06. Balasan

146 24 3
                                    

Haidar akhirnya sadar setelah hampir 1 menit tenggelam dalam tatapan Mark. Ia buru-buru bangkit hendak pergi, namun tangannya ditahan.

“Mau ke mana?”

“Pulang.”

“Latihannya udah selesai?”

“Udah.”

Mendengar jawaban Haidar yang sangat singkat membuat hati Mark agak mencelos. Apa tadi yang ia lakukan salah?

“Tolong lepasin. Mau pulang,” kata Haidar datar.

“Sebentar. Ini aku beli minum buat kamu. Diminum, ya,” kata Mark menyerahkan 1 Teh Kotak dingin.

Tak perlu waktu lama, Haidar mengambil Teh Kotak dari genggaman Mark dan tak lupa mengucapkan terima kasih lalu pergi.

Jika ingin mengingat kembali ke saat setelah Mark mengganti kacamatanya, harapan Haidar tidak terkabul. Nyatanya sampai ia berhenti bimbel di tempat itu, mereka tidak dipertemukan lagi. Entah ke mana perginya Mark.

Haidar sempat terkejut saat masuk SMA ternyata ia dipertemukan kembali dengan Mark yang sangat populer. Ingin sekali menyapanya, namun sepertinya keberadaannya juga tak terlihat. Mungkin Mark tidak mengingatku, pikirnya. Pertemuan yang hanya sekali dan singkat pasti tidak akan membekas pada siapa pun yang merasakannya, kecuali pada Haidar.

Kacamata yang dipilih Mark saat itu juga masih ia pakai sampai sekarang. Ia berusaha untuk sangat menjaga kacamata itu agar tidak rusak.

Kalau sudah begini, ia bingung harus merespon Mark seperti apa. Ia sudah terbiasa dengan menyimpan perasaannya sendiri tanpa tahu ternyata akan dibalas.

Setelah insiden tak sengaja tertabrak oleh Mark itu pun Haidar berusaha mati-matian untuk bersikap biasa saja. Sikap cuek dan dinginnya selama ini timbul untuk menyamarkan perasaan sukanya.

Arjuna dan Carel yang melihat Haidar mengambil tas tanpa berkata apa pun bingung bukan main.

“Diapain dia sama Mark?” Tanya Arjuna pada Carel yang menatap kepergian Haidar.

“Kak Haidar gitu, sih. Gak pernah mau terbuka untuk cerita. Padahal siapa tau kita bisa bantu,” kata Carel.

Mark yang masih terdiam di kantin membulatkan tekadnya. Kini ia memang harus lebih agresif. Kali ini harus maju terus, pantang mundur.

•••

Esok harinya pada mata pelajaran kedua adalah jam kosong untuk kelas Mark. Bosan, namun lebih baik begini. Lebih bebas bisa melakukan apa pun.

Terdengar suara musik dari arah lapangan. Paling ambil nilai senam, pikir Mark.

Tiba-tiba Lucas berteriak dari arah pintu. “Mark! Kelas Haidar lagi senam.”

Tanpa ragu ia langsung berlari ke balkon depan kelas dan benar saja, Haidar sedang senam bersama kelompoknya. Jeno juga terlihat sedang menyemangati Juan kekasihnya. 2 minggu lalu Jeno dan Juan telah resmi, pendekatan Jeno lebih mulus dan cepat dibanding dengan Mark.

Mark kini hanya menikmati apa yang sedang ia lihat sambil tersenyum. Tak ingin membuat Haidar kehilangan konsentrasi, Mark menyalurkan semangatnya lewat tatapan mata.

Haidar memang tidak sadar akan keberadaan Mark saat ini sampai kemudian tak sengaja ia menoleh ke lantai atas dan mendapati Mark yang menatapnya, tersenyum seperti orang gila. Cepat-cepat Haidar membuang pandangan dan kembali berkonsentrasi pada senam.

Selesai pengambilan nilai, Haidar duduk di pinggir lapangan sementara teman-temannya pergi ke kantin untuk membeli minum. Kebetulan jam pelajaran olahraga kelas Haidar adalah sebelum istirahat yang berarti adalah sebuah kesempatan untuk Mark.

Arah Sang Cinta dan BalasannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang