Tertarik? [2]

186 23 2
                                    

"WOI BOCAH! Lu udah gua traktir trus gua juga gitu yang ambilin bahan-bahan yang lu mau?"

"ah m-maaf!" berhenti melamun dan memikirkan hal yang tidak penting! Sekarang pokus saja ke keranjang belanjaan yang akan ku isi. "tapi um samatoki-san benar tak masalah?" aku masih merasa ragu dengan lelaki putih di depanku. Dia mendecih, "udah ambil aja yang lu mau sebelum gua berupa pikiran" , "he?!  b-baiklah!" aku mengambil dengan cepat beberapa sayuran, telur, dll. Ya sebelum dia berubah pikiran, bisa-bisa aku dan adik-adikku makan malam menu siskong.

"s–samatoki-san aku sudah selesai"

Karena berat, aku jadi kesulitan membawa keranjang belanjaan ke kasir. Haha, lebih baik tadi pakai troli aja ya. Lelaki itu merebut keranjang belanjaan dari tanganku, "sok kuat padahal masih bocah." lalu dia berjalan duluan menuju kasir. Benar-benar dah, baru kali ini aku mendapati orang seperti dia. "menyebalkan" gumamku sebelum menghampirinya di kasir.

Keluar dari toko sembako, aku menenteng plastik belanjaan yang lumayan besar di masing-masing tanganku. "oi bocah, lu mau makan dulu ato langsung pulang?" entah kenapa aku selalu kesal saat dia memanggilku bocah, "ano samatoki-san, jangan memanggilku bocah terus. Nama ku ichiro, Yamada ichiro—"

"hylyh. Bocah tetep aja bocah"

Astaga.. Tahan chir tahan.. Jangan esmosih di tempat umum..

Menghela nafas kasar.

"kalau begitu aku ingin langsung pulang saja— sebentar ini mall di ikebukuro kan?"

"heh enak aja. Ini mall yokohama! Bahan-bahan di yokohama sangat baik dari pada di tempat lu!"

Aku terdiam.

"k–kenapa kau membawa ku ke sini?!  Aduh mana baru kali ini aku menginjak daerah yokohama! Terus gimana pulangnya? Aku tidak tau caranya naik kereta!"

BUGH!

pukulan keras mendarat ke kepalaku. Plastik belanjaan ku taro ke tahan, kini tanganku mengelus kepala yang habis di pukul. "s-sakit.." aku meringis. Kasian jiro sama saburo yang tiap hari merasakan pukulan dariku. Ternyata lumayan sakit. "lu dari tadi gk bisa diem ya! Kan udah gua bilang, gua yang bawa berarti gua bakal tanggung jawab sepenuhnya!"

Aku menunduk.

"m-maaf.. Aku hanya ketakutan,samatoki-san"

Lirihku pelan. Bisa ku dengar decihan darinya. Dia mengambil salah satu plastik belanjaanku, "adik-adik lu nunggu. Cepatan" ucapnya sembari berjalan duluan.

Plastik belanjaan yang tertinggal satu ku tenteng. Menghampiri lelaki putih dengan sedikit berlari. Saat di parkiran, ku lihat lelaki itu memasukan belanjaan yang di bawanya ke dalam bagasi. Dia meminta agar belanjaan yang ku tenteng di masukkan juga ke bagasi. "tidak mau. Ini ada telur jadi takut pecah" lelaki itu hanya bikata 'terserah' lalu menutup bagasinya. Kemudian, lelaki itu masuk ke dalam mobil, "bocah cepetan!"

"I-IYA! ugh, telur-telur.. Kalian akan nyaman dan aman di pangkuanku"

Aku menyusul masuk ke dalam mobil, memakai sabuk pengaman, dan memangku belanjaan yang isinya ada telur. Mobil pun mulai bergerak dan menuju Ikebukuro.

"tadaima!" salam ku yang sedikit berteriak. Wah langkah kaki yang terburu-buru itu terdengar, "okaeri nii-chan/ichi-nii!" mereka memelukku dan tentu saja aku membalas pelukan itu. Ah, sambutan dari mereka membuat rasa lelahku meleleh.

Unknow |SamaIchi| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang