Empat

6 0 0
                                    

Aku bergegas keluar menuju depan gedung LPR sambil memesan ojek online. Aku menunggu ojol di dekat gerbang utama yang membuka jalan untuk masuk ke gedung LPR. Mataku terfokus pada smartphone-ku, mengecek posisi ojol sambil mencari draf RUU Kerja Baru.

"Renee? Itu lu?" tanya suara asing di sebelahku. Aku menoleh ke kanan untuk melihat siapa yang memanggilku.

Terkejut, aku menjawabnya, "Hugo? Lu ngapain di sini?" Ia adalah teman SMA-ku yang terakhir kali kulihat saat kelulusan SMA.

"Harusnya gw yang tanya, gw jadi staf BP sekarang. Lu ngapain?" jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Huh, ternyata gak jadi pengacara?" tanyaku balik. Sejauh yang kuingat, ia masuk jurusan Hukum karena diminta oleh orang tuanya.

"Iya, nih. Gw gak bakat adu nyolot, hahaha," candanya sambil menggaruk kepala. Namaku sekali lagi dipanggil, menginterupsi percakapan kami. Aku menoleh ke sumber suara yang merupakan ojol yang kupesan.

"Yah, gw duluan deh Go. Gw minta nomor lu boleh? Udah lama banget ga ketemu," ucapku menolak percakapan kami harus terhenti di saat ini.

Setelah bertukar nomor, aku mengenakan helm dan menaiki motor sambil mengucapkan perpisahan kepada Hugo, "See you soon, Go! Harus ngobrol pokoknya. Bye!" Hugo melambaikan tangannya dan berjalan masuk ke dalam gedung LPR.

Journalist's JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang