Aku menekan tombol bertuliskan 17 dan berdiri dan menunggu lift naik. Karyawan satu per satu keluar dari lift di lantainya masing-masing, menyisakan aku dan beberapa orang lain di dalam lift. Nampaknya, para karyawan baru kembali dari jam makan siang. Sesampainya di lantai ruang redaksiku, aku keluar lift dan menuju ke ruang editor untuk bertemu Pak Koa. Aku mengetuk pintunya yang terbuka dan ia pun melepaskan matanya dari komputer.
"Ren, kamu dapet apa hari ini? Saya lihat kamu belum menulis draf apa pun," tanyanya tanpa basa-basi. Ia melepas kacamata bacanya dan menatap mataku tajam.
"BP bilang rapat LPR yang bahas RUU Kerja Baru diundur jadi tanggal 16, Pak," jawabku, "Namun, saya gak yakin, Pak."
"Maksud kamu? Informasi itu memangnya kamu denger dari siapa?" balasnya dengan raut wajah bingung.
Aku menghampiri kursi di depan mejanya dan duduk. "Dari Pak Fipli, sih, Pak," jelasku dengan nada khawatir.
"Ya, valid, kan? Kenapa kamu gak yakin gitu?" cecarnya lagi.
"Iya, saya merekam pernyataannya juga. Anehnya, saya denger Lilian ngomong di toilet kalo ada rapat tanggal 12, tapi gak saya rekam, Pak," jawabku jujur.
Mata Pak Koa membesar dan telapak tangannya kini menyatu dalam posisi berdoa, "Yang bener kamu? Fipli bener ngomong tanggal 16? Kok aneh? Saya kenal Fipli, dia gak mungkin kasih info salah."
Aku menganggukkan kepala dan lanjut menjawab, "Jurnalis lain denger juga, Pak. Jadi, gimana?"
"Lilian bilang rapat apa, gak? Kamu cari tahu ke staf LPR lain, kenal?" instruksinya.
"Dia bilang RUU harus jadi UU di tanggal 12 itu. Masalah staf LPR, saya tadi ketemu sama temen SMA. Katanya dia staf BP," tawarku untuk meminta persetujuannya.
"Huh, berita nemplok ke kita. Go," suruhnya agar aku segera memastikan informasi tersebut.
"Baik, Pak. Jadwal besok gimana, Pak?" tanyaku penasaran.
"Ini dulu, Ren. Itu mah nanti aja," responsnya dengan nada menyuruhku untuk segera menulis berita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journalist's Journal
Short StoryRenee, jurnalis FACE News, tidak sengaja mendengar informasi yang dapat menguak ketidaktransparanan Lembaga Perwakilan Rakyat. Narasumber yang keras kepala sampai pemilik media yang semena-mena, Renee berjuang untuk melawan semuanya. Disclaimer Nam...