02. Meteor

189 25 1
                                    

Hari senin dan upacara adalah hari yang paling tidak dinanti oleh seluruh siswa di Indonesia. Mark datang sangat pagi hari ini. Entahlah, rasanya ia sangat bersemangat.

Para siswa dan siswi mengikuti upacara dengan khidmat walau rasa pegal dan gerah melanda. Tiba-tiba saja dari barisan sebelah kanan kelas Mark ada yang jatuh pingsan. Mark tidak bisa melihat jelas wajah siapa yang pingsan, namun yang jelas Jeno mendadak panik. Melihat itu, Mark langsung paham siapa yang pingsan.

Dan lagi, ini sudah ketiga kalinya Mark melihat pemuda manis berkacamata itu yang sedang menghampiri siswa yang pingsan. Kini ia tahu mengapa saat itu ia keluar dari UKS. Ia anggota PMR dan hari ini sedang bertugas. Terlihat dari slayer dengan logo PMR yang ia pakai.

Serius, ini sangat aneh. Ia masih heran mengapa tak pernah sekali pun melihat pemuda itu?

Selesai upacara, Mark, Lucas, dan Hendery menemani Jeno ke UKS untuk menjenguk pujaan hatinya itu. Masih ada waktu sekitar 15 menit untuk itu. Selama upacara tadi Jeno terlihat sangat gelisah. Ternyata sebesar itu dampak dari cinta.

“Hei, udah bangun?” Tanya Jeno khawatir. Juan yang baru sadar menganggukkan kepalanya lemah.

“Ya, lu liat aja, Jen. Itu si Juan udah melek, pake nanya lagi,” sahut Arjuna merotasikan bola matanya.

“Jun, berisik. Ini UKS,” Lucas menimpali yang dibalas dengan tatapan sinis.

Mark. Ia hanya diam di dalam sana. Bingung harus apa di situasi seperti ini. Ia melihat sekeliling dalam UKS, tidak ada tanda-tanda si pemuda kacamata itu.

Tiba-tiba ada telepon masuk di ponsel Mark. Ibunya menelepon. Ia pun keluar untuk mengangkatnya.

“Halo?” Sapa Mark.

Halo? Adek, kok gak ngabarin Mama kalau udah sampai di sekolah? Mama teleponin gak diangkat,” sahut Ibunya dari seberang sana.

“Iya, maaf. Tadi Adek upacara hampir telat, Ma,” Mark menjelaskan secara singkat.

Oh, yaudah. Mama cuma mau mastiin aja kamu udah sampai sekolah dengan selamat.

Mark menarik napas pelan, “Ma... Adek udah gede. Adek bisa jaga diri.”

Ibunya terkekeh, “iya, paham, sayang. Yaudah, Mama kerja lagi, ya? Selamat belajar, tapi jangan lupa seneng-seneng juga. Love you, bye.”

Bye,” Mark mematikan ponselnya lalu menghembuskan napas. Tak habis pikir dengan Ibunya yang masih menganggapnya seperti anak kecil.

Saat hendak berbalik kembali masuk ke UKS, betapa cerobohnya Mark tanpa melihat kanan dan kiri ia tak sengaja menabrak lagi si pemuda kacamata itu untuk ketiga kalinya.

Roti dan botol air mineral yang dibawa oleh si pemuda kacamata jatuh ke lantai dan sudah pasti ia jengkel.

Mark hendak membantu, namun yang terjatuh telah diambil kembali oleh pemuda itu. Mark agak takut saat ditatap sinis olehnya.

“Selalu nabrak terus. Lain kali liat kanan, kiri, depan, belakang, atas, sama bawah dulu,” katanya kemudian masuk ke dalam UKS.

Masih berdiri di depan pintu, Mark merutuki dirinya sendiri. Belum kenal saja sudah mengundang permusuhan. Bodoh. Akhirnya ia memutuskan untuk lebih dulu pergi ke kelas dan mengirim pesan di grup yang berisi Lucas, Hendery, Jeno, dan dirinya.

•••

Jam istirahat. Mereka bertiga kini sudah duduk tenang di kantin. Kalau kalian bertanya di mana Mark? Jawabannya adalah di toilet. Ia sudah menahannya sejak di kelas. Tak berani meminta izin ke toilet karena guru yang mengajar galak.

Arah Sang Cinta dan BalasannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang