Awal-desu

520 28 4
                                    

Perkenalkan nama ku Yamada Ichiro. Umurku 17 tahun. Pendidikan.. Aku putus sekolah sejak kelas 2 smp, karena keuangan di keluarga ku tidak mencukupi. Dan lagi aku mempunyai dua adik laki-laki yang juga menjalani pendidikan. Karena itulah aku mengambil pilihan untuk berhenti melanjutkan pendidikan dan mengalah untuk mereka berdua.

Di karuniai keluarga yang lengkap dalam satu atap. Ada ayah, ibu, dua adik laki-laki yang manis,tampan,sangat mulus,sangat baik,bersahaja— (broconnya kumat) lalu ada kakek dan nenek.

Kakek dan nenek adalah orang tua dari ibu ku.

Walau.. Aku mempunyai keluarga yang di bilang lengkap. Ada saja tiga dari mereka yang tidak menyukai ku dan sangat membenci kehadiran ku di keluarga itu. Alasan mereka membeciku, aku tidak terlalu tau. Hanya, mungkin saja itu karena aku bukan anak kandung dari ayah yang sekarang bersama ibu.

Keluarga ku harmonis kok. Mereka yang membenci ku hanya menunjukkan nya di belakang ibuku. Aku tidak pernah bercerita ke ibu tentang keadaanku yang seperti itu, karena aku tidak ingin membuat nya khawatir dan bisa-bisa menimbulkan cek-cok antar ibuku dan mereka.

Dari kecil kehidupan ku memang sudah suram. Aku di benci, di maki,  dan si sakiti orang-orang di sekitar ku termasuk keluarga ku sendiri— kenapa? Entahlah aku juga tidak tau. Yang aku tau, kehidupan atau takdir ku sudah seperti ini. Kalau saja bukan berkat ibu ku, sudah pasti aku tidak akan bernafas sampai sekarang.

Menurut ku, yang namanya keluarga itu tidak pernah ada. Mereka hanya tinggal satu atap dan hanya melaksanakan kewajiban mereka masing-masing.

Beruntung lah orang-orang yang tak pernah berada di posisiku.

Aku sempat berpikir untuk mengakhiri hidup. Tapi, berkat adik-adikku dan ibu yang sangat ku sayangi, pikiranku yang tertuju pada kematian pun teralihkan.

Aku bersyukur dengan semua ini dan dengan takdir ku. Aku sangat, sangat, saaaaaangat.. bersyukur, dengan keadaan ku yang seperti ini aku masih mempunyai mimpi dan tekad. Tentu saja, selalu berkat kedua adikku dan ibu ku.

Sampai saat itu. Nafas, menit dan waktu terasa terhenti. Aku mematung di tempat, sedangkan kedua adikku menangis sambil memelukku erat. Melihatnya yang sudah berada di sisi tuhan.

_ That day _

"Ibu.." langkah kaki ku berhenti saat melihat orang yang ku cari sedang memasak untuk makan siang.
M

enghampiri orang yang ku panggil ibu dan mencium pipinya setelah berada di sampingnya.

"Ibu masak apa?" mendelik ke masakan yang sedang ia aduk merata.

kekehan kecil keluar dari mulutnya lalu terukirkan senyuman manis,  "seperti biasa, Ibu hanya masak sup.. Ah kata saburo hari ini dia pulang awal kan? Nanti jemput dia ya?"
Tak perlu pikir panjang sudah pasti aku akan menurut.

"terima kasih banyak ibu.." nada ku memelan saat aku memeluknya dari belakang.

"pfft, padahal ibu hanya memasak sup loh. Setiap hari malah, apa kamu tidak bosan?" aku menggeleng kecil dan membenamkan wajahku ke bahu kecil ibuku.

"walau hanya sup, itu terdapat arti yang sangat bermakna."


"haha iya iya ibu mengerti..."

Iris mataku mendelik ke arah arloji yang tergantung di dinding dapur, hampir menunjukkan waktu Saburo pulang.  perlahan ku lepaskan pelukan dengan berat hati.

Unknow |SamaIchi| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang