Helaan nafas menggema memenuhi ruangan yang kosong, hanya tumpukan berkas-berkas yang mendengar helaan nafas lelah itu. Sedangkan yang duduk di kursi kebanggaannya itu kini sedang memijat keningnya.
Dia berkata pada semua orang yang bertanya padanya, bahwa dia baik-baik saja. Namun di dalam hatinya, apapun yang dia lakukan saat ini, hanya untuk mengobati sakit hatinya.
Memang kekuasaan dia dapatkan. Tapi cintanya? Kandas. Bocah yang dia cintai telah menjadi milik orang lain, sedang menjalani kehidupan bahagia sebagai keluarga.
Meninggalkan dirinya yang tenggelam dalam pekerjaan sebagai seorang Hokage. Dengan tumpukan berkas dan stempel sebagai temannya.
"Hatake-sama," panggil seseorang sambil mengetuk pintu. Perlahan orang itu membuka pintu.
"Masuklah," ucap Kakashi Hatake. Sang Hokage keenam.
"Anda tidak pulang? Ini sudah hampir larut malam," tanya asisten Kakashi.
Pria itu menggeleng kemudian tersenyum, "Aku masih harus mengurus beberapa surat. Kau pulang saja lebih dulu, ruangan ini biar aku sendiri yang menguncinya," ucap Kakashi.
Dia bangun dari kursinya, dan berdiri menghadap jendela kaca di belakangnya. Sembari menatap pemandangan desa dari atas. Dia berharap agar dia bisa melihat Naruto saat ini.
Tapi bagaimana mungkin Naruto bisa ada di sini, jika dia saja selalu meminta misi di luar desa, dan dia pergi bersama putri Hyuga yang sekarang menjadi istrinya.
Biarpun mereka sudah memiliki rumah pribadi, tapi mereka memilih untuk hidup mengelana di luar desa sambil menjalani misi.
Kakashi menghela nafasnya kasar. Sang sekretaris hanya bisa diam disana, dan tak lama, dia meminta ijin undur diri.
"Aku lelah," ucap Kakashi.
Bulan bulat di langit itu menjadi objek rindu dari pria yang sedang patah hati.
.
Keesokan paginya..
"Hatake-sama!"
Si sekretaris berlari ke arahnya dengan terburu-buru. Sementara itu yang dipanggil membulatkan mata terkejut melihat si sekretaris tiba-tiba saja menerobos masuk.
"Uzumaki... Hufft... Na.. Haahh.. Ru.. To... Memasuki desa," ucap si sekretaris tergagap karena nafas yang tersendat-sendat.
Kakashi yang mendengar itu terlonjak kaget. Dia menggebrak meja dengan semangat.
"Uzumaki Naruto!? Kau sungguh-sungguh!?" tanya Kakashi dengan nada semangat. Si sekretaris mengangguk sama antusiasnya.
Sepertinya warga desa sangat menanti bocah kuning yang kini sudah dewasa itu. Dan bagaikan pesan berantai, kabar bahwa Naruto telah kembali ke desa terus menyebar luas. Disambut dengan senang hati.
Hati Kakashi merasa lega, ketika melihat sosok itu lewat di depan matanya. Naruto-nya kembali. Separuh hatinya telah kembali.
Naruto baru saja menyelesaikan misi di desa Kumo, dan bersamaan dengan itu, Sasuke juga berada di sana, menjalani misi.
Hinata bersama dengan Naruto, dan Sasuke, dia mengelana sendirian. Memang berada di desa yang sama, namun mereka tidak pernah bertemu. Naruto dan Hinata, sekelebat bayangan itu terlintas di pikiran Kakashi.
Mereka sudah bersama.
Satu kalimat itu setidaknya terus Kakashi tanam dalam benaknya sendiri, namun.. Apa daya, hatinya tidak menginginkan itu.
"Hatake-sama, Uzumaki Naruto telah sampai," ucap sang sekretaris.
"Persilakan dia masuk," sahut Kakashi dari dalam ruangan.
Pintu terbuka. Menampilkan Naruto yang baru. Naruto yang lebih dewasa, Kakashi terpaku di tempatnya. Sudah terlalu lama sejak saat itu. Saat terakhir mereka bersitatap seperti ini.
"Aku sudah menyelesaikan misi di desa Kumo, berikut ini adalah jurnal yang aku tulis bersama Hinata," ucap Naruto, dia berjalan mendekat ke meja Kakashi.
Setelah itu, dia menaruh setumpuk kertas di sana. Kemudian berjalan mundur ke belakang.
"Lalu, apakah ada perkembangan di desa Kumo? Apakah semua shinobi Konoha selamat?" tanya Kakashi, Naruto mengangguk.
"Mereka semua selamat, dan sebentar lagi mereka juga akan menyusul kemari," lanjut Naruto.
Kakashi bernafas lega. Dia berusaha menjaga dirinya agar tidak lepas kendali. Dia bisa saja bangun dari tempat duduknya, dan memeluk Naruto, namun dia menahan itu semua.
Terlalu tabu bagi mereka berdua, terlebih jarak terbentang luas diantara mereka.
"Berita lain yang aku dapatkan, bahwa Sasuke ada di Kumo, apa itu benar?"
Naruto terkejut sebentar, kemudian menggeleng. "Bagaimana kau bisa tahu, sen-" Naruto memotong perkataannya sendiri.
"Bagaimana kau bisa tahu, Hatake-sama?" tanya Naruto, dan di saat itulah Kakashi merasa jantungnya mencelos dari tempat seharusnya.
Aliran darahnya naik secara tiba-tiba, dia meremas pinggiran kursi yang ia duduki sambil menahan sesuatu.
"Baiklah, jurnalmu aku terima, terimakasih. Dan selamat datang kembali, Naruto," sambut Kakashi dengan senyuman khasnya.
Naruto balas tersenyum, tak lama dia membungkuk kemudian berlalu dari sana.
"Haahh.. Bibirmu... Aku benar-benar ingin mengecupnya lagi," ucap Kakashi setelah Naruto pergi dari sana.
.
Tbc.
Selamat datang di story baru ku!
Apakah cukup singkat sebagai sebuah pembuka?
Salam.
Miku😘
![](https://img.wattpad.com/cover/246202039-288-k120734.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WEIRD SENSEI 2 √
Fanfiction[BL] [Sequel Weird Sensei] Selepas hubungan diputuskan sepihak oleh Naruto, Kakashi yang telah menjadi seorang Hokage, kini mencoba meraih kembali Naruto miliknya. Biarpun Narutonya telah dimiliki orang lain.