renjun saat ini berada duduk termenung di sebuah taman. di bawah guyuran hujan, ia meluapkan semua emosinya. renjun menangis hingga terisak mengingat kejadian pagi tadi yg membuat hatinya sangat sangat sakit.
"nona mengapa kau hujan hujanan seperti ini." ucap seorang pria yg suaranya sangat renjun kenali. orang itu memayungi tubuh renjun.
renjun mendongak untuk melihat siapa orang yg sudah peduli terhadapnya. dan tangisannya semakin pecah saat melihat orang itu, dia adalah jung jaemin. mantan kekasihnya dulu. begitu juga dengan jaemin yg sangat terkejut melihat jika yg ia panggil nona itu ternyata adalah renjun.
jaemin langsung duduk di samping renjun menghiraukan hujan yg saat ini membasahi tubuhnya.
"renjun kau kenapa? kenapa kau menangis seperti ini." tanya jaemin panik.
"aku.. hiks jaemin sakit." ucap renjun.
jaemin pun membawa renjun ke dalam pelukannya untuk sekedar membuatnya sedikit lebih tenang.
"tenanglah renjun. cobalah ceritakan secara perlahan." ucap jaemin lembut.
"jaem, jeno dia jahat hiks. dia berselingkuh dengan mantan kekasihnya di belakang ku. sakit hiks. ini sakit sekali."
jaemin sudah mengepalkan tangannya kesal. berani sekali pria itu menyakiti pria yg ia cintai dan ia jaga sedari dulu.
"brengsek." batin jaemin marah.
"kau tenang yah ren. percayalah semua pasti akan baik baik saja." ucap jaemin.
"bagaimana aku bisa tenang jaemin. rumah tangga ku sekarang berada di ujung tanduk hiks. bagaimana dengan anak anakku nanti." gumam renjun.
"renjun kau harus kuat untuk anak anak mu. rumah tangga kalian belum berakhir. selagi kau masih mampu berjuanglah untuk mempertahankannya. kau tidak boleh menyerah secepat itu. pikirkan anak anakmu oke. aku yakin dan aku tau kau adalah wanita yg kuat. aku akan selalu berada disini. berada disampingmu saat kau membutuhkanku, aku pasti akan membantumu sebisa ku renjun. tolong jangan menangis seperti ini. ini membuat ku hancur." ucap jaemin dengan masih memeluk renjun dengan erat.
"terima kasih jaemin karena kau masih peduli padaku walaupun aku sudah menyakiti hatimu." ucap renjun di sela isakannya.
"tidak renjun. kau pria yg sangat sangat baik. tidak pernah sekalipun aku membencimu. ayo sekarang kau harus pulang. anak anak mu pasti sudah menunggumu." ucap jaemin.
"aku bisa pulang sendiri jaem." ucap renjun pelan.
"membiarkanmu sendiri dalam keadaan seperti ini? itu tidak mungkin renjun. ayo aku akan mengantarkanmu sampai rumah. tidak ada penolakan." tegas jaemin.
"baiklah." pasrah renjun dan mengikuti jaemin menuju mobilnya.
jaemin merasa sangat hancur. pertama kalinya ia bertemu lagi dengan renjun dengan keadaan nya yg hancur berantakan seperti itu. rasanya jaemin ingin memukul jeno dengan sangat keras namun ia tak memiliki hak apapun untuk ikut campur didalam urusan keluarga mereka.
---------******---------
seperti biasa, setiap pagi renjun akan membuatkan sarapan untuk suami dan juga anak anaknya. ia bangun pagi pagi sekali untuk memasak beberapa makanan dan juga bubur untuk jisung tentu saja.
setelah selesai memasak, renjun kembali ke kamarnya untuk membangunkan jeno.
"sayang, bangunlah ini sudah pagi." ucap renjun pelan.
dengan pelan jeno membuka matanya dan tersenyum manis saat melihat senyum suaminya.
"mandilah. aku sudah menyiapkan air hangat untuk mu." ucap renjun.
jeno pun mengangguk dan bangun dari tidurnya.
cupp
"morning sayang." jeno mengecup bibir renjun sekilas dan berjalan menuju kamar mandi.
"baju mu sudah aku siapkan. aku akan membangunkan chenle terlebih dulu." teriak renjun dari luar kamar mandi.
"terima kasih sayang." jawab jeno.
"semoga ini menjadi awal yg lebih baik lagi untuk keluarga kecil ku." batin renjun.
"chenle, ayo bangun sayang." ucap renjun lembut membangunkan putrinya.
"morning mama." ucap chenle kemudian mengecup pipi sang mama.
"ayo mama bantuin kamu mandi."
"no mama, chenle sudah besar dan mau mandi sendiri. mama tunggu di meja makan saja." jawab chenle.
"duh pinternya anak mama. yasudah mama tunggu di luar yah." ucap renjun dan pergi untuk menemui suaminya yg mungkin sudah berada di meja makan.
"dimana chenle sayang?" tanya jeno.
"dia sedang mandi. katanya sudah besar dan mau mandi sendiri." jawab renjun.
"duh pintarnya putriku. ah iya renjun, semalam aku lupa mengatakan ini. aku ada bisnis di luar kota selama seminggu. hari ini aku berangkat." ucap jeno.
"mendadak sekali?"
"aku lupa mengatakannya padamu semalam. kalau begitu aku pergi dulu." pamit jeno.
"kau tak ingin menunggu chenle dan mengantarnya ke sekolah?" tsnya renjun.
"aku ada meeting pagi sayang." jawab jeno dan berlalu pergi.
"bisakah aku mempercayaimu kali ini jeno. ku harap kau berkata yg sebenarnya." gumam renjun.
"mama dimana papa?" tanya chenle saat tiba di meja makan.
"papa mu harus berangkat ke kantor pagi pagi sayang." ucap renjun lembut.
"padahal chenle ingin berangkat bersama papa." ucap chenle dengan raut sedihnya.
"hey jangan sedih sayang. kan masih ada mama. nanti mama yg mengantarmu ke sekolah oke." ucap renjun mencoba membuat chenle kembali tersenyum.
"chenle maunya papa."
"hey kalau chenle sedih seperti ini pasti sebentar lagi akan turun hujan." ucap renjun dengan sebisa mungkin menghibur anaknya.
"mengapa begitu mama?"
"karena langitnya juga akan bersedih kalau melihat anak mama yg manis ini sedang bersedih." jawab renjun.
"chenle mau langitnya bersedih hmm?" lanjut renjun.
dengan cepat chenle menggelengkan kepalanya.
"kalau gak mau chenle harus tersenyum oke."
"oke mama." jawab chenle dan kembali tersenyum cerah.