03. Cara Mendapatkan Pacar

152 24 1
                                    

Class meeting. Waktu yang paling dinanti oleh seluruh siswa di sekolah. Seminggu penuh yang menyenangkan setelah ujian yang membuat sakit kepala. Di mana setiap kelas bersaing secara sehat dalam perlombaan di berbagai macam bidang dan menunjukkan kekompakkan.

Pagi itu anggota OSIS terlihat sangat sibuk mempersiapkan segala hal di lapangan untuk class meeting. Dari balkon lantai 3, Mark sibuk memantau. Ia belum melihat ada tanda- tanda si meteor yang kata Lucas telah menghantam hatinya.

“Bengong mulu. Belom makan lu, ya?” Lucas muncul dari belakang sambil menepuk bahu Mark.

“Gak ada hubungannya,” sahut Mark.

Lucas ikut menengok ke arah lapangan, mengikuti arah pandang Mark. “Nyari siapa, sih?”

“Kepo,” jawab Mark singkat. Matanya masih terus mengawasi lapangan.

Lucas yang jengah pun memukul kepala Mark dengan buku yang lumayan tebal. Mark yang hampir mengeluarkan kata umpatan terdiam saat membaca judul buku yang Lucas tunjukkan.

“99 Cara Mendapatkan Pacar,” Mark membaca judul buku tersebut. “99 doang, gak 100?”

Lucas tercengang, “banyak mau lo, ya. Bikin aja buku sendiri.”

Tangan Mark ditarik oleh Lucas untuk duduk di bangku panjang di depan kelas mereka.

“Nih, ya. Gua tau lo naksir sama Haidar. Pasti pengen deket sama dia, kan?” Tanya Lucas menatap Mark serius.

Mark cukup kaget akan pernyataan dan pertanyaan Lucas. Tentu perasaan ingin kenal dekat dengan Haidar itu ada, namun ia tidak tahu caranya.

Flashback ke beberapa minggu lalu sebelum ujian, saat kelas Mark sedang pelajaran olahraga. Selesai pengambilan nilai bola voli, para murid laki-laki di kelas Mark memutuskan untuk melanjutkan bermain voli. Para murid perempuan? Tentu saja kembali ke kelas untuk berganti baju atau pergi ke kantin.

Mark yang saat itu menjadi blocker menjadi tidak fokus karena tak sengaja melihat seseorang yang baru saja keluar dari perpustakaan. Haidar, si manis berkacamata yang akhir-akhir ini selalu mengisi pikirannya di saat melamun. Yang ia ingat saat itu adalah darah yang berdesir, jantung berdebar, mata tak bisa lepas darinya.

“Mark!” Teriak salah satu teman sekelasnya. Yang diteriaki menoleh dan mendapat tatapan tajam dari teman-teman setimnya. Jeno menunjuk ke arah belakang Mark. Dilihatnya bola voli yang tidak diblock oleh Mark. Langsung ia meminta maaf pada timnya dan tim lawan pun sedang senang.

Kembali ke saat ini, seakan dapat membaca pikiran Mark, Lucas berbicara lagi, “keliatan dari cara flirting lo yang aneh waktu itu. Apalagi tiap makan bareng di kantin sama geng gebetannya Jeno, mata lo ngeliriknya ke Haidar mulu.”

Untuk hal itu, Mark tidak bisa mengelak lagi karena memang benar. Menurut teman-temannya, ia jatuh cinta pada pandangan pertama walau sudah 3 kali tak sengaja menabrak Haidar.

“Buku ini siapa tau bisa bantu lo,” kata Lucas menyerahkan buku itu, “agresif aja, lah, Mark. Si Haidar itu susah dideketin,” lanjutnya menasehati.

Entah radar cintanya sedang menyala atau bagaimana, yang ditunggu pun akhirnya datang. Lewat di depan mata Mark dan Lucas.

“Sekarang, deketin. Baca buku dari gue, nanti gue bantu,” kata Lucas.

Agak ragu sebenarnya, namun tetap Mark lakukan hari itu.

Pertama. Kirimkan pesan yang biasa saja kalau menurut buku, tidak perlu bermakna. Dengan pengalaman percintaan Mark yang di bawah rata-rata, ia membeli Teh Kotak dan menempelkan sticky note di kemasannya. Tentu saja ia menitipkannya lewat perantara Carel si adik kelas yang juga anggota PMR.

Arah Sang Cinta dan BalasannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang