✨ 04 ✨

1.8K 198 23
                                    

...Pantes banyak pelakor, saingan mereka cuma satu. Beda kalo deketin orang jomblo, saingannya banyak...

• Zia Feylizy •


04. Rusuh banget.


🎾🎾🎾



"Gue gak paham lah pokoknya, Zi.."

"Doi emang se-takut itu ya? kalo anak-anak lain tau?"

"Gue gak tau anjir Zi...., cuma ya itu gue curiga sama si Kirana"

"Sahabat kecilnya bukan, sih?"

"Hooh, gue tuu ya Zi gedek banget sama dia. Kayak, heh elu kan tau tu cowo lagi deket sama gue. Kenapa sih, lo terus-terusan ganggu kita berdua!!"

"Lo udah bilang belum ke Bayunya?"

"Udah Zia sayang.., sampe mulut gue berbusa kayanya"

"Terus tanggepan anaknya gimana?"

"Ya doi kaya bimbang, gue gebetannya. Kubu onoh sahabat dari oroknya. Tapi kan ya, harusnya dia mengedepankan perasaan gue kan ya? Iya gak sih Zi?"

"Menurut gue, lo nya lebih tegas aja Jan. Lo tegesin, lo sama dia tu kaya gimana? Pacaran kah, atau apa? Kalo masih gak jelas, lo coba aja jauhin doi beberapa hari, liat res-"

"Yahh, mati" gaduh Zia. "Perasaan tadi di cas, males banget gak masuk casannya!!"

Mendengarkan curahan isi hati Jani, bagaikan rutinitas Zia sehari-hari. Sudah dua tahun Jani dan Bayu menjalani masa pedekate, friendzone gitu lah ya pokonya. Tapi Bayu gak mau kalo anak sekelas tau kebenaran itu, cowok itu memilih backstrett, Zia gak tau deh alasannya apa.

Malam ini, suasana jalanan sangat sepi. Zia dengan pakaian santainya berjalan di trotoar jalan, dengan kantong kresek bertulisan Indoapril pada bagian depannya.

"WOIII MINGGIR!!"

Zia tersungkur, cewek itu jatuh tepat ke taman kecil yang berada di pinggir trotoar jalan. Zia mendengus, menatap cowok yang sedang bersembunyi pada gang kecil, yang Zia tau di sana adalah tempat pembakaran sampah.

"Ah, anjing! Kemana tu anak?!" Mata Zia membola kala netra matanya menangkap segerombolan pria terpongoh-pongoh berlari ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Zia langsung berlari mengikuti pria yang semula Zia lihat.

"Yan, elu si anjing lelet!"

"Lah ko gue sialan! Noh, si Geral. Lari sambil nyebat!!"

"Kaya elu kaga bego!!"

"Dahdah, anaknya juga udah ngilang. Besok aja cegat di gang biasa"


"Ini aman belum, sih?" Zia mengintip, memastikan apa gerombolan itu sudah pergi, apa belum.

"Aman kayanya" tubuh Zia menegang, lah ini dia ngumpet sama siapa? Dengan perasaan berkecamuk Zia membalikan badannya, menatap sosok yang tengah berdiri di belakangnnya.






"Elo!!" "Elo!!"

🎾🎾🎾

Zia mendengus, ini tuh bagaikan 'Sudah jatuh, tertimpa tangga pula'. Tadi siang, Zia dan ketiga temannya baru aja nyerang Cakra di negra. Eh, malemnya malah ketemu, mana ketemunya gak etis banget, ngumpet di tempat sampah.

"Sstt, sakit anjir!" Gerutu Cakra. "Iklas gak sih lo sebenernya?!"

Zia mencibir, kemudian berdecih pelan. "Pake nanya lagi lo, ya jelas gue gak iklas lah!"

Cakra mendengus, kemudian meraih jaket yang tersampir pada punggung kursi kosong di sebelahnya.

"Heh, mau kemana? Ini belum selesai!" Zia menahan pergelangan tangan Cakra. Membuat sang empu mengernyit. "Katanya gak iklas"

"Dih, ambekan" Zia menarik paksa Cakra, agar cowok itu kembali duduk. "Sinian, mau di obatin gak lo?! Jarang-jarang kan ada rival bae kaya gue"

Cakra hanya memutar bola matanya malas.

Zia yang melihat perawakan Cakra yang sudah tak berbentuk, sedikit merasa iba. Walaupun Zia termasuk ke dalam musuhnya Cakra, tapi Zia masih memiliki rasa kemanusiaan, membuat Zia dengan ogah-ogahan membawa Cakra ke Indoapril dan membantu pria itu mengobati lukanya.

"Lo tuh kayanya anti banget ya, sama yang namanya, ke-dam-ai-an." Zia menekankan kata di akhir kalimatnya.

"Sakit anjing!!" Cakra meringis, kala Zia menekan lukanya. "Lo merhatiin gue banget kayanya?"

"Bukan merhatiin dodol, cuma ya liat aja se gimana brandalannya elo"

"Kaya temen lo nggak aja"

"Yee beda cerita! Elo ya elo, temen gue ya temen gue!"

Cakra menarik pergelangan tangan Zia, hingga mengikis jarak di antara mereka. "Gue ya gue, temen lo ya temen lo. Lo tau temen lo, tapi lo gak tau gue. Gak ada yang tau isi hati manusia gimana, barangkali temen lo lebih brengsek dari gue!"

Zia sempat terhenyak, terkejut atas ucapan Cakra.

"WOIII TUH SI CAKRA!!"

"KAN APA KATA GUE, ANAKNYA MASIH DI SINI!!"

Cakra berdesis, kemudian melepaskan cekalan tangannya pada Zia. "Sial! Tu anjing kenapa masih di sini!"

"Terus gue gimana?!" Zia mencekal tangan Cakra yang hendak berlari. Cowok itu menghempaskan tangan Zia. "Ya mana gue peduli bego! Dah sana, balik lo! Jangan ngikutin gue, ngerepotin!!"

Zia menggerutu sambil menatap kepergian Cakra, dengan gerombolan cowok yang mengejarnya. Zia menyesal telah membantu cowok itu, kan kalo setan di kasih hati gitutuh.


"Gue sumpahin, semoga lo dapet cewek yang iblisnya sama kaya elo!!"

Tbc.

Taman Siswa : He Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang