti bukan janji" Ucap Jason tegas.

Mereka menunduk hormat. "Siap tuan kami pamit undur diri" Ucap mereka serempak lalu keluar dari ruangan Jason.

"Prang" Jason membanting gelas yang ada di sampingnya ke lantai.

"Putriku kamu dimana sayang? Kami merindukannya terutama Bunda dan abang-abangmu"

———————————

Seseorang sedang merenung di rooftoop sambil terus menghisap nikotinnya, jika di pikir-pikir ia tidak akan pernah melakukan ini bahkan menyentuh pun tidak berani. Tapi, semenjak 'dia' pergi hidupnya begitu kacau dan tidak ada semangat sama sekali bahkan dia menjadi siswa yang sering membolos contohnya seperti ini di saat semua murid sedang melaksanakan pembelajaran remaja tampan itu malah asik menghisap benda haram itu sesekali mengepulkannya.

Entah sudah berapa batang ia menghabiskan benda haram itu dan entah sudah berapa jam ia merenungkan seseorang di masa lalunya sampai-sampai suara lain mengejutkannya.

"Mau sampai kapan lo begini terus?" Tanya orang itu datar.

"Bukan urusan lo" Ucapnya tanpa melihat orang yang menegurnya.

"ARGA!" Panggil Althaf dengan keras.

"Apa?" Arga menoleh sekilas lalu mengalihkan tatapannya ke layar ponsel yang menampilkan seorang anak perempuan kecil yang berumur sekitar 5 tahun.

Althaf geram dengan tingkah sahabatnya ini langsung mengambil rokok serta ponsel itu dan melemparnya asal.

"Maksud lo apa, sialan!" Bentak Arga kesal.

Althaf memandang Arga dengan kasar. "Kenapa lo kayak gini? Setau gue dulu lo nggak pernah ngerokok! Lo mau buat badan lo rusak gara-gara benda haram sialan itu? Hah! Setau gue lo kalo marah atau emosi lo ngelampiasinnya dengan cara membunuh orang. Gue yakin Ar pasti cewek yang lo tunggu-tunggu kehadirannya keadaannya baik-baik aja. Coba aja dia tau kelakuan lo kayak gini gue yakin dia pasti kecewa dan benci sama lo!" Ucap Althaf menggebu-gebu.

Arga tersenyum miris. "Lo-lo nggak tau apa yang gue rasain Al. Gu-gue tersiksa Al gue nggak bisa hidup tanpa dia g--gu--gue ka-kangen d--dia Al...."

Althaf menatap sahabatnya dengan sendu, sebegitu berpengaruhkah seseorang yang ada di masalalu Arga? Althaf mengerti dengan apa yang di rasakan Arga tapi dengan cara seperti ini itu SALAH! Altaf tidak akan membiarkan Arga merusak tubuhnya gara-gara benda haram sialan itu.

"Gue ngerti dan paham apa yang lo rasain Ar tapi nggak gini caranya. Jangan egois dengan cara lo seperti ini dia pasti benci dan kecewa sama lo. Kenapa akhir-akhir ini gue ngelihat sikap lo nggak jauh beda sama Leo, Biru, sama Anta? Gue ngerasa kalo masalah kalian itu sama. Gue cuma mau pesen sama lo jangan kayak gini Ar seharusnya lo cari dia di mana keberadaanya bukannya gini lo malah nyiksa diri lo sendiri, anjing!"

 Possessive Brother and GengsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang