Dalam waktu lima jam, beritaku menjadi trending topic di berbagai media sosial. Aku membuka WhatsApp dan mencari chat Hugo. Aku membagikan pranala berita tersebut, sekalian mengucapkan terima kasih.
Hugo, thank you. Nih, link-nya. Tanpa lu, masyarakat gak bakalan tau.
Aku kembali menulis beberapa berita ringan yang akan diunggah besok. Saat aku berberes untuk pulang, Pak Koa memanggilku untuk ke ruangannya. Aku pun mengetuk pintu Pak Koa untuk yang kedua kalinya hari ini.
"Duduk sebentar, Ren," pinta Pak Koa yang sedang berdiri di depan jendela.
"Ada apa, Pak?" tanyaku penasaran.
"Ren, Pak Edgar suruh saya buat take down beritanya," ungkap Pak Koa.
Mendengar ini, aku tidak kaget. Pak Edgar, pemilik FACE News, berada dalam partai politik yang sama dengan Bu Lilian, pastinya Pak Edgar diminta untuk menuruti kemauan partinya. Tak sering, tetapi Pak Edgar menyinggung kami untuk tidak menulis hal-hal yang berpotensi mencoreng nama partainya. Terutama di masa pemilu, ia selalu memonitor berita-berita yang berkaitan dengan partainya.
"Jadi, dihapus, Pak?" jawabku pelan. Sebenarnya aku muak akan perlakuan ini, tetapi keputusan ada di tangan Pak Edgar.
"Saya masih memikirkannya. Saya panggil kamu cuma buat kasih tau kamu aja," ujarnya, "Apa pun yang terjadi, saya mau kamu tau kalau kamu did the right thing to do. Kamu boleh pulang."
Dengan itu, aku mengambil tasku dan menutup hari ini, tanpa mengetahui nasib berita yang kutulis. Satu hal yang kuketahui, aku telah melakukan tugasku sebagai jurnalis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journalist's Journal
Short StoryRenee, jurnalis FACE News, tidak sengaja mendengar informasi yang dapat menguak ketidaktransparanan Lembaga Perwakilan Rakyat. Narasumber yang keras kepala sampai pemilik media yang semena-mena, Renee berjuang untuk melawan semuanya. Disclaimer Nam...