..Terkadang kita harus menyesali kepergiannya, sebelum kita menyadari perasaan itu ada..
• Zia Feylizy •
3. Eh rival!!
🎾🎾🎾
"PLIS LAH ZIEDAN!! LO JANGAN BULAK-BALIK TERUS!! GUE TU CAPE TAKE ULANG BERKALI-KALI!!"
"GUE LAGI PIKET JANI!!"
"LO BISA PIKET DIMANA AJA, JANGAN DEKET GUE"
"LAH, KELAS GUE DI SINI. KALO KELAS GUE DI ARAB, YA GUE SEKARANG LAGI NAIK HAJI!"
Jani mendengus, gadis itu pergi dengan sengaja menendang meja Ziedan. "Minggir aelah, ngalangin jalan nih marjan lo!"
"Cewek sarap anjir" Ziedan mengedikan bahunya, kemudian menatap Danu. "Ini lagi satu, nanti kalo udah gede mau jadi apa coba?"
"Jadi pindang mau pindang? Lunak amat punya tulang, ngebo terus" Ziedan lanjut menyapu, kalo gak piket wah bisa ngamuk nih dua cewek yang ada di kelas.
Zia dari ambang pintu datang dengan perasaan dongkolnya, dongkol banget pokonya. Pagi cerah yang sudah ia bangun, mendadak ancur seketika. Tami, cewek itu pagi-pagi udah heboh berdiri di depan gerbang Tamsis bareng antek-anteknya.
"Ziaaaa, hello my new friend."
"Gue titip ini ya Zi, buat Danu. Awas aja lo gak nyampein, gue aduin mami lo, kalo lo sering mabal di cafe depan!"
Dewa yang tengah duduk di depan kelas bersama anak-anak sontak melirik Zia kepo. Jarang banget kan Zia pagi-pagi udah suntuk.
"Woi elah Zia anjing" umpat Ziedan. "Gue lagi piket, malah di tendangin sampahnya"
Zia menatap Ziedan malas. "Lo marah?"
"Enggak Zi, nih si Dewa yang anjing!" Ziedan meringis kecil, lagi mode galak anaknyak. Sedangkan Dewa yang baru masuk kelas, jadi melotot. "Ko gue sat?"
"Ya terus kalo bukan lo siapa, gue?" Zia berdecih kemudian mendekat ke arah Danu. "Bangun lo! Tidur aja"
Danu yang tengah terlelap, dengan hoodie yang menutupi wajahnya tak bergerak barang sedikitpun. "Danu!! Bangke banget ih!"
"Buka coba Zi hoodienya" sahut Dewa yang duduk, hendak ikut joget tiktok bersama Jani di belakang kelas. "Yang slowmo gitu Jan, biar keliatan cakepnya"
"Menjamet, kaga mau gue!" Dengus Jani
Bayu yang duduk di samping Jani, dengan komik di tangannya menoleh. "Jangan di bangunin, ngamuk ntarnya. Brisik"
"Mana ada, kalo sama cewek ngalus anaknya" sahut Herdi yang sedang membantu Ziedan piket. "Lo nyapu yang bener anjing, kena muka gue ege!"
"Suruh siapa muka lo mirip serok" dengus Ziedan. "Yang bener anjrit, megangin serok aja gak ada tenaganya banget. Danu season dua lo?!"
"Anj!" Herdi menepuk belakang kepala Ziedan. Membuat sang empu melotot.
Zia yang emang lagi gak mood, makin gak mood. "Danu! Lo-" Zia seketika membelalak kala tangannya membuka hoodie yang menutupi wajah Danu.
"Dan, muka lo kenapa?! Abis tawuran di mana lo, hah?!!"
🎾🎾🎾
Zia datang bersama Herdi, Ziedan, dan Dewa ke negra. Negri Rajawali, tempat tongkrongan anak Rajawali. Zia tuh gak akan kesel banget, kalo Danu bonyoknya gak parah. Zia tuh kesel, kenapa mereka mainnya keroyokan, sampe-sampe Danu pingsan kaya gitu tadi.
"Mana yang namanya Cakra?!" Zia menatap empat orang yang lagi asik nongkrong di negra.
"Gue"
Zia sontak membelalak, aahh ko ganteng banget si anjrit. "Lo? Serius elo orangnya?" Zia tertkekeh sinis, padahal grogi gila.
"Mau apa lo cari gue?" Cakra menatap Zia, dan yang lainnya secara bergantian. "Oh, mau gantian ngeroyok gue ceritanya?"
"Gak usah banyak omong asu!" Dewa menunjuk Cakra marah. "Lo gak paham apa beneran dongo sih? Gue kan udah bilang, anak tamsis bubar. Gak akan ada tawuran lagi bego!"
"Cupu lo, anak tamsis cupu-cupu!" Dengus Fakhi, Zia tau dia.
Herdi, cowok itu tanpa banyak bicara langsung melemparkan petasan yang ia bawa ke arah negra. Membuat empat cowok di sana ketar-ketir gak jelas.
"Herdi anjing!! Tangan kosong kalo berani!!" Ucup, anak yang katanya bau asem itu berteriak heboh.
Ziedan tertawa puas, sambil membantu Herdi melemparkan petasan. "Makan tu petasan. Maen-maen mulu sama anak tamsis anjing!"
Zia berdiri di belakang tiga cowok yang sedang asik melemparkan petasan. Zia ikut tertawa kala mendengar pekikan anak Rajawali di sana. Terlihat anak Rajawali bergerak seperti cacing kepanasan, namun mata Zia memicing kala melihat Cakra. Cowok itu duduk dengan waswas di atas meja, sambil menulis pada kertas nasi yang sudah ia sobek.
"Lari woii, si Ray bawa apaan tuh!!"
"Ziiii lariiiii"
"Si Zia amanin woi!! Jangan sampe kenapa napa, bisa mati kita sama si Danu!!!"
Zia yang masih kaget, dengan cepat berlari. Namun sayang pergelangan tangannya berhasil di raih oleh Cakra.
Bugh!
Dewa menendang ulu hati Cakra, sebelum tumbang. Pria itu sempat menyelipkan kertas pada tangan Zia.
"Lari Zii, biar ini urusan kita" Ziedan mendorong bahu Zia agar menjauh. "Cepet balik!!"
Zia mengangguk, kemudian berlari kencang. Tujuannya hanya satu, kembali ke sekolah. Zia sempat membalikkan tubuhnya, menatap ketiga temannya yang sedang berkelahi di sana. Cakra, cowok itu terlihat belingas sambil memukululi wajah Herdi.
Di rasa sudah jauh dari negra, Zia menghentikan langkahnya. Dengan nafas yang memburu, ia membuka selempar kertas kecil yang masih ia genggam.
0812******** chat aja, kalo suka bilang. Jangan ngeliatin doang
Tbc.
Gatel pengen up, tapi ga ada sinya:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Taman Siswa : He Is My Boyfriend
Teen FictionZia, gadis pindahan yang terpaksa masuk ke dalam sekolah swasta yang isinya anak-anak nakal. Nilai Zia yang pas-pasan, membuat Zia harus menerima kenyataan, bahwa ia kini sudah menjadi bagian dari Taman Siswa. "Woi, si Zia anterin balik dulu lah! An...