Aya melirik jam dinding yang terpajang di kamarnya. Jam menunjukan pukul 8.45 pagi. Saat ini ia merasa benar benar sehat, namun Jaehyun memberikan waktu 3 hari untuk aya beristirahat membuat aya boring seharian kemarin. Dan saat ini ia ingin memutuskan untuk berangkat kerja walau ia akan berangkat siang nanti.
Aya keluar dari kamarnya berniat memakan makanan yang adiknya buat tadi pagi. Belum sampai ia di dapur aya sudah di buat tercengang dengan beberapa orang yang sedang santai memakan cemilan di depan televisi.
"Ehh kak, udah sehat?" Aya berbalik dan mendapati Felix berdiri dengan dua toples makanan ringan, aya tersenyum dan mengangguk.
"Kalian ga sekolah?" Haikal berbalik menatap aya dengan satu toples di pelukannya.
"Sekolah, cuma tiba tiba tadi guru rapat mendadak jadi kita di pulangin." Aya mengangguk paham. Sedangkan atensinya menatap satu persatu orang di sini. Beberapa anak tampak asing.
"Halo kak." Ucap mereka bersamaan aya tersenyum dan mengangguk. Aya memang tak membatasi Haikal atau pun Yemma dalam apapun di apartemennya. Mereka bebas membawa teman temannya untuk bermain di sini karna jujur saja aya menyukai itu. Suasana apartemen yang sebelumnya sepi karna memang aya yang kerja hingga malam, namun sekarang hampir di setiap weekend teman teman haikal atau yemma datang untuk bermain di sini. Aya menyukai suasananya.
"Kembaran kamu mana?" Haikal mendekat ia tersenyum dan menawarkan snack di toplesnya.
"Tenang aja kak, yemma nggak nakal kok." Aya bersedekap menatap haikal penuh curiga sedangkan teman temannya yang lain tampak melanjutkan menonton film walau telinganya sesekali mendengar percakapan aya dan Haikal.
"Kamu di bayar apa lagi sama Yemma?" Haikal menggaruk tengkuknya.
"Mmm anu, tapi Yemma udah janji ga bakal ngabisin uang bulanan yang di kasih ayah lagi." Aya sudah tau, gadis pecinta belanja itu pasti tengah berada di mall bersama teman temannya.
" Inget apa yang di sampai in sama ayah kamu, kakak ga bakal nambah uang bulanan kalian kalo udah abis, sebelum akhir bulan awas.. hemat yaa." Haikal tersenyum manis ia pun mengangguk.
"Iyaa tenang aja, kalo yemma ingkar ntar biar Haikal yang marahin dia." Aya mengangguk.
"Oh iya, tadi ada paket untuk kakak." Haikal menunjuk kotak polos di meja makannya, aya mengikuti arah tunjukan Haikal.
"Dari siapa?" Haikal tampak mengangkat bahunya taktau ia kembali bergabung bersama teman temannya yang sudah hanyut dalam film yang mereka tonton.
Aya mendatangi kotak cukup besar itu. Kotak polos tanpa nama pengirim ataupun namanya di kotak. Aya mendekatkan kepalanya mencoba mendengar apa ada suara mencurigakan di sana seperti suara detik jam siapa tau ini berisi bom. Membayangkan nya saja aya sudah takut. Namun hasilnya nihil, tidak ada suara di sana. Kotak ini juga cukup berat.
Aya pun membukanya sepelan mungkin. Ia mengintip. Aya lumayan terteguh melihat beberapa barang di sana. Barang barang berwarna warni itu mengingatkan nya pada masa bayi. Namun bukan, itu bukan barang barang nya. Barang barang kecilnya sudah ibunya sumbangkan di panti asuhan, dan lagi barang barangnya hampir semuanya berwarna pink biru.
Satu surat berwana baby blue menarik perhatian aya. Satu nama yang tertulis di surat itu membuat aya mengerutkan keningnya bingung.
To: Launa
Launa, itu nama ibunya. Apa maksudnya ini? Kenapa nama ibunya ada di surat itu. Dan barang barang siapa ini?
###
"Boss." Ten mengacak rambutnya. Ia cukup stress menghandle semua pekerjaan ini. Pekerjaan milik aya dan juga milik nya sendiri. Apa lagi saat ini jadwalnya Jaehyun tampak penuh dan sibuk.
Jaehyun menatap tajam Ten.
Ten salah, sebenarnya bukan hanya dia yang kelelahan. Jaehyun juga tampak tak begitu sehat. Di lihat dari bentuknya saat ini kemeja yang ia gulung dan dasi yang sudah ia lepaskan.
"Kenapa lo ga bisa ngatur jadwal Ten.. " ten meneguk ludahnya. Ia memang sedang tak fokus akhir akhir ini beberapa fakta ia dapatkan. Ibu Jaehyun menghancurkan semua rencana Ten. Ia tau selama ini ada orang yang mengulik kematian Kayla. Shella hampir menjadi korban. Beberapa hari ini shella selalu di ikuti orang. Hal ini membuat Ten cukup stress, tampaknya ibu Jaehyun datang bukan hanya ingin membahas tentang perjodohan Jaehyun dengan Airin saja.
"Gu-gue ga fokus." Jaehyun mengacak rambutnya.
"Kalo kaya gini kita bakal nggak istirahat." Ten meringis.
"Gue bakal atur ulang lagi jadwalnya." Ten berbalik untuk menuju mejanya.
"Apa yang akhir akhir ini lo buat Ten?" Ucapan itu membuat Ten terdiam.
"Gue cuma lagi mau ngatur jadwal liburan gue. Gue rasa gue butuh istirahat." Jaehyun mengerutkan keningnya.
"Liburan?" Ten mengangguk.
"Iya, gue ntar minta cuti 3 minggu. Selama ini gue ga ambil cuti. Gue pengen refreshing juga sekali kali." Jaehyun memijat keningnya.
"Kapan?" Ten tersenyum.
"Sehabis gue bantu lo nembak Aya. Gue bakal ambil cuti." Ya memang Ten bahkan tak pernah mengambil cutinya. Jaehyun cukup kasihan dengan Ten yang bahkan tak punya kehidupan lain kecuali kehidupan malam yang sering ia lakukan. Tak ada kegiatan lain untuk mengisi hari Ten. Bahkan ten jarang memiliki pacar.
"Oke, tapi selesaiin dulu kerjaan lo. Gue bakal bolehin lo cuti kalo lo udah selesai sama tugas lo." Ten mengangguk ia pun tersenyum lebar.
Namun saat ia berbalik senyumnya menghilang di gantikan dengan tatapan datarnya.
Aya menutup mulutnya tak percaya. Apa yang tengah terjadi sebenarnya? Aya tak dapat mencerna semua ini.
Launa dan Laura. Ia tau launa, launa itu ibunya. Namun siapa Laura? Apa hubungan keduanya?
Aya mengambil kotak besar di gudang. Kotak dengan bertuliskan Ibu di atas tutupnya. Semua ini barang barang ibunya.
Aya mencoba mencari petunjuk. Apa yang sebenarnya terjadi dulu?
Namun sebanyak apapun aya mencari petunjuk tampaknya sia sia. Beberapa kotak bertuliskan Ibu sudah ia bongkar semuanya. Namun tak ada petunjuk tentang itu semua.
Aya membaca surat itu. Surat yang berisi untuk menjaga anak perempuan Laura. Namun aya sama sekali tak tau siapa Laura itu. Di surat itu berisi, jika anak nya di tinggal kan di Panti asuhan. Ia memiliki permasalahan sulit yang membuatnya harus menitipkan anaknya di Panti. Dan laura menuliskan itu. Aya pening seketika.
Ia melirik kotak di sebelah kanannya. Kotak milik ayahnya. Kotak bertuliskan berkas ayah itu aya buka.
Beberapa foto ada di sana. Foto ayahnya, ibunya, ia dan juga Diyo ada di situ. Aya tersenyum manis saat ingatan manis itu terputar, dimana ayahnya begitu membanggakan dirinya dan Diyo pada teman temannya. Ayahnya mempunyai senyum teduh yang selalu aya rindukan. Ibunya memiliki senyum manis yang sama seperti aya, begitu cantik.
Sampai satu foto kusam membuat aya mengerutkan keningnya. Foto siapa itu?
Foto dua anak kecil sekitar berumur 3 tahun. Sepertinya mereka kembar. Namun itu foto siapa? Mengapa ayahnya menyimpan foto itu? Foto yang sudah kusam itu masih tampak cukup jelas.
Satu pemikiran yang masuk dalam otak aya. Aya menutup mulutnya tak percaya. Apa mungkin?
Launa dan Laura adalah Saudara kembar?
Dan Laura adalah saudara kembar ibunya?
Aya bergegas bergerak menuju kamarnya. Ia akan menanyakan ini pada pamannya.
###
PURE TEORI HEHE
TAPI BUAT UWU NYA NEXT CHAPTER YAA AKU BAKAL SEBISA MUNGKIN UP CEPET SEBENERNYA MAU DOUBLE UP CUMA KARNA ADA SATU DAN LAIN HAL BUAT AKU GA BISA UP CHAP SELANJUTNYA NYA OKEEE
SELAMAT MENUNGGU GA PAHAM GA PAPA YANG PENTING VOTE NYA SAYANGGG
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK BOSS! || Jung Jaehyun [READY STOCK]
Fanfiction** BEBERAPA PART DI UNPUB UNTUK REVISI ** SUDAH READY STOK LINK SHOPEE ADA DI PROFIL! Dimohonkan untuk Follow dulu sebelum di baca yaa.. ** Judul sebelumnya : Sugar Daddy || Jung Jaehyun ~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Dia ganteng Ramah lagi orang nya murah seny...