"Aira.....tidak perlu menjawab sekarang. Pikirkanlah dulu. Aku tidak akan memaksamu." Michael masih memegang tangannya, lalu mencium punggung tangannya. Dia menatap Aira, lalu berjalan ke motornya.
Aira menatap punggung lelaki itu dengan bimbang. Selama ini Michael sudah begitu sabar dan manis terhadapnya. Kenapa dia masih sulit untuk menerima Michael?
"Aku perlu waktu...." Katanya lirih.
Michael menyalakan mesin dan memegang kedua stang motornya. "Aku akan menunggu jawabanmu." Katanya sambil mengangguk di balik helmnya yang besar.
Aira melambaikan tangan saat Michael berlalu dengan motornya.
"Cie kakak Aira! Tadi kita belum dikenalin loh!" Maura dan Ariel ternyata sudah di depan pintu, ikut memperhatikan, entah sejak kapan.
"Ihhhhh kepo deh kalian!" Aira mencubit pipi Maura dan merangkul Ariel, "Bukannya keluar aja, itu kan cuma teman kakak."
"Temen apa temen? Pakai pegang-pegangan tangan segala?!" cibir Maura sambil menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu. Tangannya merogoh sekantung potato chip yang ada di atas meja dan membuka segelnya. Meraupnya dalam hitungan detik.
Aira terdiam dan merasakan pipinya memanas. Dia mengingat sentuhan tangan Michael yang begitu hangat. Dan juga sapuan bibirnya di punggung tangan Aira, ringan tapi terasa sangat membekas.... Oh my God! Pasti pipiku kelihatan memerah, pikir Aira.
"Pipi kak Aira memerah!" si bungsu Ariel tertawa renyah. Matanya menyipit karena tertawa dan dia bertepuk tangan gembira. Matanya mirip dengan mata ibu dan Maura. Yang matanya bulat seperti ayah hanya Aira. Maura mirip ibu, dan Ariel adalah perpaduan ayah dan ibunya.
"Cie kak Aira....malu!! kak Aira malu....! " ledeknya berulang-ulang membuat Aira gemas. Dia menggelitik pinggang adik kecilnya itu sampai tertawa kegelian dan jatuh menimpa Maura di sofa. Mereka pun tertawa bersama-sama.
Ahhh, pikir Aira, biarlah waktu berhenti sampai di sini saja. Untuknya saat ini, adik-adiknya sudah lebih dari cukup.
Namun, bayangan Michael tidak bisa berhenti dari pikirannya. Senyumnya yang kadang nakal menggoda Aira, tatapannya yang tajam namun bisa menghangat saat berbicara dengan Aira, dan terlebih lagi semua yang diperbuat untuk dirinya yang sering judes pada Michael. Semua tidak membuat Michael mundur dari padanya.
Sepertinya Michael berbeda dengan pria-pria yang dikenalnya......
***
Sinar matahari sore menerobos tirai jendela cafe tempat Aira bekerja. Sinarnya memberikan gradasi warna yang baru. Semburat oranye kuning kemerahan bercampur warna dinding yang putih.
Hari ini Aira masuk pagi dan sedang bersiap-siap akan pulang ke rumahnya. Dia sedang menenggelamkan kepalanya pada kertas-kertas bon hari ini dan menghitung jumlah pendapatan cafe di kalkulator.
Di sebelahnya duduk karyawan shift sore, mahasiswi dari Maluku yang sedang merantau ke pulau Jawa. Gadis yang sangat bersemangat itu ikut mengamati angka-angka yang sedang dikalkulasikan.
"Eh kakak....salah hitungannya! Bukannya sejuta delapan ratus tiga puluh ribu totalnya?" ujarnya sambil ikut menghitung di kalkulator lainnya.
Aira menggeleng-geleng, lalu menghitung lagi. Alisnya mengernyit saat hitungan ketiga kalinya, lalu menggelengkan kepala,"Ngga kok, fix betul!"
Dia melihat lagi lalu tertawa dengan lantang ,"Eh iya, aku salah kakak! Lupa satu angka!"
"Makanya hitung yang teliti, non.... Kalau salah, nanti ada perbedaan data antara barang yang keluar dan stok yang masih ada. Dan pasti ada uang lebih." Aira menggeleng-gelengkan kepalanya lagi lalu tersenyum tipis. "Lain kali hati-hati ya!"
Gadis berambut kepang banyak ala rasta itu mengangguk-ngangguk, lalu menatap ke luar pintu kaca dan berbisik ke Aira,"Kakak, ada cowok ganteng sekali! Sepertinya dia mau masuk kemari...."
Aira menengadahkan kepalanya persis saat terdengar gemerincing lonceng, yang sengaja dipasang di pintu masuk cafe, menandakan ada orang yang masuk. Mata Aira silau terkena sinar matahari, sehingga dia menyipitkan matanya melihat sosok tinggi seorang pria yang masuk, berdiri sebentar di pintu dan berjalan mendekatinya.
"Aira?" Suara bariton pria itu seperti sudah dikenalnya. Suara pria yang pernah mengisi hari-harinya, bertukar cerita dan meneleponnya sampai berjam-jam, selama delapan bulan.
"Enrico....." ucap Aira kaget. Seketika wajahnya mengeruh dan hilang cahayanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Tiga Bersaudara (OnGoing)
RomanceNovel ini terbagi menjadi 3 bagian, si sulung Aira, anak ke dua Maura dan si bungsu Ariel. Kisah ini tentang perjuangan kakak beradik setelah ditinggal ayahnya pergi menikah dengan wanita lain. Kehidupan romansa, fitnah dan perjalanan mereka mencari...