#05

102 44 17
                                    

"Terluka, kecewa, dan lelah adalah kata yang mendasari perubahan dalam segi apapun."

                             ◌❍⑅●☆●⑅❍◌

"Omaa." Ucap Vano namun tidak terdengar jawaban apapun dari omanya.

Vanopun melangkahkan kakinya untuk melihat ruangan ruangan dirumahnya. Hingga langkah kakinya berhenti di dapur rumahnya, dilihatnya seseorang wanita yang tak lain adalah omanya.

"Oma ternyata disini." Ucap Vano sambil mendekati omanya.

"Kamu udah pulang, pasti kehujanan ya, harusnya kamu ganti baju dulu." Ucap omanya yang mengkhawatirkan Vano.

"Iya oma, yaudah aku ganti baju dulu."
Ucap Vano yang dibalas senyuman oleh omanya.

Vano langsung bergegas untuk mandi karna bajunya sudah terlanjur basah kuyub. Suara hujan masih terdengar jelas olehnya, Vano memilih duduk di sofa kamarnya yang menghadap tepat ke arah jendela. Dia memainkan handphonenya untuk melihat notif terbaru yang diterimanya. Sesekali pandangannya beralih ke arah jendela untuk melihat derasnya hujan diluar sana.

Hujan sudah lumayan reda dan sudah waktunya juga untuk makan malam. Suara langkah kaki terdengar jelas ketika Vano menuruni satu demi satu anak tangga dirumahnya.

Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat pemandangan yang paling dibenci olehnya. Matanya memerah, tangannya mengepal erat, ia berusaha untuk menahan amarah dan kekecewaannya. Lagi lagi hatinya hancur karna orang terdekatnya, terlihat olehnya papanya yang sedang tertawa dan mama tirinya yang sedang menyuapi makanan ke arah papanya sambil tersenyum.

Vano yang sudah tidak tahan dengan pemandangan itu pun langsung memilih pergi dari rumahnya.

"Vano." Ucap omanya ketika menyadari Vano yang keluar dari rumah.

"Udah biarin aja, emang anak itu gk pernah sopan sama orang tua." Ucap papanya Vano.

Mobil Lamborghini hitam miliknya seolah menerabas derasnya hujan malam itu. Vano melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, pandangannya terpaku pada jalan didepannya.

Vano pov

Waktu itu gw mau turun ke bawah buat makan malam sama oma, tapi sesampainya di tangga gw liat ada papa sama istrinya disana. Gw liat istrinya lagi nyuapin papa gw dan papa gw kelihatan seneng dengan hal itu,  gk tau kenapa tiba tiba hati gw sakit ketika liat mereka berdua.

Gw kecewa sama papa, bisa bisanya dia ngelupain mama dan lebih pilih bahagia sama istri barunya. Apa selama ini kebahagiaan di keluarga kita gak cukup buat dia, papa emang egois. Bahkan gw gak betah buat liat muka mereka berdua dan gw pilih pergi dari rumah, gw sempet denger oma manggil nama gw tapi gw udah gk bisa nahan emosi gw jadi gw buru buru pergi dari sana.

Di mobil gw masih terus kepikiran sama apa yang gw liat tadi, kenapa di saat pikiran gw berusaha buat ngelupain masa lalu tapi hati gw selalu sakit buat ngelakuin itu. Ah udahlah emang gk ada yang peduli sama gw, semua cuma mau mentingin egonya masing masing.

Author pov

Vano terus melajukan mobilnya tanpa tau tujuannya mau kemana, tapi tiba tiba suara handphonenya berbunyi dan memecah keheningan di mobilnya. Tertera nama di layar handphonenya yang bertuliskan nama Denis disana, tanpa fikir panjang Vano langsung mengambil earphone miliknya dan memulai sambungan telfonnya.

"Van..Van.. tolongin kita Van, Dirga.. Dirga diserang anak gang sebelah Van." Ucap denis yang terdengar sangat panik, dan terdengar juga suara keramian disana.

"Maksud lo?gengnya Galang?" Tanya Vano yang mencoba meredam amarahnya.

"Iya Van, kita lagi di belakang markas RINE X deket lampu merah." Ucap Denis yang tiba tiba mematikan sambungannya.

AlvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang