[10/10]

6.3K 981 76
                                    

Meski begitu, hatiku selalu terasa hangat ...

♡♡♡

Rasa sakit yang begitu dalam terasa. Bukan pada fisik, melainkan pada mental dan hati.

Siapa yang tidak merasa hancur ketika menerima kekalahan?

Dan kini, pemuda yang berada di dalam tim Shiratorizawa—sebagai setter—merasakannya. Tak hanya ia, melainkan semuanya pun ikut merasakan.

Ketika Shiratorizawa gagal mengalahkan Karasuno difinal.

♡♡♡

Kenjiro mendudukkan diri secara kasar pada rumput. Punggung pun ia sandarkan pada permukaan kasar pohon rindang. Tangan kekarnya kini mengusap kasar wajahnya.

"Ugh, ini salahku,"

Pemuda itu kini nampak kacau. Baik perasaan mau pun penampilan. Dia tentu merasa bersalah. Sebab dia tak jarang terkecoh oleh setter tim lawan—Kageyama Tobio—yang mengakibatkan timnya terus gagal mencetak angka

"Andai ...  andai aku ... "

Di sisi lain, seorang gadis berpenampikan casual berlari ke sana ke mari. Rambut panjang yang kini acak-acakkan dihiraukan. Peluh yang mengalir sesekali diseka. Matanya tak melewatkan setiap inci tempat yang ia lewati.

Setelah mendapat telepon dari Satori—yang meminta si gadis untuk menghibur Kenjiro— sebab Satori tahu, bahwa Kenjiro akan merasa bersalah atas kekalahan mereka. Tanpa memikirkan apapun lagi, gadis itu berlari mencari kembarannya.

Matanya berhenti bergerak ketika netranya menangkap sesosok lelaki yang ia cari sedari tadi, tengah dalam keadaan kacau di bawah pohon rindang.

Si gadis berlari mendekat.

"Ken-chan!"

Tangan mungil merengkuh tubuh yang lebih besar darinya. Akibat dirinya yang menerjang tiba-tiba, lutut yang mendarat secara kasar mendapat goresan. Sepasang tangan mungilnya melingkar di leher si lelaki. Kepala pun ia sandarkan di bahunya.

"(N-name) ... "

Suara lirih terdengar. Entah mengapa, (Name) begitu membenci nada lirih ini. (Name) sungguh tidak suka melihat kembaramnya seperti ini.

Sungguh sesuatu yang mengejutkan ketika Kenjiro tidak balas memeluk (Name). Ia hanya terdiam menunduk.

"Pergilah. Aku tak ingin kau melihatku dalam keadaan seperti ini,"

Bukannya menurut untuk pergi, (Name) memilih untuk mengeratkan pelukannya.

"Tidak! Ken-chan! Aku akan menemanimu! Jika perlu, menangislah!"

Kenjiro menggertakkan giginya.

Bukannya ia membenci (Name) atau bagaimana. Agaknya ia malu untuk menunjukkan sisi lemah pada sosok yang ia sayangi. Bukankah itu akan sangat memalukan baginya?

Kenjiro melepas paksa  pelukan (Name)—yang sontak membuat gadis itu tersentak kaget. Oh, siapa sangka bahwa cara Kenjiro tadi cukup kasar?

(Name) dengan tubuh gemetar menatap Kenjiro. Lelaki itu sendiri masih mencengkram kedua tangan (Name) seraya menunduk. Poni miring menghalangi wajahnya—hingga gadis itu tak dapat melihat ekspresi Kenjiro.

"Pergilah ... kumohon. Aku benci kau melihatku tak berdaya seperti ini,"

Mata (Name) memanas ketika ia melihat sisi lain Kenjiro yang terlihat begitu rapuh.

"Aku tak berguna. Karenaku, mereka kalah. Jika saja aku tak terkecoh oleh tipuan setter itu, timku pasti akan menang. Jika saja aku—"

Si gadis menggertakkan giginya.

"Mou! Sudahlah! Kau kalah! Timmu kalah! Seperti apapun kau menyesalinya, kejadian itu tak dapat kau ulang! Bukan salahmu jika tim Shiratorizawa kalah! Adalah hal yang wajar jika kau terkecoh atau melakukan kesalahan. Kau masih awam dalam voli! Jika kau kalah, kau boleh bersedih atau apa. Tapi, jangan seperti ini juga! Bangkit, dan berusahalah lagi! Aku yakin kau bisa jadi lebih baik—bahkan lebih baik dari Si Maniak Susu itu! Dan astaga, berhenti menyalahkan dirimu sendiri! Tak apa kalau kau terlihat lemah di depanku. Kau juga manusia. Tak ada yang menyuruhmu untuk selalu sempurna dimataku. Biarpun kau sesekali menunjukkan sisi lemahmu, bagiku, kau adalah yang terbaik, Kenjiro!"

Kenjiro tersentak. Ia sedikit terkejut—ralat, ia SANGAT terkejut ketika (Name) tiba-tiba mencengkram kedua bahunya dan memojokkan Kenjiro hingga punggungnya menubruk permukaan pohon. Ditambah kalimat panjang lebar yang keluar dari si gadis yang kini tengah menangis, Kenjiro membeku.

Tak lama, sebuah tangan kekar nan hangat mengelus permukaan kulit pipi si gadis. Saat mendongak, sesuatu yang kenyal nan lembut menyentuh keningnya secara singkat. Air mata dipipi kini diseka oleh si pelaku yang mengecup.

"Kenjiro ... "

Kenjiro mengulas senyum tipis. Ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang (Name) lalu menyatukan kening mereka.

"Terima kasih. Aku berjanji akan jadi lebih baik untukmu, untuk timku, dan untuk diriku sendiri,"

(Name) mengulas senyum lalu menaruh kedua tangannya secara perlahan di masing-masing pundak Kenjiro.

"Uhm ... aku akan selalu mendukungmu, menyemangatimu, dan selalu ada untukmu, Shirabu Kenjiro,"

Omake

"Ngomong-ngomong (Name) ... "

"Hm?"

"Sampai kapan kita mau dalam posisi ambigu ini?"

"..."

Blush!

Meanwhile Satori and others ...

"Semisemi~ popcornnya habis!!! Oh iya, dapat fotonya?"

"Dapat nih,"

"Ih~ Shirabu kembar lucu sekali~"

"Astaga kalian ... "

"Ano, Senpai ... apakah mengintip Shirabu bersaudara adalah hobi kalian?"

"Tsutomu-kun, apa kamu punya kembaran juga?"

"T-tidak,"

"Oh ya, Semisemi, mengapa auramu seperti ini membunuh seseorang begitu sih?"

"..."

"Kalian sedang apa sih?"

"Hoho Reon-kun~ tentu saja menonton drama live!!"

"..."

"..."

"Apakah kalian tidak sadar bahwa kita baru saja mengalami kekalahan tadi?"

"Ya makanya, sekarang kita bangkit lagi,"

"..."

"..."

"Okay, itu tak buruk ... "

... ketika dia berjuang untuk menghiburku.

𝐓𝐖𝐈𝐍𝐒! shirabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang