Enrico

34 8 0
                                    

Dia melihat kedua orang itu sedang duduk di bawah pohon dekat kantin, sambil terlihat asyik ngobrol. "Ehm ehm, kayaknya aku ganggu nih?" ujarnya berdehem dehem...."Tuh kan deket banget, mana pernah si Aira sedekat ini sama cowok" pikirnya dalam hati.

"Eh Helen....ya ngga dong, ya kan kak Rico? Hahahh.....duduk sini Len, kita lagi ngebahas rapat barusan lalu tiba tiba obrolannya jadi ngelantur ke sana kemari deh" kata Aira ceria, wajahnya sumringah dan matanya berbinar-binar.

"Ooooo" Helen sampai ber-oooo ria karena takjub dengan perubahan ekspresi Aira, si ratu dingin pada cowok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ooooo" Helen sampai ber-oooo ria karena takjub dengan perubahan ekspresi Aira, si ratu dingin pada cowok. Sahabatnya terlihat berbeda dengan senyum yang lebar di wajahnya...ya sering juga sih Helen melihat ekspresi itu, cuma kalau sedang bercanda dengannya, dapat nilai bagus, menceritakan tentang kedua adiknya, makan di tempat favorit dan kalau lagi menonton serial televisi favoritnya, selebihnya....ya gitu deh. Datar, ngga ada ekspresi.

"Iya, ohh ini temen kamu? Siapa namanya?"Enrico tersenyum pada Helen, rambutnya sedikit jabrik karena dikasih gel, dan kancing baju seragamnya dibuka memperlihatkan kaos hitamnya yang dipakai main basket.

"Helen, kak. Teman Aira dari kecil" Helen memperkenalkan diri.

"Rico, lo di situ ya?? Cepetan ikut latihan, eh malah ngobrol sama cewek-cewek di kantin" seru seorang anak laki-laki bercelana pendek dan berkaos putih, dengan tas ransel di pundaknya.

"Oh iya, lupa bro'.... bentar" jawabnya nggak kalah kencang "Aira, Helen....aku pergi dulu ya. Ntar kena hukuman kalau telat, hahahahh...." Dia tertawa sambil menyampirkan tas ransel ke pundaknya lalu segera berlari mengikuti langkah temannya tadi dan lenyap ke dalam bangunan sekolah lagi. Lapangan olahraganya berada di tengah bangunan sekolah, setiap hari ada kelompok murid yang memakainya, kebanyakan anak basket, volley dan badminton.

Helen mengamat-amati Aira , tapi yang diperhatikan terlihat tidak sadar... malah tersenyum senyum sendiri. "Enrico itu baik ya, enak lagi diajak ngobrol len" ujarnya. Mereka sudah berjalan keluar dari bangunan sekolah menuju halte bus yang terdekat.

"Iya ya Ra....oh iya kamu sekarang sering jalan bareng ya..." Helen menanggapi, sebenarnya sangat penasaran tapi berusaha ditutupinya.

"Iya len....ya cuma sebatas teman sih...."kata Aira menggantung, dan nadanya terlihat tidak yakin.

"Teman apa teman?" Helen menanggapi lagi, sedikit usil dan makin penasaran......soalnya Aira tidak setegas biasanya, biasa kan dia pasti sedikit marah dan bilang "Teman aja, titik." Gitu.... Dari dulu kan begitu kalau Helen mulai bertanya tentang si A, si B, si C dan seterusnya....

"Aku bingung len..." Aira mengerjapkan matanya.

"Nah kan?" pikir Helen. "Bingung kenapa ra?" Helen balik bertanya, masalahnya membaca pikiran Aira ini susah susah gampang, seperti mengisi rubrik TTS di salah satu koran.

"Bingung....sebenarnya dia udah banyak ngasih sinyal ke aku. Sering wa aku, kirim gambar lucu, kata kata motivasi" kata Aira, tangannya sambil sibuk mencari kartu Busway, lumayan naik Busway , turunnya langsung dekat ke rumah Aira, rumah Helen juga hanya tinggal beberapa blok dari rumahnya.

Perjuangan Tiga Bersaudara (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang