Tiga

7 0 0
                                    

Aku mengeluarkan smartphone-ku dan mengecek notifikasi yang masuk. Grup redaksi di WhatsApp ramai, kurang lebih berisi tentang posisi setiap jurnalis yang sedang berada di lapangan. Ada satu pesan dari Pak Koa yang memintaku untuk segera kembali ke kantor untuk menyelesaikan berita hari ini dan memberi instruksi untuk besok.

Lorong gedung LPR sepi, pintu rapat tertutup erat, tetapi aku mendengar suara sayu. Tepat di depannya, aku melihat Lilian Sandra, Pemimpin Umum LPR. Ia sedang berbicara di teleponnya dengan nada rendah, tidak dapat kudengar. Aku berjalan menuju toilet, yang berada di ujung lorong, mencoba berjalan perlahan untuk tidak membuat suara.

Flush toilet kutekan, air pun mengalir deras dan masuk ke dalam lubang toilet. Aku hendak mengambil tas yang sebelumnya kugantung di pintu bilik. Namun, pintu toilet terbuka dan terdengar suara perempuan bernada tinggi dengan volume rendah. Ia mencoba untuk tidak berteriak, tetapi ia berbicara ketus terhadap siapapun yang sedang diteleponnya.

"Tanggal 12 kita pokoknya RUU itu harus sudah menjadi UU. Titik. Revisi harus sudah selesai, tidak ada pilihan lain," ucapnya ketus. Mendengar itu, tanganku berhenti untuk membuka kunci bilik toilet. Aku berdiri diam, berusaha untuk tidak membuat suara apa pun.

"Lalu? Memangnya kenapa cuma ada waktu empat hari untuk revisi?" balasnya. Setelah beberapa detik, ia kembali berbicara, "Badan Perundingan bilang ke pers rapatnya tanggal 16, kan? Oke, good."

Peep...! Bunyi tutup telepon terdengar dengan jelas. Perempuan itu menarik napas dan suara keran pun memenuhi ruangan. Aku mengenali suara itu, telah beberapa kali kudengar di konferensi pers yang menjadi tugasku. Suara berat itu dimiliki oleh Lilian Sandra.

This is news! Mulutku terbuka, tanganku menutupinya. Suara sepatu hak yang menghantam lantai memenuhi toilet, diikuti dengan suara ciutan pintu toilet menandakan Lilian telah meninggalkan toilet. Setelah beberapa detik, aku keluar dari bilik dan menatap bayanganku di cermin. Berusaha mencerna apa yang baru saja kudengar, aku berjalan perlahan ke wastafel untuk mencuci tanganku. 


Journalist's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang